Ungkapan Catra
Ditemani lampu belajar, Nora mengerjakan soal yang diberikan Elzo setelah pulang sekolah tadi. Tak sedikit, Elzo memberikan berlembar lembar soal campuran kelas 11 yang membuat kepala Nora serasa akan pecah.
Nora tertunduk gusar sambil meletakkan pensil yang digenggamnya hampir 2 jam ini, lalu meletakkan kepalanya yang terasa berat di atas meja belajar. Bagaimana bisa Nora menjadi rinking 1 kalau Nora sendiri tidak bisa menjawab soal terus menerus seperti ini? 5 dari 100 soal yang baru terjawab, itupun belum tahu benar atau salah. Sebodoh itukah Nora ya Allah?!
Kalau Nora mau, mencari jawaban di internet lebih efisien daripada membuang buang waktu untuk mencari jawabannya sendiri seperti ini. Tapi kalimat yang diucapkan Elzo tadi sangat-sangat menyebalkan di telinga Nora.
"Jawab sendiri, nggak boleh browsing ataupun tanya orang lain! Kalau butuh referensi tinggal buka buku, atau nggak datang aja ke perpustakaan."
Yang paling tidak bisa Nora lupakan, Elzo memberikan soal itu tepat di depan kelas Nora saat semua teman sekelasnya berbondong bondong keluar kelas untuk pulang. Teman-temannya yang salah paham pun men "Cie cie" Nora dan Elzo sambil tersenyum menggoda, membuat Nora malu setengah mati.
Gosip tak sedap pun akhirnya bermunculan dikalangan siswa dan siswi SMA Bintang Kejora. Mereka berfikir Nora dan Elzo memiliki hubungan yang spesial, padahal tidak.
Segala tindak tanduk Elzo memang susah sekali ditebak. Tadi saja, Elzo meminta Nora melupakan Catra. Itu kan urusan pribadi Nora, kenapa dia harus ikut campur?
Untuk apa juga Elzo membantu Nora dengan memberikan soal-soal ini? Kalau Nora berhasil menjadi rinking 1 kan Elzo sendiri yang akan rugi. Apa karena Elzo yakin Nora tidak akan bisa menjadi rinking 1?
Nora menegakkan duduknya, tangannya mengepal kuat. Nora harus bisa menghadapi Elzo bagaimanapun caranya. Nora tidak suka diremehkan.
Nora mulai berkutat dengan soalnya kembali, tak menghiraukan ponselnya yang terus bergetar dan mengeluarkan suara sedari tadi.
Ceklek.
Nora melirik ke arah pintu kamarnya yang baru saja terbuka.
Irene tersenyum penuh arti dari balik pintu, dan Nora sadar kenapa Kakaknya tersenyum seperti itu. Nora buru-buru membersihkan soal dan tumpukan buku yang sangat menggunung itu ke dalam laci, lalu menghampiri Kakaknya.
Nora membuka pintu kamarnya lebar-lebar.
"K-kakak ngapain kesini? U-udah malam kok belum tidur?" tanya Nora gugup.
Nora mencoba mengalihkan perhatian, ia tak mau Irene berfikir yang macam-macam setelah melihat Nora yang jarang belajar, sekarang dikerumuni tumpukan buku sebanyak itu.
"Ceritanya, mau nandingin kepintaran Elzo nih?" cetus Irene terkikik geli sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada, masih dengan berdiri di bibir pintu kamar Nora.
Nora yang tak paham ucapan Irene hanya mengernyitkan dahi.
"Ngomong apa sih, Kak?" ucap Nora sambil menautkan alis.
"Kakak udah dengar kabar itu. Kamu sama Elzo punya hubungan spesial, kan? Ada untungnya juga ya kamu dekat sama Elzo, jadi makin rajin gini kamu. Kakak tunggu pajak jadiannya!"
Nora melotot.
"Amit-amit, nggak akan ada begituan sampai kapapun! Kakak kemakan gosip mana sih? Astaga.."
"Di mulut amit-amit, di hati amin-amin." goda Irene membuat Nora geleng-geleng kepala tak percaya.
Irene menoleh ke arah ponsel Nora yang berbunyi terus menerus sedari tadi. Nora pun mengikuti arah pandangan Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
NORAELZO [ END ]
Novela Juvenil[ FOLLOW SEBELUM BACA ] ---- "Lo udah cari masalah, sama gue. Gue nggak akan lepasin lo segampang itu." kata Elzo, "sekarang, ikut gue ke lapangan!" "Mau ngapain?" tanya Nora kaget karena perintah Elzo barusan. Pasti ada yang tidak beres. "Jadi babu...