Part 12(Revisi)

1.7K 181 159
                                    

Sesuai janjinya, Darka kini sudah bersama Galena mengelilingi perpustakaan yang dulu sering dia kunjungi bersama gadis beruntung nan special yang pernah singah dihatinya. Sebenarnya tadi Galena sempat kaget ketika Darka mengatakan bahwa pemuda itu akan mengajaknya ke perpustakaan, dia kira Darka akan mengajaknya ke cafe atau mall, dan sejak kapan Darka menyukai sesuatu yang berbau buku? atau memang Darka pernah menyukainya?

Darka duduk dikursi sudut perpustakaan, memorinya memaksa agar menginggat kejadian lalu benar-benar membuat hatinya sesak, menikamnya sedalam belati, namun entah mengapa dia tetap membiarkan memori masalalu itu datang, pemuda itu engan mengusirnya, toh masalalu itu bagian hidupnya yang tidak perlu dilupakan.

Flasback on.

Dengan wajah masam Darka mengamati gadisnya yang sedang senyam-senyum membaca sebuah novel bergenre romance. Kening pemuda beralis tebal itu berkerut, sebenarnya apa yang membuat gadisnya itu begitu maniak novel romance yang jelas-jelas hanya khayalan dari si penulis.

"Beb, Kenapa ke perpus? Nggak ke mall aja?" tanya Darka setengah mencibir.

Gadisnya mendongak, menatapnya tajam. "Kalau kamu mau pulang ya silahkan! Aku lebih suka di perpus dari pada di mall tempat anak-anak alay!" ketusnya, lalu berlanjut membaca novelnya, mengabaikan Darka yang mendengus kesal.

"Iya deh. Tapi kenapa tempatnya dipojok gini?"

"Apa sih? Dari tadi ngebacot aja kamu tuh! Aku dipojok biar nggak keganggu orang! Dan biar orang nggak ngelihat kamu!"

Darka tersenyum, merasakan ada udara sejuk yang beriringan dengan nada ketus kekasihnya, "kamu cemburu ya, hm?"

"Iya, kenapa?"

Flesback of.

Darka menghela nafas berat saat berkelebat kenangan itu muncul, lagi. Galena yang sedari tadi sibuk dengan buku Harry Potter-Nya kini memandang Darka, heran sendiri melihat wajah sayu nya.

"Lo kenapa? Gue lebih suka liat wajah galak dari pada wajah sayu lo."

Darka menggeleng lemah, tersenyum kecil memandang Galena yang nampak khawatir. Ia berdiri lalu duduk disamping Galena.

Galena kaget saat Darka menyandarkan kepalanya ke bahunya. Hembusan napas Darka yang terasa seperti sengatan listrik membuat tubuh Galena menegang, detak jantungnya terpacu tak karuan dengan rona merah dipipinya.

"Bentar, gue butuh sandaran," ujar Darka parau.

"Lama juga gapapa," ucap Galena berusaha mencairkan suasana.

Darka berdecak lalu menjauhkan tubuhnya dari Galena, pandanganya kini terfokus pada wajah Galena dan kemudian terbelalak.

"Sejak kapan pakai kacamata?"

Galena kaget, ternyata Darka tak memperhatikanya? Dan baru menyadari sekarang bahwa dia memakai kacamata? "Hm. Gue pakai kalau baca aja," jawabnya dingin, entah mengapa menyadari Darka tidak memperhatikannya itu menyakitkan.

Darka mengangguk, lalu pemuda itu meraih kacamata Galena dan melepaskanya membuat si pemilik kacamata mengernyit heran. "Lo bisa liat jelas nggak sekarang?" tanyanya polos.

"Gue nggak buta Darka! Emangnya kalau pakai kacamata berarti nggak bisa lihat ya? Orang gue pakai kacamat buat baca doang," ketusnya.

Darka mengangguk paham, lalu menyodorkan ponselnya pada Galena. "Fotoin gue pakai kacamata."

Cekrek.

Darka yang melihat hasil fotonya tersenyum puas. "Pantes banyak yang demen, gue ganteng gini," pujinya membuat Galena terkekeh pelan.

Saat Darka terfokus pada ponselnya, Galena mengeledah tas kecilnya, "fotoin!" ucapnya, sudah memakai kacamata yang berbeda dari yang tadi.

"Lo bawa berapa kacamata sih?"

"Kayaknya cuman lima, ya jaga-jaga aja," jawab Galena sambil nyengir membuat Darka merinding.

"Satu, dua! Tig-- Cekrek!"

"Cantik, nyaris sempurna kalau sikap lo waras," puji Darka setengah mencela sambil memandang foto Galena.

"Lo nyibir apa muji?"

"Dua-duanya," jawab Darka dengan tawa, dan tentu saja tawa Darka barusan mengundang tawa Galena.

Kini mereka berdua tertawa bersama tanpa sebab seperti orang tolol membuat petugas perpustakaan mengusir mereka keluar.

Dan sesampainya di luar perpustakaan mereka masih tertawa, bedanya kali ini mereka memiliki alasanya, yaitu menertawakan si penjaga perpustakaan, Mrs Kemala yang alisnya runcing sebelah.

"Kayaknya Mrs Kemala perlu belajar tutor alis sama lo, alis lo lebih bagus, wah! alis lo kw ya?! tato alis?!" tuduh Galena mmebuat Darka menaikan alis kanannya.

"Alis gue asli! No kw, ya." Sewot Darka membuat Galena tertawa lepas.

Darka memandang Galena yang tertawa lepas, entah mengapa melihat tawa itu mampu melepas bebanya, dan perlahan ia suka tawa itu, tawa yang juga perlahan menjelma menjadi penyebab tawanya.

Tbc.

Next?

I am stuck √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang