Ruangan temaram itu kini berakhir sunyi. Hanya ada suara sesegukkan dari seorang gadis yang sebelumnya berteriak-teriak sambil memberontak namun akhirnya tidak ada faedahnya.
Kedua tangannya diikat menyatu kedepan menggunakan tali sepatu, begitu juga dengan kakinya. Dia hanya diam pasrah tidur terlentang diatas kasur tanpa berniat melawan, karena sudah cukup lelah untuk itu.
Arvin memang terpaksa mengikat Eva karena terus saja meminta dilepaskan bahkan dia sampai nekat ingin lompat dari jendela. Cowok itu sampai tidak habis pikir dengan pemikiran dangkalnya.
"Udah capek? Hm." Arvin menyingkirkan beberapa helaian rambut yang menghalangi wajah cantik Eva.
Gadis itu mengusap air matanya dengan punggung tangan yang terikat, lalu menatap Arvin yang ada disampingnya.
"Mau pulang Kak." Ucap Eva dengan suara serak.
Arvin tertawa remeh, "Pulang? Setelah gue bersusah payah menjebak lo disini dan lo bilang mau pulang? Mimpi."
Eva hanya diam dengan mata dibuat semelas mungkin untuk mendapatkan belas kasihan dari Arvin. Membuat cowok itu terkekeh sambil menggelengkan kepala karena tingkahnya.
"Gak mempan Manis." Arvin mencolek dagu Eva, "lebih baik kita makan malam. Kamu belum makan gara-gara mikirin ulang tahun Alex kan? Aku udah menyiapkan semuanya."
Kosa kata Arvin berubah, Eva menyadari itu. Tapi dia memilih diam tak memperpanjang. Yang terpenting dirinya benar-benar ingin pulang sekarang.
"Ayo." Arvin mengangkat tubuh Eva ala bridal style dan membawanya menuju balkon kamar.
Disana sudah ada bangku dinner yang tertata rapi beserta makanannya. Eva sampai tidak percaya kalau Arvin seserius itu menyusun semuanya.
Berarti selain menyusun kehancurannya dengan Alex, dia juga menyusun acara dinner yang sebenarnya tidak nyambung jika bersanding dengan suasana hati Eva yang sedang genting karena ulah cowok itu sendiri.
Arvin mendudukkan Eva disalah satu kursi, setelahnya menggeser kursi yang lain untuk diduduki dirinya sendiri disamping gadis itu. Matanya menatap Eva yang nampak melirik-lirik makanan diatas meja, lalu Arvin mengambil sepiring spageti disana untuk Eva.
"Sekarang makan." Arvin mengangkat garpu berisi spageti, berniat menyuapi Eva.
Namun gadis itu menolak dengan gelengan, membuat Arvin hampir kehabisan kesabaran menghadapi penolakannya. Dia sudah berniat melempar piring spageti itu tapi urung karena Eva mengucapkan sesuatu.
"Mau minum Kak." Kata Eva melirik kearah jus jeruk yang terlihat menyegarkan.
Arvin tersenyum. Ternyata gadis itu jauh dari apa yang dia pikirkan. Eva berbeda. Jika cewek lain akan marah dan memporak-porandakan meja dinner karena alasan Arvin yang menghancurkan hubungannya, maka Eva malah menghargai usahanya yang membuat rencana dinner diatas penderitaannya.
"Kak Arvin, haus."
Arvin tersadar dari lamunannya. Buru-buru dia mengambil jus jeruk yang sudah sedari tadi jadi incaran Eva lalu menyuapinya.
Eva menerima suapan itu. Dia meminum dengan tergesa-gesa, seakan tidak ada air lagi selain itu. Nyatanya kebanyakan menangis membuat tenggorokannya menjadi kering keronta. Hingga saat melihat adanya jus jeruk diatas meja dia langsung terobsesi ingin meminumnya.
"Udah. Sekarang makan." Arvin kembali mengangkat piring spageti.
Eva kembali menggeleng menolak, "Yang itu apa Kak?"
Arvin menoleh mengikuti pandangan Eva. Memang diatas meja bukan hanya terdapat satu jenis makanan saja, tapi ada beberapa. Membuat Eva tak bisa memalingkan pandangannya dari semua makanan yang nampak menggiyurkan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lu-Gu (Selesai)
Teen Fiction"Larilah sekencang mungkin, sembunyilah ditempat yang lo suka. Dimanapun lo berada gue pasti bisa nemuin lo." "Karena apapun yang udah gue klaim menjadi milik gue gak akan pernah gue lepasin." Ini tentang Eva, yang menghabiskan sisa hidupnya untuk...