Part 50

1.5K 106 104
                                    

Dulu udh bnyk sider yg komen, knp akhir2 ini kalian sider lagi? bsn sama cerita kaku ini ya?
•••

"Siapa yang berani bikin kamu seperti ini? Jawab Alena!" gertak Danu saat melihat putri semata wayangnya itu pulang dengan keadaan mata sembab.

Galena menggeleng pelan, untuk saat ini gadis itu belum ingin menceritakan semuanya, yang ingin ia laukan adalah tidur sambil mendengarkan musik, itu saja tidak yang lain. "Alena! Jawab Ayah!" kali ini nada bicara Danu naik satu oktaf.

"Alena kenapa sih? Kok di wajahnya ada tulisan gitu, kamu di bully?" tanya Gracia, bunda Galena sambil memengang bahu Galena.

Lagi-lagi Galena hanya mampu menggeleng lemah membuat kemarahan Danu jadi memuncak. Pemilik yayasan Danendra itu mengebrak meja membuat Galena dan Gracia jadi terlonjak kaget. "Tinggal jawab apa susahnya?!" bentak Danu membuat air mata Galena jadi kembali mengalir.

Memangnya salah ya jika gadis itu engan bercerita? Dia hanya ingin menenangkan diri sendiri setelah kalimat pedas dari Fanya barusan membuat harga dirinya terhempas. "Galena mau istrihata, ayah," beo Galena sambil menunduk, engan menatap sang Ayah yang masih nampak emosi.

"Jawab dulu siapa yang bully kamu!"

"Fanya!" seru Galena yang mulai berang membuat Danu jadi diam sesaat.

"Fanya anaknya  kepsek itu?" tanya Danu dibalas anggukan kecil oleh Galena.

"Kenapa dia bully kamu?" kali ini nada bicara Danu terkesan dingin, datar tak bernada seolah pria itu tak peduli lagi dengan Galena.

Galena diam sesaat, gadis itu nampak berpikir apa ini waktu yang tepat untuk memberi tau orang tuanya tentang kehidupan sehari-harinya? Apa ini waktu yang tepat baginya untuk kembali bercerita tentang masalahnya? 

Setelah meyakinkan diri bahwa ini memang waktu yang tepat Galena segera bercerita, "Fanya cemburu kalau Galena dekat sama Darka dan Erlan," cicitnya membuat kerutan di dahi Danu dan Gracia jadi terlihat.

"Apa kamu belum mengumumkan bahwa kamu adalah anak dari pemilik SMA Danendra?" tanya Danu dibalas anggukan kecil oleh Galena.

"Pantas saja!"

"Seharusnya kamu tidak usah menyembunyikan identitas aslimu! Untuk apa juga? Akhirnya kamu malah di bully seperti ini, bukan?" sentak Danu.

"Aku cuma mau dapat teman yang tulus, Ayah," jelas Galena membuat Danu jadi tertawa sinis meremehkan.

"Kamu itu aneh, teman? teman itu tidak penting yang penting itu kekayaan Galena, drajat," cerca Danu membuat Galena jadi mengepalkan tangannya tak setuju dengan pernyataan Danu barusan.

"Nggak semuanya bisa dilihat dari drajat. Buktinya drajat nggak bisa bikin Galena senang," aku Galena membuat Danu serta Gracia jadi mengernyit heran.

"Apa maksud kamu? Bukannya selama ini kamu senang bisa berfoya-foya memakai uang Ayah?"

Galena tertawa sinis menggingat selama ini orang tuanya selalu sibuk dengan pekerjaan sampai tidak menyadari bahwa ia tak perna tidur di rumah ini lagi, rumah yang belakangan ini sangat suka membuat suasana hatinya memburuk. "Apa Ayah sama Bunda nggak sadar bahwa selama ini Galena nggak pernah tidur disini? Galena tidur di rumah nenek, Galena juga nggak pernah berfoya-foya pakai uang Ayah dan Bunda. Dan yang perlu Ayah serta Bunda tau, drajat yang selama ini Ayah dan Bunda banga-bangain malah membuat Galena jadi sengsara. Kalian terlalu sombong," tutur Galena membuat satu tamparan refleks dari Danu menghantam pipi kanannya membuat luka batinya semakin menganga lebar.

Plak.

Galena tersenyum miris, tangannya mengusap pelan bekas tamparan Danu yang membua air matanya jadi kembali mengalir keluar. "Makasih buat semuanya, Galena pernah senang tinggal disini, tapi itu dulu, sekarang tinggal bayang-bayang yang membuat Galena jadi semakin terpuruk. Kenapa Ayah sama Bunda nggak sesekali pantau kehidupan Galena, siapa tau Galena salah jalan. Galena harap Ayah sama Bunda bisa belajar setelah Galena pergi nanti,"  lirih Galena membuat Danu jadi terbelalak kaget.

"Maksud kamu apa?"

"Galena mau tinggal sama nenek," jawab Galena membuat Gracia jadi refleks mencekal tangannya.

"Kamu nggak boleh pergi," titah Danu tegas dibalas gelengan oleh Galena.

"Galena tetap akan pergi," kekeh Galena sambil berusaha melepaskan cekalan tangan Gracia.

"Kalau begitu semua fasilitas kamu Ayah cabut," bukannya mengalah keputusan Danu barusan membuat tekat Galena semakin bulat untuk meninggalkan rumah ini.

"Galena nggak peduli, lagian selama ini Galena nggak pernah makai fasilitas dari Ayah."

"Mau kamu apa?" kali ini Danu bertanya sambil menurunkan nada bicaranya serta dengan mata berkaca-kaca saat melihat sorot kecewa ada dalam manik Galena.

"Galena mau Ayah sama Bunda ada waktu luang buat Galena," jawab Galena pelan.

"Iya sayang, nanti Bunda nggak kerja lagi demi Galena, tapi Galena jangn pergi ya," ujar Gracia sambil memeluk putri semata wayangnya itu.

Galena diam, gadis itu tak membalas pelukan Bundanya, dia masih menunggu jawaban dari Ayahnya. "Baiklah, Ayah sejutu, tapi kamu besok harus ikut Ayah dan Bunda klarifikasi tentang status kamu sebagai putri tunggalnya Danu Danendra,"  tandas Danu dibalas anggukan setuju oleh Galena.

Danu maju dua langkah, pria itu segera ikut memeluk dua bidadari kesayangannya. "Ayah nggak mau sampai kamu di bully lagi. Ayah nggak mau kamu sedih lagi, Alena," bisik Danu membuat Galena jadi menangis terharu.

Keluarganya sudah berangsur memulih, tinggal asmaranya saja yang belum. Apa takdir selanjutnya akan berpihak padanya? 

Tbc.

Ew, gaje bat ya? HEHE.

Ps: Kalau Bundanya Galena awalnya bukan Gracia tolong di koreksi, gua lupa siapa namanya sih. Laras atau Gracia? Entah, gua lupa pokoknya.

Next? Spam! 

I am stuck √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang