Pangeran Impian Nora
Kita tidak pernah kehilangan apa pun dalam hidup ini. Semua hanya ditukar dengan sesuatu yang lebih indah. Percayalah.
-Noraelzo-
5 tahun kemudian.
Maghfirah Nora Husein, wanita cantik dengan balutan hijab itu terlihat anggun dengan muslimah dress berwarna dusty pink yang ia kenakan malam ini. Ia tersenyum samar sambil menatap sekeliling hotel yang sudah siap digunakan untuk acara fashion show dan pameran busana karya-karya miliknya. Sesekali ia juga menyapa dengan ramah tamu undangan dan orang-orang yang datang.
Nora sudah menjadi desainer terkenal dan juga handal, sekarang, ia juga sudah memiliki butik yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia. Setelah lulus SMA, Nora memilih jurusan fashion designer yang ada di kotanya untuk memperdalam bakatnya dengan dibimbing juga oleh sang Bunda, Riana, sehingga ia bisa sesukses sekarang.
Zoe Nanda Husein, adik kecilnya yang sekarang sudah semakin besar itu berlari dari arah depan, lalu memeluk Nora secara tiba-tiba membuatnya sedikit terkejut, tapi ia tertawa setelahnya.
Nora beralih menatap ke belakang Zeo. Ada Bundanya, Riana, yang tengah membantu mendorong kursi roda Mamanya, Fara. Mereka menuju ke arah Nora. Fara memang harus dibantu kursi roda sekarang karena ia sudah kesusahan untuk menggerakkan kakinya karena hipertensi yang dideritanya. Di sana juga ada Mbok Lastri dan Mang Dadang. Mereka semua nampak cantik dan juga ganteng dengan baju formalnya, yang dirancang langsung oleh Nora. Ya, Mbok Lastri dan Mang Dadang masih bekerja di rumahnya sampai sekarang.
Dan atas keputusan dan keinginan bersama, mereka semua akhirnya kembali tinggal dirumah kediaman Husein. Mereka semua tinggal bersama dengan tentram dan saling berbagi kasih sayang. Seolah melupakan kejadian pahit yang pernah terjadi sebelumnya. Restoran milik keluarganya pun masih berjalan dengan baik sampai sekarang, karena di urus oleh Mamanya dan juga Bundanya. Riana sediri juga sudah memindahkan usahanya di Paris ke Indonesia. Mereka semua kembali memulai semuanya dengan cukup baik.
"Den Zeo, jangan lari-lari! Nanti kalau jatuh nggak jadi ganteng lho," marah Mbok Lastri yang membuat semua orang terkekeh pelan dan geleng-geleng kepala melihat tingkah anak itu yang memang sangat aktif. Zeo tak menggubris dan malah mengencangkan pelukannya pada Nora.
"Biarin wlee!" balasnya lanjut menjulurkan lidah.
"Zeo.. Nggak boleh kaya gitu ya sama orang tua!" suara Nora menginterupsi, lembut namun tegas. Yang dibalas Zeo dengan cengiran lebar.
"Zeo lupa Kak, Mbok Lastri kan udah tua ya, hahaha!" Zeo tertawa geli, tapi berganti menghampiri Mbok Lastri dan memeluknya erat setelahnya, "tapi Zeo sayang!" lanjutnya membuat semua orang terkekeh dan kembali geleng-geleng kepala.
Cukup sederhana, namun terasa hangat bagi mereka semua, terutama Nora. Hal-hal manis seperti inilah yang ia rasakan beberapa tahun terakhir ini. Dan Nora sungguh mensyukuri ini semua.
"NORAA!"
Tisya Vishaka, pemilik sanggar tari itu datang dengan teriakan cempreng khasnya membuat beberapa tamu sampai menoleh ke arah mereka. Tisya memang tidak berubah dari dulu, selalu heboh. Ia datang bersama Kenan Pratama, yang sekarang menjadi suaminya. Cinta Tisya dan Kenan sedari SMA sudah sampai ke pelaminan. Cinta mereka ternyata saling terbalaskan dan mereka sudah menikah satu tahun yang lalu, bahkan Tisya tengah hamil tujuh bulan, sekarang.
"Tisya! Kasihan dedek bayinya nanti kegencet!" teriak Nora karena Tisya memeluknya begitu erat saat ini. Ia takut perut temannya itu meletus. Konyol memang.
KAMU SEDANG MEMBACA
NORAELZO [ END ]
Fiksi Remaja[ FOLLOW SEBELUM BACA ] ---- "Lo udah cari masalah, sama gue. Gue nggak akan lepasin lo segampang itu." kata Elzo, "sekarang, ikut gue ke lapangan!" "Mau ngapain?" tanya Nora kaget karena perintah Elzo barusan. Pasti ada yang tidak beres. "Jadi babu...