Entah mengapa pagi ini terasa ganjil bagi Galena, sedari tadi semua pandangan mencemooh terarah padanya, dan ia sudah berkali-kali menelpon Darka tetapi cowok itu tidak mengangkatnya.
Aneh.
Galena mengedarkan pandanganya, melihat Darka sedang bermain basket dengan anak-anak Garelda mampu membuatnya bernapas lega, mungkin Darka tidak mengangkat panggilanya karena cowok itu sibuk bermain basket.
Galena kembali menuruni tanga, kali ini membawa sebotol air dingin ditanganya. "Darka!" serunya.
Darka menoleh, tersenyum sinis memandang Galena yang berjalan mendekat kearahnya dengan senyum lebar, senyum itu sempat menjadi penyebab ia tersenyum tapi kini tidak lagi.
"Pantes panggilan gue nggak diangakat, lo lagi main basket rupanya?" tanya Galena saat sudah berhasil menyasak masuk lapangan membuat pasukan Garelda yang lain menyingkir, memberi ruang pada mereka berdua.
"Gue sengaja nggak ngangkat," katanya tenang namun menusuk.
"Toh, gak penting," lanjutnya membuat Galena melotot kaget.
Galena membeku, dia kira dia dan Darka sudah berteman kemarin, tapi itu hanya 'perkiraan' konyolnya saja ternyata. "Oh, gue nggak penting ya?" tanyanya lebih pada dirinya sendiri.
"Iya, dan gue hampir ketipu sama sikap sok polos lo!"
"Sori, maksud lo apa?"
Darka berdecak kemudian menyeringai sinis. "Sok polos. Gue udah liat siaran langsungnya Fanya, liat lo pelukan sama ketua geng Yardana yang notabenenya adalah musuh bebuyutan Garelda! Dan ternyata dia pacar lo!"
"Lo dengar percakapanya, nggak?"
"Nggak. Lagian buat apa? Lihat kalian pelukan penuh kasih aja udah buktiin kalau lo pindah ke sekolah ini dengan alasan lo mau mengoyahkan Garelda dengan deketin gue, kan?" tudunya mmebuat Galena memejamkan matanya sesaat, berusaha menetralisir rasa sakit yang membuncah.
Gadis itu, Galena, seperti ditarik mundur pada bulan-bulan yang lalu, pada saat ia diputuskan oleh Dewa didepan banyak orang, di lapangan basket Yardana tepat di hari jadi setahun hubugan mereka kini seakan terulang, namun bedanya ini Darka, bukan Dewa.
"Lo salah," cicitnya sambil mundur perlahan dengan tatapan kosong.
"Apa? Salah kalau nyatanya gue ngangep lo teman?!"
"Lo belum ngangap gue teman, lo salah."
Tawa Darka mengisi kesunyian lapangan, pandangan tajamnya menatap manik coklat Galena yang telah terlapis cairan bening. "Lo yang salah! Cewek murahan! Munafik! Sampah!"
Degh.
Hati Galena mencelos saat itu juga, hanya karena ia mantan Dewa dan karena berita separuh benar dari Geng The Princesses, Darka, pangeran hatinya mengucapkan kata-kata laknat itu?
Kecewa.
Sedih.
Itu yang ia rasakan, rasa yang dominan menguasai raganya."Lo salah Darka garmilang alatas! Lo salah! Lo bakal nyesel pernah ngehina gue gini!" serunya lantang lalu berlari menjauh meninggalkan sorakan-sorakan mencemooh dibelakangnya.
"Gue ternyata salah pilih tempat singah, lagi." cicitnya.
TBC.
Gue nggak tau ini konflik terlalu cepat atau enggak, yang pasti gue pengen gitu ajaaaa.
Huwaaaaa:((((( BAPER GUE NULISNYAAAAA.
Makasih yang udah baca(beneran/boongan) dan yang udah voment.
KAMU SEDANG MEMBACA
I am stuck √
Teen Fiction"Bukannya gue malas perjuangin lo lagi, gue sih belajar menghargai diri sendiri aja, kalau gue tetap memperjuangin lo yang terus berlari tanpa memperdulikan gue yang terus mengejar, kan, percuma, nggak ada guna nya, kasihan guenya yang terlalu berha...