Masa Lalu Pilu
"Kakak antar aja gimana Ra? Mendung nih, bentar lagi pasti hujan," ajak Brandon entah yang sudah ke berapa kali dari atas motor besarnya kepada Nora yang sedang menunggu angkutan di depan gerbang sekolah, ada beberapa siswa siswi lain juga di sana. Hari ini Nora memang tidak membawa sepedanya seperti biasa.
"Nggak usah kak. Nanti gimana reaksi orang rumah kalau tahu Nora pulangnya diantar sama Kak Brandon? Yang lain mah gapapa, tapi kalau Mama? Repot nanti. Kakak duluan aja," tolak Nora meyakinkan Brandon.
"Masa kamu Kakak tinggal sendirian sih?"
"Nggak papa Kak," ucap Nora sambil membenarkan hijabnya yang tertiup angin.
"Beneran? Kakak pergi nih. Awas aja kalau kangen."
"Kalau kangen kan nanti Nora bisa chat?"
"Emang tau kontaknya?"
"Tadi kan udah tukeran nomor. Kaya aki-aki ih pelupa. Sana-sana, husss..."
"Awas ya!" selidik Brandon sambil menghidupkan motor.
Nora hanya terkekeh lalu mengetuk helm Brandon.
"Hati-hati!" seru Nora lalu melambaikan tangan kepada Brandon yang sudah melajukan motornya.
Nora tersenyum. Masih tidak menyangka bisa bertemu lagi dengan tetangganya dulu yang sudah Nora anggap sebagai kakak dan juga sahabatnya itu, bahkan melebihi apapun. Kalau tidak ada Brandon, masa kecil Nora pasti sangat membosankan. Tapi semua itu tidak bertahan lama karena sebuah kejadian memilukan itu terjadi.
Saat itu Nora kelas 2 SMP dan Brandon kelas 3, ia dan Brandon dijemput oleh ayah Nora, Husein, seperti biasanya karena sekolah mereka sama. Singkatnya, Nora dan Husein sedang menunggu Brandon yang sedang mengambil barang yang tertinggal di laci. Saat Brandon sudah kembali dan ingin menyebrang jalan menghampiri Nora dan Husein, ada mobil pengangkut barang yang akan menabraknya. Tapi naas, bukan Brandon yang tertabrak, tapi ayah Nora, Husein, yang mencoba menyelamatkan Brandon. Nora tidak bisa merasakan apapun saat itu, tubuhnya membeku melihat sang ayah yang masih mengenakan seragam kerjanya tergeletak di atas aspal jalanan dengan darah di mana-mana.
"Kak! Kak Nora!"
Panggilan barusan membuyarkan lamunan Nora yang mengerikan itu.
Livia?
"Kakak nggak bawa sepeda, ya? Ayo naik kak, bareng Livia aja. Keburu hujan nih," ajak Livia dari kaca mobil belakang yang terbuka. Nora melihat ada Elzo yang mengendarakan mobilnya di depan tanpa menoleh sedikitpun, pandangan matanya lurus ke depan dan terkesan dingin.
"Nggak usah Liv," tolak Nora halus karena masih tidak enak dengan kejadian beberapa waktu yang lalu. Dimana Livia hampir saja kehilangan nyawanya karena memakan roti yang Nora berikan. "dan maaf soal yang tadi, ya?"
"Livia nggak papa kak. Nih, lihat sendiri? Livia sehat. Ayo masuk, keburu hujan loh."
Nora masih menimang-nimang mau ikut atau tidak.
Dan beberapa saat kemudian, hujan benar-benar turun begitu deras membuat Nora mau tak mau masuk ke dalam mobil. Siswa dan siswi yang awalnya sedang menunggu angkutan bersamanya pun juga ikut pergi untuk mencari tempat berteduh.
Nora sudah berada di dalam mobil sekarang, ia bisa melihat Livia yang sedang menampilkan senyumnya dan Elzo yang masih diam sambil menatap ke depan dengan datar.
"Ini ke rumah Livia dulu ya kak?"
Nora hanya mengangguk.
"Ayo bang, jalan."
KAMU SEDANG MEMBACA
NORAELZO [ END ]
Roman pour Adolescents[ FOLLOW SEBELUM BACA ] ---- "Lo udah cari masalah, sama gue. Gue nggak akan lepasin lo segampang itu." kata Elzo, "sekarang, ikut gue ke lapangan!" "Mau ngapain?" tanya Nora kaget karena perintah Elzo barusan. Pasti ada yang tidak beres. "Jadi babu...