Rapuh
Pulang sekolah Nora mengayuh sepedanya menuju restoran milik keluarganya, melewati jalanan ibu kota yang hampir ramai karena ini sudah menunjukkan jam pulang kerja. Matanya menangkap sosok wanita paruh baya yang tengah tertunduk melihat ke dalam tas yang dibawanya tanpa menyadari akan ada sebuah mobil yang akan melewati genangan air di depan wanita itu. Nora bergegas membawa sepedanya menuju ke trotoar lalu lari ke arah wanita yang masih belum sadar itu.
Byurrrrr...
Wanita paruh baya itu terkejut melihat ada sesuatu yang berusaha melindunginya dari depan. Gadis SMA yang seragam belakang sekolahnya sudah basah dan sedikit kotor karena terkena genangan air yang diterjang sebuah mobil yang baru saja lewat dengan begitu cepat.
"Ibu nggak papa?" tanya Nora khawatir kepada wanita itu.
"Seharusnya ibu yang tanya itu ke kamu!" marahnya, "kamu nggak papa kan?" masih dengan menatap Nora.
Nora tertawa kecil. "nggak papa kok bu."
"Baju belakang kamu basah semua lho. Nama kamu siapa?" tanya lembut wanita itu. Berhijab dan cantik.
"Nora bu. Nggak papa bu kalau soal baju. Yang penting ibu nggak kenapa-kenapa kan?"
Wanita itu menatap Nora lama lantas mengulas senyum, tangannya bergerak untuk mengelus pelan pipi Nora. "Ibu nggak papa kok. Makasih ya."
Nora hanya tersenyum.
"Ibu ngapain di pinggir jalan?" tanya Nora penasaran.
"Ibu lagi nungguin anak ibu." jelas wanita itu.
Mendengar jawabannya Nora menjadi tenang.
"Yaudah kalau gitu Nora duluan ya bu, Maaf, soalnya lagi buru-buru." Nora pamit karena sudah terburu-buru untuk ke restoran. Takut kalau Mamanya nanti akan marah kepadanya.
"Iya nggak papa, sekali lagi makasih ya. Hati-hati."
"Ibu juga hati-hati." Nora menjabat tangan wanita itu lalu menciumnya. "duluan ya bu."
Wanita itu mengangguk sambil mengulas senyum. Masih melihat ke arah Nora yang sedang mengambil sepedanya.
Saat melewati wanita itu lagi, Nora menundukkan sedikit kepalanya. "duluan ya bu. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh. Masih ada ya anak seperti itu di zaman sekarang?" gumamnya.
Di lain tempat, Kenan, Catra, Abi dan Agam sedang berkumpul di ruang tamu rumah Kenan. Tanpa adanya Elzo.
"Kita harus berhasil buat Elzo ungkapin perasaan dia ke Nora." seru Catra, "gimana pun caranya."
Semua orang di sana menatap ke arah Catra.
"Kenapa repot-repot sih Cat? Orang Elzo cuek gitu kok." celetuk Abi sambil nyemil kacang satu toples di tangannya.
"Karena itu penyebab Elzo berubah." jelas Catra. Abi tak menggubris, masih stay dengan kacang satu toplesnya.
"Ah si Elzo mah gitu kali, dari dulu emang kaya cewek lagi dapet bulanan. Sensi mulu bawaannya." Agam ikut-ikutan.
"Jangan becanda, serius." Catra hanya menghela nafas.
"Emang lo punya rencana apa Cat supaya Elzo ngomong?" tanya Kenan. Memanglah, diantara mereka memang Kenan yang paling normal. Yang lain mah abnormal.
"Tapi ini rahasia kita berempat, Elzo nggak boleh tahu." ucap Catra yang terdengar serius.
Semua mendekat ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NORAELZO [ END ]
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM BACA ] ---- "Lo udah cari masalah, sama gue. Gue nggak akan lepasin lo segampang itu." kata Elzo, "sekarang, ikut gue ke lapangan!" "Mau ngapain?" tanya Nora kaget karena perintah Elzo barusan. Pasti ada yang tidak beres. "Jadi babu...