Part 17

1.7K 149 64
                                    

Seperti lampu sorot, pagi ini pandangan kembali terarah pada Galena, tapi kali ini beda, itu pandangan iri bukan pandangan mencemooh. Bahkan kakak kelas centil yang biasanya mencibir sekarang diam dengan ekspresi kaget saat melihat Galena berjalan beriringan dengan Darka.

Saat sampai di pintu kelas Galena, Darka menghentikan langkahnya lalu tersenyum kecil memandang Galena yang sedari tadi terus tersenyum lebar.

Darka membungkuk, mengarahkan wajahnya tepat ke samping telinga Galena kemudia berbisik. "Jangan kebanyakan senyum, nanti tambah gila," bisiknya sambik terkekeh geli.

Galena yang sempat mematung langsung berteriak saat Darka ngacir pergi sambil tertawa terbahak-bahak, sudah ia tebak pasti cowok beralis tebal itu akan bolos pada jam pelajaran pertama. Tentunya itu tak membuatnya kesal, malah membuatnya senang bukan main bisa dekat dengan Darka si mostwanted sekolah.

Dengan langlah riang Galena memasuki kelas dan terkekeh pelan saat beberapa teman sekelasnya ketahuan mengintip lewat jendela.

"Woooo, udah jadian ya sama Darka?" tanya Hilda sambil menaik turunkan alisnya.

"Belum, tapi bakal jadian kok," jawabnya sambil tersenyum lebar.

"Jadian palingan satu dua minggu doang," komentar Gaisha dingin membuat Galena kesal.

"Hust! Apaan sih Sha! Apa lo masih terobsesi sama Darka?!" tanya Hilda sewot.

Gaisha mendengus kesal, melotot pada Hilda yang memincingkan mata kearahnya. "Gue nggak pernah terobsesi sama buaya!" tegasnya.

"Masa?"

"Terserah mau percaya atau enggak!"

Galena diam saja, memperhatikan kedua sahabatnya yang masih berdebat hinga seseorang masuk ke kelasnya membuat keadaan hening seketika. "Galena!"

Galena mendongak, menatap heran cowok berwajah sangar di depanya yang memandang dingin ke arahnya. "Er-Erlan, kan?"

Cowok itu mengangguk, melirik singkat Hilda yang sudah salah tingkah. "Ikut gue."

"Ke mana?"

"Ikut gue!" titahnya lagi tanpa berniat menjawab pertanyaan Galena barusan.

Galena mendesis kesal lalu berjalan mengikuti Erlan. Kedua orang itu berhenti di belakang perpustakaan yang sepi, hanya ada mereka berdua disana membuat Galena sedikit ketakutan. "Mau ngomong apa sih?" tagih Galena tak sabar.

"Lo kemarin jalan sama Darka?"

"Ya. Napa? Cemburu atau iri karena Darka bisa jalan sama gue sedangakan lo nggak?" tanyanya dengan percaya diri.

Erlan berdecak, kini pandangan matanya meneliti tubuh Galena dengan intens membuat Galena salah tingkah. "Lo biasa-biasa aja, bahkan Fanya lebih cantik." Jedanya sambil menelusuri wajah tembam Galena yang sudah memerah marah. "Tapi, kenapa Darka mau sama lo? bahkan dia udah sedikit lupa sama misinya. Apa yang lo serahin ke dia? tubuh lo? atau lo pakai pelet?" tuduh Erlan kejam, tak memperdulikan bola mata Galena yang berkaca-kaca menahan amarah.

"Kalau gak tau apa-apa nggak usah sok tau!"

"Justru itu, gue nanya biar tahu," katanya kalem, kedua tanganya bersedekap diatas dada sedangakan pandanganya tak lepas dari tubuh Galena seakan jika tak di pandangi tubuh itu akan menghilang.

"Nanya? nanya apa nuduh?! gue masih suci dan gak akan berbuat hal aneh! gue masih punya harga diri!" seru Galena marah, tak peduli jika nanti ada yang mendengarnya.

Erlan tersenyum miring, kemudian mengangguk mengerti. "Tapi gue nggak percaya. Dan, gue denger lo mantanya Dewa?"

"Iya! emang masalah buat lo? masalah bapak lo? masalah pacar lo?" tanya Galena sewot dengam kedua mata mendelik marah.

"Dewa itu brengsek, jadi nggak mungkin biarin cewek lepas gitu aja dengan keadaan suci," ucapnya tenang.

"Maksud lo apa? gue nggak suci, gitu? dasar buaya! cowok gila! sinting!" cacinya sambil memukul-mukul dada bidang Erlan dengan brutal tak peduli jika nanti Erlan marah padanya.

Erlan terkikik geli, berbalik meninggalkan Galena yang terus uring-uringan. "ERLAN TAI! AWAS SAMPAI JATUH CINTA SAMA GUE! BAKAL GUE TOLAK LO!"

Erlan berhenti, mengangkat tanganya lalu menunjukan jari tengahnya kepada Galena yang masih mencaci-maki dirinya. Entah mengapa membuat Galena uring-uringa itu menyenangkan. Seulas senyum tipis samar terbentuk pada wajah dinginya, senyum yang sangat jarang ia tunjukan kini terbentuk karena Galena, hanya Galena.

TBC.

DARKA-GALENA?

GALENA-ERLAN?

APA, Vi-DARKA? wkwk canda elah:v


I am stuck √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang