Tampak Asing
Adakah yang lebih sakit dari sebuah rasa yang terpaksa dilenyapkan, meski belum sempat terucapkan?
-Noraelzo-
"Berenang nya hati-hati ya, Zeo!"
Nora sesekali mengingatkan adik kecilnya yang sedang berenang di kolam renang yang berada di rumahnya. Kedua tangan Zeo terpasang pelampung yang menahan tubuh mungil nya itu agar tidak tenggelam. Zeo asik berenang sampai ucapan Nora tak didengarkan olehnya.
Nora menghela nafas melihat adiknya kecilnya itu, ralat, Adik Tiri nya tepatnya. Ah, entah kenapa Nora masih sedih jika mengingat kenyataan pilu yang satu ini. Tapi Nora sangat berterimakasih karena Fara masih mau menerima dan menampungnya di sini.
Nora duduk di tepi kolam sambil memasukkan kedua kakinya ke dalam air. Disini ada gazebo dan juga bangku panjang yang bisa digunakan, tetapi Nora memilih berada di tepi kolam saja.
"Kok nggak ikut berenang?" tanya Irene yang membuat Nora sedikit kaget akan kedatangannya yang tiba-tiba. Irene ikut duduk di samping kiri Nora lalu memainkan air kolam dengan kedua kakinya.
"Nora kan nggak bisa berenang, Kak?" balas Nora seadanya, "Kakak mau berenang?" tanya Nora sambil mengulas senyum.
Irene menggelengkan kepala.
Entah kenapa sekarang seperti ada sebuah tembok besar yang menghalangi Nora dan Irene. Itu yang Nora rasakan akhir-akhir ini. Sekarang Nora merasa canggung jika dihadapkan dengan Irene, apalagi dengan Fara. Rasanya Nora tidak paham lagi bagaimana harus bersikap.
Seperti saat ini, mereka hanya diam dan merasa canggung satu sama lain. Atau mungkin hanya Nora yang terlihat seperti itu?
"Makasih ya Nor?"
Irene membuka percakapan kembali. Tapi Nora bingung, untuk apa Irene berterimakasih?
"Makasih buat apa, kak?" tanya Nora sambil memaksakan sedikit senyumnya.
"Karena kamu nggak milih Elzo."
Deg.
Nora tertunduk gusar sambil menatap air kolam di bawahnya. Kenapa harus membahas itu lagi, sih?
"Kamu beruntung banget ya Nor? Bisa dapetin hati Elzo?" Irene menatap Nora sendu, "coba aja, Elzo gitu juga ke Kakak."
Nora merasa tak enak mendengarnya. Hati Nora seperti teriris.
"Kak... Maafin Nora jika selama ini Nora cuma jadi penghalang dan benalu buat keluarga ini. Maaf, karena Nora kasih sayang ayah jadi terbagi. Maaf juga karena Nora, Kak Elzo-"
Mata Nora sudah berair. Ia tak sanggup melanjutkan ucapannya. Ia kembali menatap air di bawahnya karena tak kuat jika harus menatap Irene. Rasa sesak itu lagi yang muncul. Sungguh, Nora lelah.
"Kita nggak pernah tahu kapan dan dengan siapa kita menjatuhkan hati serta perasaan kita. Kamu nggak salah, jadi nggak perlu minta maaf. Kakak yang seharusnya berterimakasih sama kamu."
Irene menarik tubuh Nora agar menghadap ke arah nya. Setelah itu Irene menarik Nora ke dalam pelukan nya.
"Kamu tahu? Elzo udah nerima perjodohan nya."
Ah, air mata Nora lolos begitu saja. Kenapa? Kenapa ia harus sedih?
Bukannya Nora harus putus terlebih dahulu dengan Brandon jika Elzo menerima perjodohan nya? Tapi? Ah sudahlah, Elzo memang susah sekali ditebak.
KAMU SEDANG MEMBACA
NORAELZO [ END ]
Novela Juvenil[ FOLLOW SEBELUM BACA ] ---- "Lo udah cari masalah, sama gue. Gue nggak akan lepasin lo segampang itu." kata Elzo, "sekarang, ikut gue ke lapangan!" "Mau ngapain?" tanya Nora kaget karena perintah Elzo barusan. Pasti ada yang tidak beres. "Jadi babu...