Galena-Darka:
"Kalau lo mau pulang duluan gapapa Len, gue masih lama," kata Darka sambil mengelap keringatnya yang bercucuran.
Galena tersenyum tipis, "Nggak, aku nungguin kamu aja."
"Iya udah, gue balik ke lapangan ya, mau latihan basket lagi," pamitnya dibalas anggukan singkat oleh Galena.
"SEMANGGAT SAYANG!" seru Galena saat Darka menoleh membuat pemuda itu mengembangkan senyum.
Ponsel disaku Galena bergetar menandakan ada pesan masuk, gadis itu langsung merogoh saku bajunya. Keningnya mengernyit ketika melihat pesan dari Delby, mantan sahabatnya yang kini menjabat sebagai pacarnya Dewa.
Delby: Len, kamu dimana? aku di depan gerbang SMA kamu, kesini gih, aku mau ngomong penting.
Membaca itu membuat rahangnya mengeras, apa-apaan ini? gadis picik itu menyuruhnya ke depan gerbang? untuk apa? sok-sokan menyuruh segala, dia pikir dia siapa?
Me: Sok nyuruh-nyuruh gue lo!
Belum ada dua menit ponselnya kembali bergetar, pesan dari Delby kembali masuk.
Delby: Kali ini penting, please dong:))
Galena mengetik lagi dengan mulut yang sudah mengoceh tak jelas.
Me: Ogah!
Delby: Oke, biar aku atau Dewa yang masuk.
Membaca itu membuat Galena refleks berdiri dengan kedua mata melotot lebar, bagaimana bisa Delby begitu bodoh? jika keduanya masuk ke wilayah Danendra bisa-bisa mereka remuk, tau sendirikan kalau Yardana dan Danendra itu nggak pernah akur?
Me: Bangke lo, oke gue kesana!
Setelah mengirim balasan itu Galena segera berseru pada Darka yang kini sibuk men-drible bola basket, "Sayangggg! aku ke toilet dulu yaaaa!"
Setelah berseru Galena serega berlari menuju gerbang, dan benar saja disana sudah ada Delby serta Dewa. "Apa?" tanya Galena to the point dengan mata melirik sinis keraha tangan Delby yang mengengengam erat jemari Dewa.
"Ewa, kamu pergi dulu ya, aku mau ngomong berdua sama Galena."
Menengar itu refleks membuat Galena mendengus kesal, Ewa? jadi panggilan sayang dari Delby untuk Dewa itu Ewa? nggak bangget, dulu saja Galena memanggil Dewa dengan sebutan Hon-hon yang berarti Honay, jadi lebih bagus Hon-hon dari pada Ewa bukan? Ah tapi masa bodo, mau si Delby manggil Ewa, Iwak, Owo, atau Uwo pun Galena tak peduli, masabodo saja toh sudah ada Darka yang sekarang mengisi ruang hampa yang dulu pernah dihuni Dewa.
"Iya, nanti kalau udah selesai telpon aja ya," balas Dewa sambil menaiki motornya, lalu melajukan motornya dengan kecepatan tinggi meninggalkan Galena dan Delby.
"Cepat, gue nggak punya banyak waktu!"
"Selalu nggak sabaran ya kamu," balas Delby sambil terkekeh pelan.
"Kalau terlalu sabar bisa-bisa ditikung!" balas Galena telak dengan penekanan pada setiap katanya.
"Nyindir ya kamu?"
"Lo ngerasa? bagus kalau kerasa!" ketus Galena membuat Delby menghela napas pelan, gadis berambut sebahu itu tau benar mengapa Galena bisa seketus ini padanya, coba kalian ada diposisi Galena yang dulunya selalu membantu Delby saat cewek itu di bully dan saat Galena berhasil membuat Delby jadi mostwanted girl nya SMA Yardana cewek itu malah merebut kekasihnya, apalagi Dewa memilih Delby dan memutuskan Galena dihadapan banyak orang tepat saat hari jadi mereka yang ke satu tahun, kombinasi penghianatan yang sempurna bukan?
"Len, aku cuma mau jelasin kalau waktu itu Dewa nembak aku karena dia terpaksa," ucap Delby dibalas kekehan geli oleh Galena, mana mungkin Galena akan percaya pada seorang penghianat picik seperti Delby.
"Gak usah nipu gue!"
"Aku tau susah buat kamu percaya ini, tapi aku udah jujur len."
"Jujur apaanya?!"
"Jadi, Dewa dulu nembak aku karena tau kamu anaknya Pak Danu Danendra, kamu tau kan kalau Ayah kamu sama Ayahnya Dewa itu musuh bebuyutan?"
"Terus? mana gue peduli!" ketus Galena dengan kedua mata menatap sinis kearah Delby.
"Tapi kamu kan jadi salah paham," cicit Delby.
Galena berdecih sinis, gadis itu melangkah maju dengan kepala yang kini sudah berada tepat di samping telinga Delby, "salah paham? mungkin iya, tapi sama aja, kan sekarang lo sama Dewa udah beneran jatuh cinta, kalian yang cinta dan gue dapat bagian jatuhnya," bisiknya membuat Delby refleks mundur dua langkah kala mendengar nada suara Galena yang terdengar menakutkan.
"Udah ah, lo pergi aja, nggak baik, disini banyak cogannya, nanti lo nikung lagi," cibir Galena membuat Delby menghela napas pelan.
"Tap---"
"Udah sono pergi! gak denger ya lo kalau gue suruh pergi?!" kesal Galena karena Delby tak kunjung pergi.
"Iya aku pergi, oh iya nomer barunya Dewa udah aku sand ke kamu, kalau suatu hari nanti kamu mau balik ke Dewa aku ikhlas kok, karena aku itu hutang budi sama kamu."
"Idihh, sok baik lu, dulu aja nikung gue!" cibir Galena sambil memutar bola matanya dengan jengah, apa-apaan si Delby itu? sok sekali, apa dia ingin agar para pembaca mengira bahwa disini dia yang jadi protagonis? kalau ada nominasi pemeran drama terbaik mungkin Delby bisa masuk nominasinya.
"Aku pamit ya Len, ingget ya kalau kamu punya masalah curhat ke Dewa aja, diatuh masih sayang sama kamu."
"Sayang kok rela mutusin demi cewek sampah kaya lo!"
Mendengar ucapan Galena barusah yang mampu dilakukan Delby hanya tersenyum tipis, wajar saja kan kalau Galena begitu padanya, secara dia dulu selalu di bully lalu Galena datang untuk mengangkat derajatnya namun dia malah menusuk Galena dari belakang, mungkin hinaan dari Galena saja belum setimpal untuk kesalahan yang dia perbuat.
Tbc.
Next? Udah mulai tau tntng alasan Galena pindah sekolah 'kan?
Jangan sider, sider gak ada untungnya, kalau voment kan bisa buat aku smgt nulis^^
Salam, Vi!
KAMU SEDANG MEMBACA
I am stuck √
Teen Fiction"Bukannya gue malas perjuangin lo lagi, gue sih belajar menghargai diri sendiri aja, kalau gue tetap memperjuangin lo yang terus berlari tanpa memperdulikan gue yang terus mengejar, kan, percuma, nggak ada guna nya, kasihan guenya yang terlalu berha...