Eva menghela napas lega. Akhirnya dia bisa sejenak terbebas dari kungkungan seorang bad boy yang tak lain adalah Alex, pacarnya sendiri.
Dengan bantuan teman-temannya kini aksi melepaskan diri bisa berjalan dengan lancar. Mereka menggunakan alibi menyuruh Eva membeli sate madura yang ada tak jauh dari lingkungan rumah sakit.
Flashback on...
"Gak bisa!" Teriak Alex.
"Tentu bisa. Udah Va, berangkat sekarang. Nih duitnya." Chiko mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah dalam dompetnya.
"Berani beranjak kaki lo gue patahin." Ancam Alex saat tau kalau Eva sudah mau melepaskan pelukannya.
Eva mendengus kesal. Dia kembali menyandarkan punggungnya pada dada bidang milik Alex.
"Ck! Parah lo Lex. Mumpung yang jual sate Om-nya Eva sendiri nih, dapet kortingan nanti." Kata Bagas.
Alex menatap tajam Bagas yang kini malah asik mengupil lalu menempelkannya di sepray rumah sakit tanpa dosa, "Tau dari mana lo kalau Om-nya Eva jualan sate didaerah sini?"
"Ya dari Eva lah." Jawab Bagas enteng.
Eva melotot menatap Bagas. Bisa-bisanya cowok itu mengorbankan dirinya untuk dimakan bulat-bulat oleh singa yang sedang kelaparan. Om penjual sate? Bahkan dia tidak punya Om dari pihak ibu ataupun bapak sama sekali.
Gadis itu tersentak kaget saat tiba-tiba Alex memegang dagunya lalu diarahkan agar menatap manik kelam cowok itu, "Apakah bener yang dibilang Bagas? Lo nyeritain semua hal pada Bagas sedangkan gue pacar lo sendiri gak tau apa-apa."
Dia cemburu lagi.
Eva menggeleng kuat, "E-enggak. Bagas beberapa hari yang lalu nengok saudaranya yang juga dirawat disini, dan gak sengaja ketemu aku yang sedang berkunjung di warung punya Om." Bohongnya.
"Dan lo gak pamitan sama gue kalau mau keluar mengunjungi Om lo itu."
Gadis itu meringis, "Maaf." Katanya yang langsung mendapat jawaban dengusan napas dari Alex.
"Udah kan? Sana gih Va beli." Chiko kembali bersuara.
"Punya hak apa lo nyuruh-nyuruh cewek gue?!"
"Dan untuk lo Alex. Lo masih punya hutang sama gue. Lo kalah main tebak-tebakan iklan kemarin. Jadi lo harus nurut sama gue." Chiko mendongakkan kepalanya enteng.
Flashback off....
Eva berjalan menuju warung sate madura yang sudah terlihat dipelupuk mata. Sebenarnya dia ingin mencari warung sate madura yang letaknya bisa terbilang jauh, agar dia bisa terbebas dari Alex cukup lama. Namun niat itu dia urungkan karena Alex pasti mengamuk jika dirinya tak kunjung kembali.
"Pak beli sate--- Om Davin?!" Gadis itu melebarkan mata.
"Eh ada bidadari jatuh dari surga." Davin menampilkan cengiran handalannya.
Sekali lagi Eva memutar bola matanya malas, gadis itu menyedekapkan kedua tangannya didepan dada dengan tatapan tajam menembus mata pria paruhbaya didepannya.
"Bagaimana bisa Om Davin jadi tukang penjual sate sekarang? Jangan bilang ini strategi Om buat mata-matain saya."
"Eh jangan su'uzhon dulu atuh Neng. Om kan memang sudah tidak kerja lagi disitu."
"Gak.per.ca.ya." Eva menggelengkan kepala kuat, "lagi pula gimana ceritanya logat bahasa Om Davin berubah jadi sunda begitu? Saya tau kalau Om bukan orang sunda, bahkan dari segi wajah saja bisa ditebak kalau Om itu keturunan luar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lu-Gu (Selesai)
Teen Fiction"Larilah sekencang mungkin, sembunyilah ditempat yang lo suka. Dimanapun lo berada gue pasti bisa nemuin lo." "Karena apapun yang udah gue klaim menjadi milik gue gak akan pernah gue lepasin." Ini tentang Eva, yang menghabiskan sisa hidupnya untuk...