Tragedi Bola Basket
Namanya Maghfirah Nora Husein. Nora hanya gadis biasa yang suka menikmati senyuman seseorang secara diam-diam tanpa orang itu ketahui. Dosa besar mungkin memandangi yang bukan mahrom terus-menerus. Tapi apa boleh buat?
Jam istirahat tidak akan disia-siakan oleh Nora. Seperti saat ini, gadis berhijab putih itu sedang duduk sendiri di kursi panjang yang menghadap langsung ke lapangan basket, ditemani sebungkus makanan ringannya.
Ya ngapain lagi kalau bukan untuk melihat senyum dan tawa dari Catra si Ketua Rohis sekaligus ketua basket SMA Bintang Kejora.
Catra sedang bermain basket bersama teman-temannya.
Sudah hampir dua tahun Nora memendam perasaan kepada Catra yang notabene kakak kelasnya ini. Kenapa kakak kelas? Karena Nora masih kelas sebelas sedangkan Catra sudah kelas duabelas.
DORR!!!!!
"Uhukk uhukk."
Nora yang tersedak keripik kentang sontak menutup mulut dengan kedua tangannya sambil terbatuk-batuk, tenggorokannya pun terasa sakit. Nora menoleh ke belakang lalu melotot melihat siapa dalang di balik keseleknya.
"Sorry, sorry nggak sengaja." ucap Tisya sambil menampilkan cengirannya.
"Kamu tuh bikin Nora mati perlahan tau nggak Sya, untung cuma keselek. Coba kalo jantungan." gerutu Nora.
"Bukan Tisya yang buat lo mati perlahan. Tapi cowok di lapangan basket itu tuh yang udah bikin perasaan lo mati perlahan. Kak Catra." sanggah Anabel yang tak jauh dari mereka berdua, "nggak capek apa terus-terusan nunggu yang nggak pasti?"
Nora termenung mendengar penuturan Anabel barusan.
Tisya dan Anabel sudah duduk dan menempatkan Nora di tengah-tengah mereka berdua.
Tisya lebih memilih diam sambil menyimak obrolan Nora dengan Anabel.
"Cinta, ngebuat seseorang jadi kelihatan bodoh banget ya?"
Anabel mengucapkan kalimat barusan dengan menatap lurus ke depan.
"Nora tau kok kalau Nora itu bodoh. Tapi Nora yakin kalau kebodohan Nora untuk nunggu dia itu akan berbuah manis suatu saat nanti." balas Nora sambil tersenyum. Senyuman pilu.
"Seyakin itu, Nor?" tanya Anabel dengan tatapan meremehkan. Nora bungkam dan memilih menatap langit biru di atasnya. Nora sendiri tidak yakin dengan apa yang ia ucapkan tadi.
"Ish, kalian ini apa-apa an, sih? Mending nonton cowok tampannya kejora tuh lagi pada main basket." lerai Tisya yang sedari tadi hanya diam.
"Eh eh, itu pawangnya Kak Elzo dateng tuh." ucap salah satu siswi dari arah belakang yang juga sedang menonton permainan basket hari ini. Tangannya menunjuk seorang gadis cantik yang tengah berlari kecil ke dalam lapangan.
Tisya langsung saja menoleh ke arah lapangan.
"Kak Elzo abis cukur rambut? Masyaalahhhh!!!! Tambah ganteng aja itu anak!!" seru Tisya heboh membuat Nora dan Anabel ikut menatap ke arah lapangan dengan enggan.
Ini yang paling membuat Nora malas. Yaitu ketika teman-temannya memuji sang idola sekolah dengan berlebihan. Mereka tidak tahu saja siapa idolanya itu yang sebenarnya.
Entah kenapa saat semua orang menginginkan Elzo, Nora malah memilih Catra. Karena Nora tahu, rupa menawan jika tidak diikuti dengan akhlak mulia itu sama saja bohong. Tidak ada gunanya.
Dilihatnya Elzo yang tengah menghampiri adik kelas itu lalu merangkul bahunya, membawanya ke pinggir lapangan.
Elzo dan adik kelas cantik itu duduk di bangku panjang yang ada di sana. Sekarang pun mereka berdua sudah menjadi bahan tontonan anak-anak Kejora.
KAMU SEDANG MEMBACA
NORAELZO [ END ]
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM BACA ] ---- "Lo udah cari masalah, sama gue. Gue nggak akan lepasin lo segampang itu." kata Elzo, "sekarang, ikut gue ke lapangan!" "Mau ngapain?" tanya Nora kaget karena perintah Elzo barusan. Pasti ada yang tidak beres. "Jadi babu...