Takdir
Elzo turun dari mobil bersamaan dengan Livia setelah memarkirkan mobilnya tepat di depan pemakaman. Ia dan Livia berniat mengunjungi makam sang Mama hari ini.
Baru beberapa meter mereka berjalan, Elzo menghentikan langkahnya membuat Livia bingung dan ikut berhenti.
"Kenapa, Bang?" tanya Livia tapi tak digubris oleh Elzo.
Mata Elzo malah terpaku pada seseorang yang berada jauh di depan sana, yang tengah menuju ke sebuah mobil berwarna putih. Hati Elzo berdesir, ia tampak lega saat melihat orang itu adalah Nora. Setidaknya Nora masih ada di sekitarnya dan tidak pergi jauh.
Padahal Elzo bingung mencari keberadaan Nora beberapa hari ini di bantu sahabat-sahabatnya. Elzo masih tidak percaya atas pertemuan yang tak terduga ini. Pasti Nora dari makam Ayahnya.
Nora sedang keluar dari area pemakaman bersama seorang wanita paruh baya yang Elzo duga adalah Ibu kandung Nora, mengingat ucapan Irene dan Brandon waktu itu kalau Nora sudah dibawa ibu kandungnya.
Elzo melihat Nora dan wanita itu sesekali bercanda dan bergandengan tangan setelahnya, membuat hati Elzo ikut menghangat.
Elzo ingin mendekat dan menghampiri gadis itu. Tapi Elzo sadar, untuk apa? Memang dia siapa?
Livia yang diacuhkan sedari tadi, mengikuti arah pandang Elzo. Ia menyadari kalau Abangnya tengah memperhatikan Nora yang sedang berjalan beriringan dengan seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik jauh di depan sana. Mereka tampak mirip karena mengenakan gamis dan hijab yang sama. Mungkin Nora versi mudanya. Livia berfikir kalau itu ibu Nora.
Livia kembali menoleh ke arah Elzo.
"Itu Kak Nora, kan Bang?" tanya Livia memastikan.
Elzo hanya menganggukkan kepala lalu menunduk. Tak memperhatikan Nora lagi.
"Itu ibunya, Bang? Cantik, ya?" tanya Livia lagi, "pantes Kak Nora cantik manis kaya peri ya Bang? Orang ibunya bidadari," lanjut Livia takjub.
Elzo mendongak dan menatap mereka kembali, "mungkin," jawab Elzo.
Elzo sebetulnya yakin kalau itu memang ibu Nora. Elzo tersenyum sekilas tapi kembali dengan ekspresi datarnya. Rasanya dada Elzo sesak sekali, sekarang.
Livia ingin melangkah, tapi dengan cepat Elzo mencekal lengannya.
"Mau kemana Liv?" tanya Elzo dengan suara lembut.
Livia menunjuk ke arah Nora, "mau nyamperin Kak Nora. Abang juga pengen nyamperin kan?" tanya Livia menggoda Elzo.
Livia benar-benar adik yang tidak pengertian sama sekali. Ia tidak tahu saja bagaimana Elzo menahan diri sedari tadi bahkan hingga sekarang.
Elzo menggeleng pelan, "mau ngapain? Nggak perlu," cegah Elzo, "kamu langsung ke makam, nanti Abang nyusul."
Ingin menyanggah tapi Elzo kembali memperingati Livia membuatnya tidak bisa berkutik.
"Liv.." lirih Elzo tapi terdengar ketus.
"Iya-iya," tukas Livia kesal. Ia melangkah masuk ke area pemakaman meski masih sedikit kesal dengan Elzo. Padahal kan ia hanya ingin menyapa Nora. Ia tahu, Elzo sebenarnya juga ingin menghampiri Nora.
Setelah dirasa Livia sudah benar-benar menghilang dari pandangannya, Elzo kembali melihat ke arah Nora dan Ibunya.
Wanita paruh baya itu masuk ke dalam mobil diikuti Nora setelahnya.
Jujur, Elzo ingin sekali menghampiri dan menanyakan kabar gadis itu. Ingin bertanya kenapa Nora tidak membalas pesan dan panggilan telfon darinya beberapa hari ini. Tapi Elzo tidak bisa karena seperti ada tembok besar yang menghalanginya.

KAMU SEDANG MEMBACA
NORAELZO [ END ]
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM BACA ] ---- "Lo udah cari masalah, sama gue. Gue nggak akan lepasin lo segampang itu." kata Elzo, "sekarang, ikut gue ke lapangan!" "Mau ngapain?" tanya Nora kaget karena perintah Elzo barusan. Pasti ada yang tidak beres. "Jadi babu...