9. PANGERAN IMPIAN

3.5K 285 37
                                    

Pangeran Impian

Andai kepala seseorang ditusukkan dengan batang besi, itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya. ( HR. Thabrani )

-Noraelzo-

Elzo hanya bisa menatap gadis di depannya dengan perasaan campur aduk. Sudah dua jam ini Nora memejamkan mata, tapi belum juga ada tanda-tanda ia akan bangun.

Elzo masih menatap wajah gadis itu tanpa bosan. Sesekali ia duduk di kursi yang berada di samping ranjang, tapi terkadang berdiri lagi.

Elzo menyadari kenapa Nora menutupi pipinya sedari tadi. Lebam di pipinya itu, jelas sekali kalau bekas tamparan tangan. Apalagi ditambah selang pernafasan yang terpasang di hidung mancung gadis itu saat ini, membuat Elzo semakin iba melihatnya.

"Ayah.. Nora nggak mau di suntik."

"Nora nggak mau. Nora takut."

Elzo masih diam sambil mengamati gadis di depannya yang tengah mengigau itu.

Aneh, pada keadaan seperti ini bisa-bisanya Nora mengigau.

Dengan mata yang masih terpejam Nora mengucapkan kalimat-kalimat itu dengan nada seperti takut bercampur sedih.

Nora masih meracau sendiri membuat Elzo bingung harus berbuat apa.

Elzo berdiri, lalu menatap gadis itu dengan tatapan nanar. Apa begitu rapuhnya gadis di hadapannya ini? Betapa bejadnya Elzo telah memperlakukannya dengan kurang baik.

"Ayah, jangan tinggalin Nora! Nora nanti sama siapa, Ayah? Nora takut.." lirih Nora dengan nada yang terdengar sangat menyedihkan.

"Argh!" Elzo mulai frustasi. Apalagi sekarang Nora mulai menggerakkan anggota tubuhnya. Terutama tangan.

Greb!

Elzo memegangi kedua lengan Nora dengan cekatan. Takut kalau pergerakan itu bisa membuat gaduh sekitar dan menyakiti diri Nora sendiri.

Tubuh Nora masih bergerak dan racauannya semakin menyedihkan. Ia masih memanggil-manggil Ayahnya, dan meminta sang Ayah untuk tidak pergi.

"Babu! Bangun."

"Ayah, jangan pergi! Semua orang jahat sama Nora."

Elzo mematung.

Entah kenapa kalimat Nora yang ini membuat hati Elzo bergemuruh. Apa Elzo salah satu dari orang jahat itu?

"Nora, Bangun." Elzo mulai sedikit lembut.

"Bangun woi! Dasar." tegas Elzo lagi. Percuma menghalusi manusia seperti Nora.

"Ayah, Nora mau ikut ayah aja!"

"Astaga. Badan semut, tenaganya gajah." cetus Elzo yang sudah kewalahan.

Racauan Nora membuat kuping Elzo memanas. Baru kali ini ia melihat suara sesedih ini dari bibir Nora. Biasanya dia aktif dan ceria. Teriak-teriak sesuka hatinya.

Jika disuruh memilih, Elzo akan memilih Nora teriak-teriak sampai pita suaranya putus daripada seperti ini. Elzo kasihan melihatnya.

"AYAHHH!"

Elzo melepaskan cekalannya dari tangan Nora ketika tau bahwa Nora sudah sadar. Teriakan kencang itu membuat Elzo terkejut bukan main.

"Jangan teriak lagi! Gue nggak suka." pinta Elzo yang menyadari Nora akan mengeluarkan jargon mautnya.

"Kamu! Kamu ngapain disini?" tanya Nora yang sudah duduk dari pembaringannya. Menatap Elzo dengan nyalang.

Elzo hanya memutar bola mata malas. Sudah dibilangin jangan teriak, Nora masih saja teriak.

NORAELZO [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang