BAB 48: Terlambat.

135K 9.9K 331
                                    

Mentari sudah mulai menampakkan diri. Warna keorenan menghiasi langit pagi saat ini. Memberikan kehangatan bagi setiap makhluk yang menempati bumi pertiwi.

Sebuah ketukan terus menerus terdengar dari balik pintu, membuat seseorang yang masih bersembunyi dibalik selimut tebal mendengus kesal. Ini masih pagi, siapa yang berani mengusik tidur nyenyaknya.

"Berhenti ketok pintu atau gue hancurin tuh pintu sampe lo gak bisa ketok pintu lagi!" Teriak Alex dengan masih memejamkan mata.

"Ma-maaf Tuan Alex. Tapi ini sudah siang. Apa Tuan tidak berangkat sekolah?" Seorang pelayan dibalik pintu menatap pintu didepannya dengan gugup.

"Ck! Emang jam berapa sih?!" Kini cowok itu menyibakkan selimutnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Jam tujuh kurang lima belas menit Tuan."

"HAH!!!" Alex membuka matanya lebar-lebar.

Dengan segera cowok itu loncat dari kasur dan langsung berlari kearah kamar mandi. Tapi langkahnya tiba-tiba terhenti saat mengingat sesuatu.

"Eva mana!" Teriaknya lagi .

Alex tak peduli jika pelayan itu mendengarnya atau tidak. Kalau sampai tidak mendengar maka wanita itu harus siap-siap angkat kaki dari rumah megah ini.

"Di-dia masih dirumahnya Tuan." Ucap pelayan itu yang ternyata masih ada didepan pintu.

Mendengar hal itu Alex mengurungkan niat memasuki kamar mandi dan malah berjalan kearah pintu keluar dan membukanya lebar. Membuat pelayan itu mundur tiga langkah karena kaget.

"Kenapa dia masih di rumah dan gak ngurusin gue disini?! Itu para pengawal bodoh kemana juga, udah bosan kayaknya mereka kerja disini."

Pelayan itu menunduk takut saat melihat wajah merah padam tuan mudanya yang nampak marah.

"Me-mereka tadi sudah kesana Tuan. Tapi mereka disuruh pulang lagi sama Non Eva."

"Wah... ini berarti Eva yang kurang hukuman. Oke, gue ladenin."

Pelayan itu menggeleng kuat saat tuan mudanya bergerak keluar kamar untuk bergegas mendatangi sang pacar tanpa menggunakan baju atasan, hanya berbalut celana boxer bercorak bintang warna hitam.

Dia tidak mau jika Eva kembali mendapat hukuman setelah matanya pernah menangkap sosok tuan mudanya yang menyeret sang pacar kedalam rumah lalu menghempaskannya begitu saja hingga tersungkur diatas lantai. Jangan lupa dengan pipi yang membiru dibalik wajah cantiknya, membuat para pelayan yang menonton bergidik ngeri.

"Bukan begitu maksud saya Tuan."

"Jangan halangin gue Bi!"

Pelayan itu masih bersikukuh menghalangi jalan Tuannya. Tidak peduli jika Alex terus mendorong tubuhnya, dia tetap tidak akan membiarkan tuan mudanya pergi dengan kesalahpahaman.

"Kata Non Eva, Tuan Alex sendiri yang akan menjemputnya!" Kata pelayan sedikit berteriak.

Seketika Alex mematung ditempat. Dia nampak berpikir, mencerna setiap kata yang terlontar dari mulut pelayannya. Hingga akhirnya cowok itu menyadari sesuatu.

"Mampus! Gue udah terlanjur bilang sama Eva kemarin, kalau hari ini gue yang bakal jemput dia sekolah."

Sejurus kemudian Alex melesat kembali menuju kamar dan memasuki kamar mandi tanpa mempedulikan pelayannya yang sudah bergetar hebat karena takut di luar kamarnya.

*****

Alex tidak menjawab panggilan pelayannya yang menyuruh dia sarapan. Gila saja, ini sudah jam tujuh lewat sepuluh menit mana mungkin dia menyempatkan diri untuk sarapan.

Lu-Gu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang