Baju Basket
Nggak peduli semua orang mau ngomong apa tentang aku, karena pada dasarnya semua orang itu punya kekurangan. Contohnya aku.
-Maghfirah Nora Husein
-Noraelzo-
Pagi ini langit menampakkan kecerahannya. Tapi sayang perasaan Nora tak secerah langit pagi ini.
Karena pingsan dan tiduran di UKS kemarin, Nora ketinggalan beberapa mata pelajaran dan ketinggalan mengumpulkan tugas. Alhasil Nora harus mengumpulkan tugasnya di akhir seperti ini jika tidak ingin menambah gelar buruknya di mata guru.
Dalam waktu semalam ia harus lembur mengerjakan tugas kemarin dari guru sejarahnya yang tak tanggung-tanggung menyuruh semua siswa meresume bab 7-10. Mana materinya banyak sekali. Nora tak habis fikir dengan gurunya itu.
Kantung mata tercetak jelas di bawah mata Nora yang indah ini. Dengan langkah cepat Nora menuruni anak tangga rumahnya dengan tangan yang menopang berlembar-lembar kertas HVS yang berisikan resume sejarahnya.
Seperti biasa pandangan pertama yang ia lihat adalah Mamanya Fara, Kakaknya Irene dan Adiknya Zeo yang masih berumur empat tahun. Mereka tengah sarapan di meja makan.
Di rumah ini ada 6 orang. Nora, Mamanya, Kakaknya Irene, Adiknya Zeo, Mbok Lastri asisten rumah tangganya dan Mang Dadang supir pribadi di rumahnya ini.
Ayah? Ayah Nora sudah meninggal saat Nora kelas 2 SMP. Tepatnya saat Adiknya Zeo masih di dalam kandungan. Jadi sekarang Mamanya lah yang menjalankan Restoran milik keluarga setelah Ayah meninggal.
Irene satu sekolah dengan Nora. Dan itulah yang terkadang membuat Nora tidak percaya diri. Semua orang sering membeda-bedakan dirinya dengan Irene. Irene pintar sedangkan Nora tidak. Buktinya Nora hanya anak IPA 5 sedangkan Irene anak IPA 1. Mamanya pun juga sama, suka membanding-bandingkan dirinya dengan Irene. Tapi Nora sudah kebal dengan semua itu.
Yang masih Nora bingungkan sampai saat ini adalah, Mamanya sering mengacuhkannya. Mamanya tak sering bertanya tentang hari-hari Nora seperti ia bertanya kepada Irene. Dan itu semua berlangsung sejak Nora kecil.
Dulu saat Mamanya tidak memberikan Nora kasih sayang yang cukup selalu ada Ayah yang menggantikannya. Tapi sekarang? Nora merasa seperti orang asing di rumah ini. Tapi bukan Nora kalau menyerah begitu saja.
"Selamat pagi." ucap Nora lalu menghampiri mereka dengan wajah cerianya. Semua orang menoleh ke arahnya.
"Kak Ola." panggil Zeo cadel yang dibalas senyuman manis Nora.
"Apa, sayang?" balas Nora tapi diacuhkan Zeo. Adiknya itu terlalu fokus dengan makananya kembali.
"Udah mau berangkat aja Nor. Emang nggak sarapan, dulu?" tanya Irene, "nggak mau bareng Kakak?"
"Enggak Kak. Nora mau naik sepeda aja kaya biasa," balas Nora. Irene hanya menganggukkan kepala.
"Kakak denger dari temen-temen kamu, kemarin kamu pingsan?"
"Hehe, Iya."
"Kok bisa?" tanya Irene meminta penjelasan. Nada suaranya agak ditinggikan.
Bukannya menjawab pertanyaan Irene, Nora malah melirik sekilas Mamanya yang terlihat biasa saja ketika mendengar dirinya yang habis pingsan. Mamanya nampak menikmati sarapannya. Senyuman Nora mulai pudar sedikit demi sedikit.
Irene menyadari perasaan Nora, ketika sorot mata Adiknya itu menatap sang Mama.
Apa nggak ada sedikit saja rasa peduli untuk Nora? Nora juga ingin tahu rasanya disayang dan diperhatikan oleh Mama. Kapan itu semua bisa Nora rasakan?
KAMU SEDANG MEMBACA
NORAELZO [ END ]
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM BACA ] ---- "Lo udah cari masalah, sama gue. Gue nggak akan lepasin lo segampang itu." kata Elzo, "sekarang, ikut gue ke lapangan!" "Mau ngapain?" tanya Nora kaget karena perintah Elzo barusan. Pasti ada yang tidak beres. "Jadi babu...