57. TAKUT KEHILANGAN

3.1K 172 7
                                    

Takut Kehilangan

Nggak ada orang yang pernah siap untuk yang namanya kehilangan.

-Elzo Adi Renaga

-Noraelzo-

Kenan menghentikan langkahnya saat netra nya tak sengaja menangkap sosok Elzo yang sedang duduk sendirian di bangku taman rumah sakit. Padahal semua orang sedang bingung mencarinya sekarang, tapi ternyata Elzo ada di sini.

Kenan membiarkan Tisya dan Anabel masuk lebih dulu ke dalam rumah sakit, menjenguk Nora. Lantas ia memilih pergi menghampiri sahabatnya yang terlihat sedang tidak baik-baik saja, itu.

"Zo!" panggil Kenan.

Elzo tak menggubris dan masih terus memandang ke depan dengan pandangan kosongnya, menatap air mancur dan bunga-bunga yang tumbuh dengan subur dan indah di depan sana.

"Elzo!" panggil Kenan lagi hingga akhirnya Elzo menoleh.

Hanya sekilas, lalu ia kembali menatap ke depan dengan pandangan kosongnya membuat Kenan menghela nafas. Ia tahu jelas kalau Elzo sedang tidak baik-baik saja, sekarang.

Kenan memilih duduk di samping Elzo. Hanya diam dan sesekali meliriknya. Berharap, Elzo mau berbicara dan bercerita terlebih dahulu kepadanya.

Hening diantara keduanya.

Mereka seperti tak peduli dengan udara dingin sore hari ini yang menerpa kulit masing-masing.

Hingga suara Elzo akhirnya terdengar. Pilu dan menyesakkan.

"Ini semua salah gue, Nan. Gue yang selalu buat dia sakit selama ini."

Hati Kenan seperti diiris rasanya saat mendengar penuturan Elzo barusan, ia menggeleng lemah, tak membenarkan penuturan sahabatnya itu. Ia tahu arah omongan Elzo.

Elzo tersenyum miris. Mengingat bagaimana waktu pertama kali ia dan Nora bertemu dulu, membuat hatinya perih. Bagaimana jika tidak ada Nora dan Ayahnya yang menolongnya waktu itu? Elzo memang tidak tahu diri.

Berapa banyak rasa sakit yang sudah ia berikan kepada Nora? Ia seperti membalas air susu yang diberikan Nora waktu itu dengan air tuba. Elzo memang egois dan terlalu mementingkan perasaannya sendiri tanpa memikirkan perasaan Nora selama ini.

"Padahal dia udah baik banget sama gue, Nan. Tapi gue cuma bisa jahat dan selalu buat dia sakit."

"Zo.." lirih Kenan, iba.

Elzo kembali melanjutkan ucapannya.

"Dia takut jarum suntik. Tapi dia harus berhadapan sama itu semua, sekarang," Elzo menoleh ke arah Kenan lalu tersenyum pilu, "dan itu semua karena gue."

Kenan menatap lurus sahabatnya yang nampak merasa bersalah itu, lantas berucap, "kenapa lo malah kaya gini di saat dia lagi butuh lo, Zo?" ketus Kenan to the point, membuat Elzo bungkam.

"Lo tau nggak? Dia cariin lo," Kenan menjeda kalimatnya. Memandang lurus wajah Elzo, lalu melanjutkan ucapannya, "Nora."

-Noraelzo-

Elzo membuka pintu ruangan dimana Nora dirawat, dengan perlahan. Dan saat itu juga pandangannya langsung tertuju pada tubuh Nora yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit, dengan mata terpejam dan tangan kirinya yang masih diinfus.

Ucapan Kenan sore tadi masih membekas di dadanya. Hati Elzo sungguh sakit melihat ini semua.

Ia kembali menutup pintu ruangan dengan perlahan, lalu tetap berdiri di tempatnya karena tak mau mengganggu Nora dan membuatnya bangun. Bahkan ia sudah seperti maling karena masuk ke dalam ruangan orang diam-diam di tengah malam seperti ini.

NORAELZO [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang