Di Taman Sekolah
Ketika memilih untuk mencintai dalam diam, tentu kita juga paham konsekuensinya, mengikhlaskan dalam diam pula.
-Noraelzo-
Duduk di bangku panjang taman sekolah sendirian belum membuat tangisan Nora reda, malah tangisannya makin menjadi-jadi. Nora tersenyum getir masih dengan terisak. Sebenarnya Nora menangisi siapa, sih? Menangisi dirinya yang terlalu bodoh? Atau menangisi Catra?
Rekaman peristiwa ketika Catra menyatakan cinta kepada Katrina berputar terus menerus di otak Nora.
Nora mengusap wajahnya yang berlinang air mata menggunakan kedua tangannya. Kerudung yang menutupi dada pun tak luput dari air matanya. Nora sudah beberapakali menyapu peluh dan air matanya menggunakan kerudung, alhasil kerudungnya pun ikut basah.
Nora menutupi wajahnya dengan tangan. Kenapa air mata tak bisa berhenti sedari tadi? Semua luruh membuat Nora kesal. Tak mungkin juga Nora masuk kelas dengan keadaan seperti ini.
"Segitu besarnya ya cinta lo sama Catra!"
Setelah mengucapkan kalimat itu tanpa dipersilahkan Elzo langsung duduk di sisi samping pojok tempat duduk yang sama dengan Nora dengan kedua tangan yang berada di saku celana. Nora membuka mata yang tertutup kedua tangannya lalu menoleh ke sumber suara. Nora yang kaget langsung saja menggeser tubuhnya menjauh. Jadi, Elzo menguntit dirinya sedari tadi?
Dengan hidung merah, mata sembab dan air mata yang membasahi wajah, Nora mengeluarkan suaranya.
"N-ngapain di sini? Pergi sana!" usir Nora dengan sesenggukan, "nggak usah sok tahu urusan Nora deh."
Nora mencoba mengusir Elzo dengan cara halus. Tapi Elzo semakin menjadi-jadi.
Elzo menoleh ke arah Nora dengan aura yang berbeda.
"Jangan pikir cuma lo aja yang ngerasain sakitnya cinta bertepuk sebelah tangan. Di luar sana masih banyak! Dan mungkin lebih parah dari yang lo rasain saat ini. Jadi nggak usah sok jadi orang yang paling tersakiti di sini." ketus Elzo dengan alis tertaut seolah ia sedang marah.
Nora merasa dipojokkan oleh Elzo."Kak Elzo nggak ngerasain, kan? Jadi tolong diem aja."
"Kata siapa?!" sanggah Elzo seolah bisa merasakan apa yang Nora rasakan, "gue orangnya nggak ember jadi lo tenang aja! Gue nggak akan kasih tahu yang lain kalau lo suka sama Catra."
Tuh kan, rese! Kenapa dari ratusan, ribuan, bahkan jutaan manusia di muka bumi ini harus Elzo yang mengetahui rahasia Nora yang satu ini. Apa rasa suka Nora kepada Catra sangat kentara terlihat olehnya?
Mereka berdua saling memberikan tatapan sinis.
"Apa liat-liat!" ketus Nora dengan menarik ingusnya yang akan keluar karena kebanyakan menangis.
"Makanya, jadi cewek tuh jangan baperan!"
"Makanya, jadi cowok juga jangan receh. Semua cewek dideketin, dibaperin!"
"Yaudah jangan nangis lagi! Tambah jelek tau muka lo kalau kaya gitu. Tuh ingus bleber kemana-mana. Hiii!"
"Jelek-jelek gini juga ciptaan Allah tau!"
"Yang bilang lo ciptaan cina siapa!?"
Nora diam sambil mengalihkan pandangannya. Sebal juga lama-lama.
Ya Allah, kenapa makhluk mu yang satu ini susah sekali di tebak?
Akhirnya, Nora memilih diam ketimbang mengurusi Elzo di sampingnya, tangisannya semakin mereda. Malu juga lama-lama dalam keadaan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
NORAELZO [ END ]
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM BACA ] ---- "Lo udah cari masalah, sama gue. Gue nggak akan lepasin lo segampang itu." kata Elzo, "sekarang, ikut gue ke lapangan!" "Mau ngapain?" tanya Nora kaget karena perintah Elzo barusan. Pasti ada yang tidak beres. "Jadi babu...