Patah Lagi
Berhenti bersikap manis jika pada akhirnya hanya memberi tangis.
-Noraelzo-
Bel pulang sekolah sudah berbunyi tadi, pelajaran pun sudah berakhir beberapa menit yang lalu. Tapi Nora dan Tisya masih duduk di bangku masing-masing sambil mengemasi peralatan sekolah dan buku mereka.
Tisya yang selesai lebih dulu langsung saja menoleh ke arah Nora sembari menggendong tas ranselnya.
"Gimana Nor? Lusa dateng kan ke pesta kak Elzo?"
Tisya bertanya pada teman sebangkunya itu dengan wajah sumringah. Berbanding terbalik dengan Nora yang malah menampilkan wajah sedih, setelahnya.
"Nora nggak tahu Sya."
Tisya berdecak sebal mendengar jawaban dari Nora barusan.
"Kak Elzo sendiri loh yang kasih undangannya tadi. Gue yakin kalau Kak Elzo tuh dari awal sukanya sama lo. Lo juga suka kan sama dia? Jadi ini kesempatan emas buat lo."
Untung kelas sudah sepi karena anak-anak sudah meninggalkan kelas dari tadi. Jadi, tidak akan ada yang mendengarkan obrolan mereka berdua.
Nora menghentikan aktivitasnya lalu memandang lurus ke arah Tisya dengan tatapan sendu, "kamu nggak lihat di kantin tadi, Sya? Kak Irene ada di sana dan lihat semuanya. Nora yakin dia sakit hati. Nora nggak mau buat masalah lagi. Nora capek, Sya." jelasnya dengan mata berkaca-kaca.
Tisya menatap iba sahabatnya itu. Tisya tahu semua ini berat untuk Nora.
Tisya mengusap pundak Nora lalu mengulas senyum, "yaudah ikutin aja kata hati lo. Gue cuma nggak mau lo nyesel nantinya Nor."
Nora mengangguk dan mencoba ikut tersenyum. Sakit memang saat harus terlihat baik-baik saja saat hati hancur luar biasa.
"Makasih ya, Sya?"
Tisya mengangguk seraya tersenyum.
Ting!
Ponsel Tisya berbunyi. Ia langsung saja mengecek ponsel yang baru ia ambil dari sakunya. Ia nampak murung setelahnya membuat Nora bingung.
"Kenapa?" tanya Nora.
"Kayaknya gue nggak bisa ikut balikin buku ke perpus deh. Bu Ami nyuruh gue dateng ke kantor buat bahas tari nih!" celetuknya sambil menunjukkan ponselnya ke arah Nora. Nora mengangguk paham.
"Nggak papa. Biar Nora sendiri yang balikin bukunya," jawabnya lalu menggendong tas ranselnya. Ia berjalan menuju meja guru dimana buku paketnya berada. Sedangkan Tisya mengekor di belakang.
"Serius? Tapi ini buku peket loh Nor, berat. Anak-anak yang lain juga udah pada pulang lagi, tinggal kita berdua!" gerutu Tisya sambil mengamati kelas yang sudah kosong, "kalau gitu gue ikut dulu aja deh ke perpus, nanti baru ke kantor."
"Kantor sama perpustakaan kan lawan arah, Sya? Jauh juga kalau mau putar balik," cegah Nora.
"Nggak papa."
"Ngeyel kalau dibilangin. Tuh hp kamu bunyi lagi, pasti dari Bu Ami. Cepetan sana!"
Tisya mengecek ponselnya. Benar karena sekarang Bu Ami ganti menelponnya.
Tisya memajukan bibir, sedih karena harus meninggalkan Nora sendirian. Padahal mereka berniat pulang bersama tadi, meski hanya sampai parkiran.
"Sorry banget ya Nor. Beneran gue tinggal, nih? Nggak papa?"

KAMU SEDANG MEMBACA
NORAELZO [ END ]
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM BACA ] ---- "Lo udah cari masalah, sama gue. Gue nggak akan lepasin lo segampang itu." kata Elzo, "sekarang, ikut gue ke lapangan!" "Mau ngapain?" tanya Nora kaget karena perintah Elzo barusan. Pasti ada yang tidak beres. "Jadi babu...