Part 37

1.3K 86 82
                                    

Mata Darka langsung membulat sempurna saat melihat seorang gadis bertubuh kecil dengan rambut hitam lurus tengah menonton televisi bersama Erlan.

"Queena?" Lirih Darka sambil menyentuh bahu gadisnya yang sangat ia rindukan itu.

Queena, gadis yang tadinya sibuk bersenda gurau dengan Erlan jadi mendongak, matanya langsung terbelalak begitu melihat Darka memasang senyum hangat kearahnya. "KAK DARKAAAA!" pekiknya kegirangan sambil memeluk Darka erat seolah engan dipisahkan kembali dengan lelaki yang berhasil menyembuhkan traumanya itu.

Darka membalas pelukan Queena, pemuda itu menghirup dalam-dalam parfume Queena yang selalu berhasil membuat jantungnya berdetak tak karuan, setelah setahun lebih Queena pergi meninggalkan lara, meninggalkan rasa sepi, serta ribuan rasa yang tak mampu ia gambarkan, kini gadis itu kembali, kembali pada waktu yang kurang tepat.

"Queena kangen banget sama kamu kak," bisik Queena sambil melepas pelukannya.

Darka tersenyum tipis, netranya bisa melihat dengan jelas bahwa tubuh kekasihnya itu bertambah kurus dengan kulit pucat pasi. "Kamu di singapura makan gak sih?" tanya Darka sambil membelai pipi Queena mengabaikan Erlan yang mendengus jengkel melihatnya.

"Makan kok, kak," jawab Queena sambil terus tersenyum, baginya malam ini adalah malam terbaik dalam hidupnya, dia bisa kembali ke Indonesia, dia sudah terbebas dari obat-obatan, dia juga sudah bebas dari psikater dan pastinya dia sudah kembali berdekatan dengan seseorang yang begitu dicintainya;Darka.

"Kamu makin kurus, tapi gapapa, tetap cantik," puji Darka membuat Queena terkekeh geli dengan kedua pipi bersemu merah.

"Lo alter ego ya, Ka? sama Queena manis banget, tapi kalau sama Galena kaya apaan tau," cibir Erlan membuat Darka melotot kesal dibuatnya.

Kening Queena mengernyit, dia tentu penasaran siapa sih gadis yang dimaksud Erlan barusan? Galena itu siapa? apakah dia gadis baru yang berhasil membuka gembok es di hati Darka padahal kuncinya ada padanya? kalau iya untuk kali ini dia engan mengalah, sudah cukup semuanya dirampas darinya, dia juga ingin merasakan apa yang remaja lain rasakan.

"Galena? siapa dia?" tanya Queena.

Darka mengaruk tengkuknya pertanda bahwa pemuda itu tengah berpikir untuk sebuah kebohongan, "eh, itu, Galena tuh, ah iya! Galena tuh pacarnya Erlan tapi naksir aku, gitu Na," jawab Darka membuat Queena mengangguk paham sedangkan Erlan melotot kaget.

"Dia buk----"

Baru saja Erlan hendak meyangah tetapi Katharin-Mamah tirinya datang membawakan setoples coklat oleh-oleh dari Filifina. "Pada ngapain sih kok seru bangget? ini Mamah bawa coklat, enak loh," katanya sambil duduk disebalah Erlan.

"Dari filifina, ya Mah?" tanya Erlan antusias berbeda dengan Darka yang memasang wajah datar, jujur saja sampai saat ini Darka belum mampu menerima Katharin mengantikan Mamahnya, berbeda dengan Erlan yang nampak sudah lengket dengan Katharin.

"Iya, sini Darka, Queena, makan coklat yuk, bisa bikin bahagia loh," tawarnya dengan senyum hangat.

"Bikin bahagia kalau yang ngasih coklat itu orang yang kita sayang," ketus Darka membuat Katharin mengulas senyum tipis berusaha memaklumi hati es anak tirinya itu.

"Apaan sih lo nyet! sans dong!" umpat Erlan membuat Darka memutar bola matanya malas.

"Lo nggak nyadar kalau dia bikin papah semakin jauh sama kita? nyadar gak sih lo?!" Seru Darka sambil menunjuk Katharin dengan jari telunjuknya membuat Mamah tirinya itu tersentak kaget.

"KELAKUAN LO YANG BIKIN PAPAH NGEJAUH!" Teriak Erlan dengan napas naik turun menandakan emosinya benar-benar memuncak.

"Gue? Lo kali! lo yang selalu nyalahin gue atas kematian Mamah!" balas Darka tak mau kalah membuat Erlan bangkit dari duduknya lalu menarik kerah baju Darka.

"Lo bakal tau semuanya suatu saat nanti, tapi maaf gue belum bisa nyeritain sekarang!" jedanya sambil melirik Queena yang sudah membekap mulutnya, "tunggu tangal mainnya aja," lanjutnya disertai senyum miring yang nampak mengerikan lalu setelah itu langsung beranjak pergi menuju kamarnya.

"Dar-dar---"

"Ayo tidur," potong Darka berusaha melunak pada Queena yang nampak ketakutan.

"Ayoooo, tapi gendong ya? sampai kamar aku ajaaaa," pinta Queena mengabaikan bahwa Katharin masih berada di belakangnya memperhatikannya dengan tatapan tak suka.

Darka tersenyum kecil, besok sore dia akan mengunjungi rumah orang tua Queen-nya dan bertanya apa kondisi Queena begitu parah hingga memengaruhi sifatnya? sebenarnya ini cukup bagus menginggat dulunya Queena itu sangat dingin dan engan bersentuhan dengannya berbeda dengan sekarang yang lebih kekanak-kanakan dengan sifat yang mirip----Galena?!

Darka langsung melotot kecil begitu menginggat dia juga masih menjadi kekasih Galena, jadi kalau begitu---Sekarang dia punya dua pacar dengan sikap yang hampir sama? oh ayolah, menghadapi Galena saja sudah membuat emosinya meluap-luap apalagi kini ditambah Queena?

Atau, Darka bisa memilih salah satunya saja, saat memikirkan itu Darka langsung teringat pesan Chilo bahwa yang hadir duluan itulah yang berhak menetap. Jadi kalau yang hadir duluan itu---

"Darka? ayo cepat gendong! aku ngantuk!" rengekan manja dari Queena membuat Darka langsung mengerjab-erjab, lalu pemuda itu segera membungkuk agar Queena bisa naik ke punggungnya.

"Udah nyaman sama posisinya belum Len?"

"Len? siapa? aku Queena! gak ada unsur Len nya!"

"Eh? aku tadi bilang Na kok, kamunya aja yang salah dengar," ralat Darka dibalas anggukan mengerti oleh Queena, mungkin malam ini dia masih beruntung, tapi besoknya? apakah keberuntungan akan terus berpihak padanya?

Tbc.

Agagagaga.
Gue bilang juga apa, Galena Darka jadi couple tuh ga segampang yg kalian bayangin!!!

SENENG akutuh kalau liat Galena nangis:^

Next ga? Spam dulu!!

I am stuck √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang