Patah Hati
Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup. Dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia - (Ali Bin Abi Thalib)
-Noraelzo-
"Lo beneran mau nyamperin dia lagi, Nor? Atas apa yang udah dia lakuin sama lo?"
Anabel bertanya kepada Nora yang sudah siap dengan kotak makan miliknya untuk diberikan kepada Elzo. Nora berdiri di ambang pintu kelas sedangkan Anabel dan Tisya berdiri di depannya. Mereka baru saja selesai pembelajaran dan anak-anak yang lain pun sudah mulai keluar kelas.
Nora menganggukkan kepala mantap.
"Astaga, jangan-jangan mata lo sembab begitu cuma gara-gara kepikiran omongan Kak Catra tentang Kak Elzo?!" imbuh Tisya yang membuat Nora menggelengkan kepala, "enggak kok!"
"Jadi penyebab mata lo kaya orang nangis dua hari dua malam itu apa?"
Pertanyaan Anabel membuat Nora diam. Ya tidak mungkin juga Nora menceritakan pertikaiannya dengan Mamanya semalam. Itu sama saja membuka aib keluarga.
"Nggakpapa Bel.." jawab Nora mencoba meyakinkan teman-temannya.
Anabel mendengus. Anabel tidak yakin dengan jawaban Nora.
Kalau cewek ditanya kenapa, jawabannya gapapa. Itu artinya pasti ada apa-apa.
Anabel dan Tisya masih tak percaya dengan Nora yang kekeh ingin bertemu lagi dengan makhluk jahat dan tak punya hati semacam Elzo. Dan sebenarnya, terbuat dari apa sih hati Nora itu?
"Lo yakin? Siap mental kalau dia hina makanan lo kaya waktu itu?" tanya Anabel dengan gaya khasnya.
"Iya tuh. Nanti kalu dia hina lo lagi gimana Nor?" tambah Tisya.
"Nggak akan kok. Kalian tenang aja, ini tadi masaknya Nora minta diajarin sama Mbok Lastri. Jadi dijamin enak!"
Nora menampilkan muka cerianya.
Berbanding terbalik dengan kedua sahabanya yang terlihat khawatir.
"Udah.. Nggak usah khawatir gitu. Nora cuma mau meluruskan semuanya kok. Dan Nora yakin, kalau Kak Elzo tuh sebenarnya orang yang baik. Udah itu aja."
"Yaudah. Terserah lo aja deh," ucap Anabel.
"Semangat Maghfirah Nora Husein!" seru Tisya dengan mengangkat tangan kanannya. Berniat memberikan kekuatan kepada sahabatnya secara tidak langsung.
Nora menampilkan senyumnya lalu terkekeh pelan. Mereka semua pun ikut tertawa renyah.
"Semangat!" imbuh Anabel.
Nora akhirnya pergi seorang diri karena Anabel dan Tisya pergi ke kantin terlebih dahulu. Dan Nora tidak mempermasalahkannya. Toh, ini urusan Nora.
Di pertengahan jalan Nora mencoba menelfon Elzo untuk menanyakan keberadannya.
Tanpa menunggu waktu lama, sambungan pun terhubung.
"Kenapa? Kalau nggak penting gue tutup. Buang-buang waktu gue, lo."
Suara ketus Elzo membuat nyali Nora menciut. Belum apa-apa udah disemprot.
Bagaimana, ini?
Nora mengatur nafasnya sampai dirasa cukup.
"K-Kak Elzo ada dimana?"
Nora memejamkan kedua matanya.
Astaga, kenapa Nora jadi deg-degan begini?
KAMU SEDANG MEMBACA
NORAELZO [ END ]
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM BACA ] ---- "Lo udah cari masalah, sama gue. Gue nggak akan lepasin lo segampang itu." kata Elzo, "sekarang, ikut gue ke lapangan!" "Mau ngapain?" tanya Nora kaget karena perintah Elzo barusan. Pasti ada yang tidak beres. "Jadi babu...