Part 22

1.5K 120 49
                                    

Kini Galena dan Darka sudah berada di cafe dekat toko buku. Awalnya Galena bersikeras agar makan bakso pingir jalan saja, tetapi Darka menolak mentah-mentah dengan alasan kesehatan hingga akhirnya Galena setuju.

"Makan tuh," titah Darka cuek, pandanganya sibuk meneliti kue berbahan sayuran lembek di hadapanya. Sebenarnya Darka juga ingin makan bakso di pingir jalan tetapi ia sengaja ingin membuat Galena jengkel, ingin tahu saja seberapa lama gadis itu betah terhadap sikapnya.

"Ish! Nyebelin. Eh, Ka, lo vegetarian, ya?" tanya Galena pelan sambil menatap jijik kue lembek Darka.

"Ngg-Iya! Gue vegetarian berat," katanya sambil menyendok kue basahnya yang lebih mirip sayur diblender lalu dikasih kuah nasi padang ketimbang kue. Sangat menjijikan!

"Ha? Wa-wau! Gue aja nggak suka," kata Galena kikuk dengan pancaran jijik kearah kue basah itu.

Darka tersenyum melihat ekspresi jijik Galena, gadis itu terlihat lebih lucu dengan ekspresi itu. Kening Darka mengernyit saat sesuap kue itu melewati tengorokanya. Rasanya aneh.

"Gue ke toilet dulu," katanya buru-buru.

Galena mengangguk, memandang pungung tegap itu menjauh, pikiranya berkelana sibuk menyusun kata-kata menjebak yang kira-kira akan dijawab Darka dengan cerita Queena.

"Jomblo. Sendirian aja."

Galena terkejut mendengar suara itu, refleks ia menoleh ke sumber suara. Di depanya sudah ada lelaki tinggi dengan gaya angkuh menduduki kursi Darka.

Kening Galena mengernyit. "Ngapain disini? Ngikutin gue, ya?" selidiknya penuh percaya diri.

Lelaki yang bernama Erlan itu terkekeh pelan mendengar kepedaan gadis dihadapanya. "Ck. Geer nya ke DNA."

"DNA itu lagunya BTS."

"Gue nggak peduli. Lo sama siapa disini?"

"Kepo deh nih fans."

"Ngapain sama Darka?"

Galena terbelalak, bagaimana bisa pemuda angkuh di depanya ini tau dia kesini bersama Darka? Apakah pemuda ini memiliki indra ke enam?

"Kok lo bisa tau? Lo titisan cenayang, ya?" tanya Galena ngelantur.

"Ck, bego. Tuh di depan ada motornya Darka."

"Ooooh."

"Kenapa sama Darka? Gak sama gue aj--"

"Karena yang anget-anget lebih enak dari pada yang dingin-dingin."

Bukan. Bukan Galena yang menjawab tapi Darka, pemuda yang tadi ke toilet kini sudah kembali dengan mata penuh sorot kebencian yang mengarah pada Erlan.

"Ngapain dudukin kursi gue? Mingir!"

"Ini kursi punya lo? Sejak kapan beli?"

Darka berdecak sebal, jelas sebal dengan sikap Erlan yang datang tiba-tiba, mengajak ribuk pula, Galena saja sebal kok.

"Udah mulai lupain Queena, nih?"

Mata Galena melotot saat dengan gamblangnya Erlan membuka topik prihal Queena sedangkan Galena sendiri harus menyusun kata-kata dulu. Menyebalkan!

"Bukan urusan lo!"

"Jadi urusan Galena, gitu?" tanya Erlan sambil melirik kearah Galena, yang merasa di lirik hanya memberi senyum kikuk.

"Mau lo apasih? Pergi lo! Gue mau sama Galena!"

"Oh, sama Galena. Emang Galena ada hubungan apa sama Queena? Galena bakal punya nasip sama gak ya kayak Shela?" tanya Erlan dengan senyum piciknya, Galena yakin setelah ini akan ada perdebatan antara kakak beradik ini, dua orang ini tidak pantas di sebut kakak beradik karena sikap mereka yang selalu memancarkan kebencian mendelam.

"Anjing! Pergi lo!" umpat Darka dengan napas memburu, jelas sekali bahwa pemuda itu tengah menahan gejolak emosi.

"Kalo gak mau?"

Darka yang berang langsung mengambil dompetnya, menaruh uang ratusan ribu di meja lalu mencekal tangan Galena, menarik gadis itu keluar restoran.

Sesampainya di luar tangan Galena yang satunya malah dicekal Erlan, pemuda angkuh itu tersenyum kecil pada Galena menatap jengkel kearahnya.

"Lepasin!" ketus Galena pada Erlan.

"Nggak!"

"Lepasin Galena gue!" 

"Oh Galenanya Darka, ya?"

"Anjing!" umpat Darka dengan nafas naik turun menandakan emosinya telah memuncak.

"Weh! Hebat nih mantan gue, bisa dapatin inti Garelda dua sekaligus! Padahal gue cuman minta satu!"

TBC.

SEMOGA SUKA

I am stuck √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang