58. BALON PERPISAHAN

3.1K 155 16
                                    

Balon Perpisahan

Karena fase dalam hidup itu cuma ada dua. Ditinggalkan atau meninggalkan.

-Noraelzo-

Nora dan Elzo sedang berjalan memasuki pemakaman, sore ini. Nora sudah pulang dari rumah sakit, kemarin. Dan kekeh pergi ke makam hari ini padahal keadaannya masih belum juga pulih seutuhnya.

Nora bersimpuh, menatap dua pusara di depannya, lalu mulai menangis. Ia menatap pusara Ayahnya, Husein, yang sudah dipenuhi dengan rumput teki yang tertata rapi, dan juga pusara Irene yang masih basah.

Nora masih tidak menyangka, satu persatu orang yang disayanginya pergi secepat ini. Elzo yang tak tega hanya bisa menatap Nora dalam diam dan mendengar isak tangisnya yang semakin pilu.

"Ayah.. Kak Irene.. kenapa kalian ninggalin Nora secepat ini, sih?" lirihnya dengan suara bergetar.

"Terutama Kak Irene. Kenapa, Kak?! Kenapa?!" teriaknya parau, "Nora udah maafin Kak Irene! Dari dulu malah. Tapi kenapa Kak Irene milih pergi?"

Nora semakin menunduk dengan air mata yang terus mengalir.

"Nora salah apa sampai kalian ninggalin Nora kaya gini?"

Tangis Nora pecah saat itu juga. Dadanya sesak bukan main. Hatinya sakit. Kehilangan keluarga adalah kehilangan paling menyakitkan. Sungguh.

"Maaf," lirih Nora masih terisak, "maaafin Nora, karena belum bisa jadi anak dan adik yang baik selama ini."

"Maafin Nora."

Nora memejamkan kedua matanya setelah itu, karena air matanya sungguh tak bisa dibendung lagi. Semuanya luruh saat itu juga.

"Nor.." panggil Elzo lirih, menatap Nora dengan sendu, "udah. Mereka bakal sedih kalau lihat lo kaya gini."

Mendengar itu, Nora memelankan tangisannya lalu mengusap sisa-sisa air matanya dengan segera. Elzo benar. Ini semua takdir dari Allah, seharusnya ia tidak boleh menangisinya sampai berlarut-larut seperti ini.

Elzo tersenyum tipis ke arah Nora yang sedang menatapnya dengan berlinang air mata, sekarang. Ingin sekali ia rengkuh gadis itu ke dekapannya saat ini juga, tapi Elzo sadar, untuk saat ini ia tidak bisa melakukannya.

Melihat bagaimana keadaan hati Nora saat ini membuat Elzo takut untuk mengatakan sesuatu yang akan membuat hati Nora lebih sakit lagi.

Haruskah Elzo mengatakannya pada Nora?

-Noraelzo-

"Di sini."

Nora menunjuk tempat dimana ia dan Elzo pertama kali bertemu, dulu. Masih dengan mata sembab karena menangis di makam tadi. Tapi untungnya, perasaannnya sudah lebih baik dari sebelumnya.

Mereka kembali menatap tempat dimana mereka bertemu dulu, di pinggir jalan di dekat lampu merah. Elzo dan Nora seolah dapat melihat bayangan mereka waktu kecil yang sedang berinteraksi di depan sana. Lalu bayangan itu kembali menghilang, setelahnya.

"Waktu Nora datang kesini lagi, dulu. Kakak selalu nggak ada. Padahal kita udah janji buat ketemu lagi, kan sebelumnya? Nora takut sesuatu terjadi sama Kakak waktu itu. Sampai nyuruh Ayah buat nyari Kakak sampai ketemu. Tapi nggak pernah ketemu," kata Nora sembari mengulas senyum, setelahnya.

Elzo ikut mengulas senyum, "gue diadopsi sama Ayah Bunda di hari yang sama waktu itu. Jadi gue nggak pernah ke sini lagi."

Nora mengangguk paham.

NORAELZO [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang