Alex kembali menggeser layar ponsel untuk kesekian kalinya. Memutuskan membuka galeri setelah mulai bosan memainkan game yang baru tiga hari yang lalu dia download.
Cowok itu tertawa geli. Tidak sadar kalau ternyata dia mengambil foto Eva secara candid begitu banyak. Dari ekspresi mengerucutkan bibir saat Alex menolak keinginannya, menunduk takut saat Alex membentaknya, sampai ekspresi polos saat Chiko mempengaruhi Eva dengan pikiran kotornya.Walaupun begitu mereka berdua tidak banyak memiliki foto bersama dalam istilah 'tanpa candid'. Bahkan Alex bisa menghitung ada berapa foto yang berhasil ditangkap oleh kamera. Sedangkan yang lainnya teman-temannya lah yang mengambil. Karena Alex terlalu gengsi meminta foto bersama dengan Eva. Hanya beberapa kali, termasuk saat di rumah sakit dulu dengan alasan ponselnya eror.
"Nah ketahuan kan lo! Ternyata selama ini yang nyuri bolpoin gue elo Gas?!" Teriak Chiko.
Revan yang berada disamping Chiko terpekik kaget mendengar teriakan keras tepat didepan telinganya. Membuat gendang telinganya mendengung seketika.
"Monyet!"
Revan menimpuk kepala Chiko dengan buku paket, hingga membuat yang ditimpuk meringis sakit sambil mengusap kepalanya.
"Lo kenapa Njing?! Orang gue curiga sama Bagas kok lo yang gak terima? Jangan-jangan lo pindah haluan dan suka sama Bagas ya?" Chiko menaik turunkan alisnya mengejek.
Tito yang duduk diatas meja terkekeh geli mendengar penuturan Chiko, "Kita aduin aja sama Indah kalau Revan selingkuh sama Bagas. Pasti langsung diputusin tanpa banyak cekcok."
"Berani macam-macam gue bunuh lo To." Revan menunjuk kearah Tito menantang.
Sedangkan Bagas yang sedari tadi diam kini menggeliat jijik sambil menatap kearah atas, membayangkan jika dirinya dan Revan....
"Bayangin apa lo!"
Setelah Chiko, sekarang giliran Bagas yang mendapatkan pukulan buku paket dari Revan. Untung saja Bagas sudah siap siaga melindungi kepalanya dengan tangan.
"Pikiran gue udah diracuni sama Chiko Van. Jangan salahin gue dong! Salahin tuh yang mulai." Bagas menunjuk Chiko dengan dagunya.
"Lah kok gue? Salah sendiri kenapa dipikirin. Orang gue---"
Belum sempat Chiko melanjutkan kalimatnya, Revan terlebih dahulu menjepit kepala cowok itu di ketiaknya. Membuat Chiko memberontak tidak terima.
"Lepasin woi!"
Chiko memukul-mukul kepala Revan meminta di lepaskan. Ini bukan hanya soal tidak mampu bernapas, tapi bau ketek Revan sudah seperti obat bius yang membuat kepalanya puyeng karena terhirup olehnya.
Cukup lama Revan memberikan hukuman pada cowok itu, bahkan dia mendapatkan dukungan dari Tito yang entah memihak pada siapa untuk tetap memerangkapkan kepala Chiko diketiaknya. Hingga akhirnya setelah dia puas, dia pun melepaskan jepitannya.
"Astaga! Gue hampir mati." Chiko memegang dadanya yang sesak. "Parah lo!"
Revan tak menggubris omongan Chiko. Cowok itu memilih beralih menatap Alex yang ternyata tidak terkecoh oleh gangguan yang berasal dari Chiko barang sedikitpun. Alex malah terlihat seperti orang gila yang senyum-senyum sendiri sambil melihat kearah ponsel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lu-Gu (Selesai)
Teen Fiction"Larilah sekencang mungkin, sembunyilah ditempat yang lo suka. Dimanapun lo berada gue pasti bisa nemuin lo." "Karena apapun yang udah gue klaim menjadi milik gue gak akan pernah gue lepasin." Ini tentang Eva, yang menghabiskan sisa hidupnya untuk...