Kupetik bintang untuk kau simpan
Cahayanya tenang berikan kau perlindungan
Sebagai pengingat teman
Juga sebagai jawaban
Semua tantangan....Alex meringis menatap Eva yang terlihat sesekali melompat mengikuti irama musik. Gadis itu terlalu senang hingga melupakan pantangan yang dia berikan tadi, membuatnya menggeram karena kesal.
Baru kemarin Eva mengalami kecelakaan dan sekarang sudah ngeyel ingin ikut konser. Lebih parahnya lagi dia tidak memperbolehkan Alex ikut karena ingin menghabiskan waktu bersama ketiga sahabatnya.
Tapi Alex tidak sebodoh itu sampai melepaskan pacarnya begitu saja diluar sana, dia tetap melihat konser bersama teman-temannya tanpa sepengetahuan Eva. Tentu saja untuk bisa mengawasi gadis itu, walaupun dari kejauhan.
Selain keadaan fisiknya yang tidak bisa dikatakan baik, Eva adalah gadis dengan sifat lugu yang terlalu bahaya jika dilepas. Kata-kata Chiko yang mengatakan kalau Eva bisa saja mau diperkosa oleh preman membuatnya parno sendiri. Alex tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika hal itu benar-benar terjadi.
"Gakpapa bos. Eva cewek kuat, gak usah khawatir." Chiko menepuk bahu Alex menenangkan.
Cowok dengan tindik hitam ditelinga kiri itu mendengus kesal. Ditepisnya tangan Chiko dari bahunya sebelum menatap Chiko.
"Gak khawatir gimana? Eva udah terluka gara-gara si tukang becak kampret itu dan sebelum lukanya kering malah ditabrak sama motor. Terus sekarang udah pakek acara lompat-lompat aja. Gimana gak khawatir?!" Sarkas Alex penuh emosi.
"Itu cewek udah dibilangin jangan lompat-lompat kalau di konser juga ngeyel banget! Bales chat bilang 'iya-iya' nyatanya sampai disini lupa." Dan akhirnya sifat terbaru Alex keluar juga.
Cerewet.
"Iya gue tau. Tapi kan dia cuman lupa gak pura-pura lupa Lex. Lihat noh Eva hanya sesekali doang lompatnya. Dia itu terlalu menghayati musik." Ucap Bagas merangkul bahu Alex.
"Sama aja." Alex kembali menepis tangan milik Bagas.
Disana hanya ada mereka bertiga. Sedangkan Revan dan Tito tidak bisa ikut karena sebuah alasan.
Mobil Papa Revan mogok ditengah jalan saat menuju ke kota Bandung. Akhirnya sebagai anak yang berbakti dia membatalkan ikut konser dan memilih untuk mencari Papanya yang terjebak di jalan yang katanya cukup sepi.
Tak lama kemudian Tito mengabari kalau dirinya juga tidak bisa ikut karena menemani Revan mencari Papanya. Tentu saja tidak ada yang protes. Revan memang harus didampingi karena perjalanan itu melewati hutan. Jika ada sesuatu mereka bisa saling membantu.
"Udah dari pada lo marah-marah mulu, mendingan lo lihat Eva dari sisi pandang yang lain."
Alex menatap Bagas dengan sebelah alis yang terangkat.
Bagas membenarkan posisi berdirinya sebelum memberikan penjelasan serius pada Alex, "Lo lihat Eva." Kedua tangan Bagas mengarahkan kepala Alex kearah pacarnya berdiri.
"Hayati senyumannya. Lihatlah betapa cantik gadis itu." Ucap Bagas layaknya melantunkan sebuah puisi.
Melihat tawamu
Mendengar senandungmu
Terlihat jelas di mataku
Warna-warna indahmuDidetik itu juga Alex terbius akan keindahan yang ada pada jiwa gadisnya. Eva.
Menatap langkahmu
Meratapi kisah hidupmu
Terlihat jelas bahwa hatimu
Anugerah terindah yang pernah kumilikiTak ada yang bisa menandingi keteguran gadis itu menghadapi sifatnya. Dialah satu-satunya orang yang mampu bertahan dari segala sifat buruknya.
Sifatmu nan slalu
Redakan ambisiku
Tepikan khilafku
Dari bunga yang layu
KAMU SEDANG MEMBACA
Lu-Gu (Selesai)
Roman pour Adolescents"Larilah sekencang mungkin, sembunyilah ditempat yang lo suka. Dimanapun lo berada gue pasti bisa nemuin lo." "Karena apapun yang udah gue klaim menjadi milik gue gak akan pernah gue lepasin." Ini tentang Eva, yang menghabiskan sisa hidupnya untuk...