Jati Diri Nora
Perasaan itu tidak tahu kapan harus dilabuh kan. Ia datang dengan sendirinya. Jadi, tidak ada seorang pun yang bisa menolaknya.
-Noraelzo-
"Kakak nerima perjodohan ini?" tanya Nora setelah Irene membahas tentang perjodohannya dengan Elzo tadi bersama sang Mama di ruang tamu. Irene masih duduk di sana, sedangkan Fara sudah pergi dari tadi.
Nora duduk, tepat di samping Irene.
Irene tersenyum lebar lalu mengangguk.
Wajah Nora berubah pucat. Nora merasa jatuh sekarang melihat kenyataan pahit ini. Kenapa ia harus sedih saat yang lain bahagia?
Dan sebuah kebenaran yang ia dengar setelahnya membuat Nora terkejut.
"Kakak sebenernya udah lama suka sama dia." ungkap Irene, " Kakak sama dia kan sering lomba bareng, bimbingan buat lomba juga bareng tuh. Mungkin karena itu ya? Kakak masih nggak nyangka aja Nor bisa gini. Jodoh kali ya?"
Nora masih diam. Tak menimpali ucapan sang Kakak karena masih sibuk dengan dunia di dalam otaknya. Irene pun mulai curiga.
"Kamu, nggak ada perasaan sama dia kan Nor?"
"Hah?"
Nora terkejut lalu diam begitu lama.
"Nooor?"
Nora menatap Irene dalam.
"E-enggak kok Kak." jawab Nora cepat lalu tersenyum kecut. Ucapannya sangat berbanding terbalik dengan perasaannya, sekarang.
"Alhamdulillah deh kalau gitu. Soalnya rumor kamu deket sama Elzo kan udah nyebar di sekolah. Waktu kakak tahu itu aja, kakak agak sakit hati sih. Tapi Kakak belum berani bilang sama kamu kalau Kakak punya rasa sama dia.Tapi ternyata, takdir berkata lain." Irene tersenyum lagi. Ia terlihat bahagia sekali.
Nora tertunduk gusar. Kenapa rasanya sesakit ini?
"Kamu tahu nggak Nor? Adik kelas yang selalu bareng sama Elzo. Siapa ya? Oh, Livia. Dia ternyata adik kandung Elzo. Kakak kira dulu pacarnya. Nggak nyangka ternyata mereka adik kakak." jelas Irene. Nora hanya diam memperhatikan. Ingin menjawab sudah tahu, tapi Nora urungkan.
"Oh iya. Elzo juga bukan anak kandung Tante Ema, dia itu anak angkat Tante Ema, sahabat Mama. Beneran ya, dia tuh pinter banget nyembunyiin masalah pribadinya."
Nora sedikit memaksakan senyum.
"Maaf ya, malah nyerocos nggak berhenti-berhenti." Irene meringis.
"Nggak papa. Nora tahu Kakak lagi bahagia, sekarang. Selamat ya."
Irene memeluk Nora erat.
"Makasih adikku sayang."
Tak terasa air mata Nora menetes. Ia langsung saja menyekanya sebelum Irene melepaskan pelukan setelahnya.
"Oh iya Nor. Brandon, pindah ke sekolah kita ya?"
Nora mengangguk, "kok Kakak bisa tahu?"
"Tahu lah. Sekolah gempar karena dia. Katanya ada oppa korea baru di sekolah, gitu." Irene terbahak setelahnya, "tapi emang tambah ganteng sih tu anak."
"Iya." sahut Nora, "tambah ganteng sih, tapi jahilnya nggak berubah."
Mereka berdua tertawa. Tapi entahlah, Nora tidak sebahagia kelihatannya.
"Kamu masih inget kejadian "itu" Nor?" tanya Irene yang membuat wajah Nora menjadi pucat pasi.
Bagaimana bisa Nora lupa dengan kejadian mengerikan itu? Kejadian dimana ia menyaksikan langsung orang yang sangat ia sayang meregang nyawa di hadapannya. Tapi harus bagaimana lagi? Ia harus belajar mengikhlaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NORAELZO [ END ]
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM BACA ] ---- "Lo udah cari masalah, sama gue. Gue nggak akan lepasin lo segampang itu." kata Elzo, "sekarang, ikut gue ke lapangan!" "Mau ngapain?" tanya Nora kaget karena perintah Elzo barusan. Pasti ada yang tidak beres. "Jadi babu...