BAB 22: Kotak tak berguna.

172K 12K 1.2K
                                    

Indah mendengus kesal sambil menopang kepalanya dengan satu tangan. Lily tak henti membicarakan tentang bedak wajahnya yang habis sedari tadi. Mana peduli Indah akan hal itu. Padahal Lily sudah terlihat cantik tanpa dipolesi make up sedikitpun. Tapi yang namanya Lily tetap saja histeris. Malah dia bilang kalau wajahnya nampak seperti Mak Lampir kalau tidak dipoles.

"Tau gak Ndah, gue itu udah cari disegala tempat bedak kayak gitu. Tapi stocknya slalu kosong."

"Ya udah gak usah dicari! Ribet amat."

"Ih Indah mah nyebelin." Lily menghentakkan kaki sebal.

"Biarin." Indah menjulurkan lidah kearah Lily.

Mereka saling bertatapan tajam. Satu sama lain tak ada yang mau mengalah, keduanya merasa paling benar. Membuat kesengitan terlihat kental disana.

"Gak usah melotot-melotot gitu. Nanti mata kalian keluar."

Tiba-tiba Eva datang dan duduk di kursi milik Revan. Indah dan Lily menganga tidak percaya akan kehadiran gadis lugu itu disaat jam istirahat akan segera berbunyi.

"Lo ngelindur ya Va? Ini udah jam berapa, kenapa baru dateng?"

Eva bersandar pada sandaran kursi lalu menghela napas panjang, "Dihukum tadi aku tuh. Telat."

"What! Seorang Eva bisa bandel juga ternyata. Ini pasti ajarannya Alex. Dimana tuh anak ingin rasanya gue cincang sekarang." Lily melipat kedua sisi lengan bajunya seakan ingin menantang.

"Mereka lagi tawuran." Jawab Eva sekenanya.

"APA?!" Teriak Indah dan Lily hampir bersamaan.

"Jelas aja Revan gue telpon dari tadi gak diangkat. Ternyata tawuran? Awas aja nanti pulang sekolah." Indah menggertakkan gigi marah.

"Iya-iya yang punya pacar, perhatian amat." Sindir Lily.

"Ya jelas dong. Apalagi kalau pamernya sama yang jomblo, pasti seru. Iya kan Va?" Indah mengibaskan rambutnya kebelakang dengan gaya sok angkuh.

Eva menggeleng sebagai jawaban. Tenaganya sudah terkuras habis karena berdiri ditengah lapangan untuk hormat pada bendera. Sungguh saat ini dia butuh asupan makanan untuk mengembalikan tenaganya.

"Awas aja lo Ndah. Gue dapet cogan yang lebih tampan dari Revan baru tau rasa lo."

"Alah omong kosong. Buktiin dong." Tantang Indah.

"Oke!"

Indah menghentikan perdebatannya dengan Lily. Berdebat dengan Lily sama saja dia tidak ada bedanya dengan cewek itu. Terlalu bodoh dan tidak pernah berpikir panjang saat melakukan sesuatu.

"Eva. Lo tau kalau mereka tawuran dari siapa?" Tanya Indah.

"Tadi malem Alex ngasih tau aku soal itu."

"Dan lo gak larang?!" Lily menggebrak meja Indah.

Eva menggeleng polos. Dia memang tidak mengatakan hal yang berartikan melarang Alex tawuran tadi malam. Bahkan dia malah memberikan semangat pada cowok itu, tapi untuk hal tersebut sepertinya Eva harus bungkam pada kedua sahabatnya. Jika mereka sampai tau kalau Eva memberikan kata-kata semangat pada Alex untuk tawuran, bisa-bisa mereka akan marah besar padanya.

"Aduh Va... kenapa lo polos banget sih!" Indah menepuk jidatnya gemas.

"Tau nih! Terlalu manjain Alex. Sekali-kali ditentang kek." Sahut Lily.

Eva mengerucutkan bibirnya menatap kedua sahabatnya, "Kan kalian yang ngajarin."

Indah mendengus kesal, "Va. Lo gak takut apa kalau Alex kenapa-napa?"

Lu-Gu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang