"Ke lapangan yuk Len."
Galena mendongak, menatap Hilda yang sudah tersenyum lebar di depannya. "Malas ah, panas," tolaknya membuat Hilda menghela nafas kesal.
"Ayoo lah Len, sekali-kali aja, disana ada Dar--"
"Apaan sih, kalau Galena nggak mau gak usah di paksa!" cetus Gaisha membuat Hilda melotot garang kearahnya.
"Lo yang apaa---"
"Buat yang ngerasa namanya Galena Patrecia gue tunggu di lapangan dalam dua menit kalau nggak kesini awas aja!"
Mata Galena langsung terbelalak kaget begitu mendengar suara Darka, begitu menyadari bahwa Darka berbicara mengunakan toa refleks membuat Galena terkekeh geli. Tapi tunggu dulu, dia tadi disuruh ke lapangan dalam waktu dua menit?
DUA MENIT?!
"Lari Len!" seru Hilda membuat Galena tersadar, cewek berponi itu langsung bergegas menuju lapangan, berlari sekuat tenaga menuruni tangga.
Jujur saja Galena agak malu ketika dia berlari karena banyaknya orang yang berkerumu menatap tak suka padanya. Sebenarnya ada apa dengan Darka? bukankah kemarin cowok itu cuek padanya? oh atau Darka hanya ingin mempermalukan nya?
Ah tidak mungkin Darka sejahat itu padanya.
Nafas Galena tersengal, gadis itu membungkuk dengan kedua tangan bertumpu pada lututnya berusaha menghirup udara sebanyak mungkin. Matanya langsung terbelalak ketika menyadari bahwa pasukan Garelda tengah mengelilinginya dengan tangan membawa balon bewarna pink, warna kesukaan nya.
"Memengkan hatiku bukanlah sutu hal yang mudah, kau berhasil membuat ku tak bisa hidup tanpa mu," suara itu refleks membuat Galena menoleh kebelakang, disana sudah ada Darka yang bernyanyi diiringi petikan gitar oleh Devan, ditangannya ada sebatang bunga mawar pink.
"Menjaga cinta itu bukanlah satu hal yang mudah, namun sedetik pun kau tak pernah berpaling dariku," Darka terus bernyanyi dengan suara khasnya, memang suara Darka tidak bagus-bagus amat namun itu saja cukup membuat hati Galena berdesir tak karuan dengan jantung yang berdetak tak berirama.
"Beruntungnya aku dimiliki kamu....."
Kini jaraknya dengan Darka tinggal tiga langkah, Galena bahkan bisa melihat dengan jelas manik mata hitam milik Darka yang terus memandang kearahnya, bukan pandangan sinis seperti biasanya, tapi pandangan penuh kekaguman yang berhasil membuat rona merah di pipi Galena muncul.
"Kamu adalah bukti dari cantiknya paras dan hati, kau jadi harmoni saat ku bernyanyi tentang gelap dan terangnya hidup ini."
Selesai. Darka hanya bernyanyi sampai di situ, kini cowok dengan jaket berlambang Garelda itu telah berlutu di hadapan Galena membuat mata Galena terbelalak kaget.
"Jujur aja ya, gue udah mulai suka sama lo sejak lo pingsan itu, sikap lo yang konyol plus gila bikin daya tarik bagi gue, lo aneh tapi gue suka. Do you want to be my girlfriend?"
Galena hampir saja terpekik saat Darka mengatakan itu, apalagi kini pasukan Garelda beserta sebagian besar murid SMA Danendra meneriaki kalimat "Terimaaaa Len!" semakin membuat jantungnya berdetak tak terkendali.
"Yes i want to be your girlfriend," jawabnya membuat Darka berdiri dengan kedua tangan terulur mengacak gemas rambut Galena.
"Kok gak meluk? cuman ngacak rambut doang?" tanya Galena membuat Darka terkekeh pelan, kini pemuda itu sibuk menyelipkan bunga mawar yang tadi dia bawa ke rambut Galena.
"Belum halal, sayang," jawabnya membuat Galena tersipu malu saat mendengar Darka memanggilnya dengan sebutan 'sayang'.
"Halalin dong," guraunya membuat anggota Garelda serempak menyoraki.
"Udah ah, gue putusin nih kalau ngelantur mulu," ancam Darka membaut Galena cemberut kesal.
"Baru pacaran kok mau putus, situ sehat?"
"Allhamdulilah, nggak sehat, gara-gara keseringan mikirin lo sih," gurau Darka membuat Galena kembali tersipu malu.
"Ish pacar gue alay nih!"
"Ketularan lo lah."
Tbc.
Next gak nih? cie-cieee GALENA-DARKA pacarannnn.
Eits ini masih jauh dari kata tamat loh ya, jadi jangan lupa stay terusssss.
Kira-kira Darka betah nggak ya pacaran sama Galena?
Salam, -Vi!
KAMU SEDANG MEMBACA
I am stuck √
Novela Juvenil"Bukannya gue malas perjuangin lo lagi, gue sih belajar menghargai diri sendiri aja, kalau gue tetap memperjuangin lo yang terus berlari tanpa memperdulikan gue yang terus mengejar, kan, percuma, nggak ada guna nya, kasihan guenya yang terlalu berha...