Masih Menunggu
Semua orang sudah berkumpul di rumah sakit, sekarang. Mereka berada di depan ruang operasi.
Riana hanya bisa pasrah saat mendengar kabar putrinya yang kritis dan perlu tindakan operasi. Ia hanya bisa menangis di pelukan Tisya, sekarang karena khawatir hal buruk akan terjadi pada Nora. Ia takut kehilangan putrinya lagi.
Erwin, selaku keponakan Riana pun mencoba ikut untuk menguatkannya bersama Tisya. Mereka juga ikut sedih.
Sedangkan, sedari tadi Elzo hanya bisa terduduk di lantai bersandar pada dinding rumah sakir dan terdiam dengan tatapan kosong ke depan. Bajunya pun masih penuh dengan darah Nora yang sedikit mengering. Ia tidak bisa berfikir jernih. Pikiran-pikiran buruk seolah memenuhi kepalanya, sekarang. Elzo takut.
Semua sahabatnya, Catra, Kenan, Abi dan Agam mengelilingi Elzo dengan tatapan iba. Mereka sudah membujuk Elzo untuk mengganti pakaiannya, begitupula dengan Ayah Elzo dan Bundanya yang sudah memintanya, tapi Elzo mengacuhkan mereka semua dan kekeh untuk tetap di tempatnya. Ia tak ingin beranjak barang sedetik.
Fara hanya bisa menangis di atas kursi roda dengan Brandon yang mencoba menguatkan di sisinya. Bagaimana ia bisa tenang? Kedua putrinya sedang menghadapi kematian, sekarang.
Tak lama lampu ruangan operasi berganti, menandakan operasi telah usai.
Seorang dokter keluar dari dalam ruangan, setelahnya.
Elzo berlari cepat menghampiri sang dokter. Menatap sang dokter dengan mata berkaca-kaca, berharap bukan kabar buruk yang akan di dengarnya.
"Operasi berjalan lancar dan kondisi pasien kembali stabil," cetus sang dokter lalu melanjutkan ucapannya, "tapi maaf, sang pendonor tidak bisa diselamatkan."
Tangis di sana pun pecah saat itu juga, terutama tangisan Fara.
Brandon lantas memeluk Fara dan mencoba menguatkannya. Ia ikut menangis. Begitupun dengan semua orang.
Elzo yang melihat itupun merasa sangat bersalah. Air mata yang sudah terkumpul di pelupuk matanya perlahan jatuh.
Pikiran Elzo melayang ke kejadian sebelumnya, saat dokter memberi tahu kalau ginjal Nora ikut terluka karena tusukan dan membutuhkan donor saat itu juga.
Saat itulah tanpa pikir panjang Elzo akan langsung mendonorkan ginjalnya untuk Nora.
Tapi membuat semua orang terkejut, Irene datang di tengah-tengah mereka semua dan mengatakan kalau ia yang akan mendonorkan ginjalnya untuk Nora.
"Tolong, ambil ginjal saya saja, Dok. Saya yang akan mendonorkan ginjal saya untuk Nora."
Semua orang sempat tak percaya dengan ucapan Irene setalah apa yang telah ia perbuat. Tapi ia mencoba meyakinkan semua orang terutama sang Mama, Fara, yang sempat melarangnya.
Irene meminta maaf kepada semua orang dan meminta maaf kepada Fara berulang kali. Ia tampak sangat menyesali perbuatannya dan ia tampak menyesal karena telah mengecewakan semua orang terutama sang Mama. Terdengar dari kata-katanya tadi saat memohon maaf dan bersimpuh di depan Fara sambil menangis sedu.
"Maaf. Maafin Irene Ma.."
"Maafin Irene.."
Elzo sendiri tak mengindahkan keinginan Irene sama sekali dan tetap kekeh akan mendonorkan ginjalnya sendiri. Ia masih marah dengan semua yang telah Irene perbuat kepada Nora. Ia marah. Sangat marah. Tapi perkataan Irene setelahnya membuat Elzo terhenyak saat itu juga.
"Jangan, Zo. Kamu harus ada di samping Nora saat dia buka mata nanti."
"Tolong, biar aku aja. Aku mau menebus kesalahanku."
Itulah perkataan yang terakhir ditujukan padanya.
Sekarang, Irene telah pergi. Dan hanya suara tangisan yang terdengar kali ini.
-Noraelzo-
Elzo menatap kaca besar tembus pandang yang menghubungkannya dengan ruangan dimana Nora dirawat dua hari ini.
Dan seperti inilah yang ia lakukan selama Nora belum juga membuka matanya. Menatap Nora yang masih terbaring di atas ranjang rumah sakit dari luar ruangan melalui kaca tembus pandang ini dengan nanar.
Kata dokter, selain luka tusukan, ternyata kepala Nora juga terkena benturan yang cukup keras membuatnya belum juga sadarkan diri sampai saat ini.
Bahkan setiap waktu Elzo berusaha selalu ada di sini, di sisi Nora, berdiri memperhatikannya dengan semua alat medis yang menopang tubuh Nora. Ia hanya meninggalkan rumah sakit saat pergi ke sekolah saja.
Saat ada orang yang mau menengok Nora, pasti ada Elzo yang sedang berdiri di depan kaca ruangan Nora. Semua orang pun terharu melihatnya karena Elzo selalu berada di sana setiap waktu tanpa mengenal lelah.
Elzo setia menunggu Nora bangun. Bahkan ia sendiri tak mengurus dirinya dengan baik akhir-akhir ini. Membuat semua sahabatnya yang harus turun tangan untuk mengingatkan Elzo untuk beristirahat.
Saat Elzo tengah menatap ke arah Nora dari kaca. Tiba-tiba saja hal yang tidak diinginkan Elzo terjadi.
Tubuh Nora tiba-tiba nampak kejang di dalam sana. Membuat dada Elzo bergemuruh hebat.
Tak lama dokter dan beberapa perawat masuk ke dalam ruangan dengan terburu-buru dan langsung melakukan tindakan kepada Nora, setelahnya.
Elzo hanya bisa diam sambil menyaksikan bagaimana Nora yang sedang berjuang di dalam sana. Dada Elzo rasanya sesak sekali melihat Nora seperti itu. Air mata berkumpul di pelupuk matanya.
Beberapa saat berlalu. Dokter dan perawat nampak lega saat tubuh Nora kembali normal lagi dan tidak seperti tadi.
Dengan perasaan campur aduk, Elzo menghela nafas panjang lalu meletakkan kedua telapak tangannya di depan kaca dan menatap Nora di dalam sana. Air matanya perlahan menetes.
"Tolong, jangan pergi."
-Noraelzo-
Huaa dikit ya hihi.. Gapapa, dikit-dikit nanti lama lama jadi buku. Aamiin, WKWK.
Inshaallah next part dibanyakin deh hehhe..
A/N : Kalian siap untuk next part? Ada yang bisa nebak gimana kelanjutannya?
Jangan siders dong :') Readers yang baik pasti nggak lupa ninggalin jejak. Ya kan? Terimakasih buat yang setia nunggu!
Salam,
iinstnrm
KAMU SEDANG MEMBACA
NORAELZO [ END ]
Fiksi Remaja[ FOLLOW SEBELUM BACA ] ---- "Lo udah cari masalah, sama gue. Gue nggak akan lepasin lo segampang itu." kata Elzo, "sekarang, ikut gue ke lapangan!" "Mau ngapain?" tanya Nora kaget karena perintah Elzo barusan. Pasti ada yang tidak beres. "Jadi babu...