44. HARUS BAGAIMANA?

2.6K 170 22
                                    

Harus Bagaimana?

"NORA!!!"

Teriak Tisya heboh saat mendapati Nora sedang duduk selonjoran di atas ranjang yang baru dipakai Nora beberapa hari ini.

Ya, Tisya sedang berada di rumah baru Nora, sekarang.

Nora yang saat itu sedang berkutat dengan ponselnya pun terpelonjat kaget karena suara khas Tisya yang melengking. Ia menurunkan kakinya ke lantai lalu menatap Tisya senang.

"Tisya."

Tisya langsung saja masuk ke dalam kamar menghampiri Nora dan memeluk sahabatnya itu begitu erat.

"Lo kemana aja, sih? Beberapa hari ini nggak bisa dihubungi, tau tau ganti nomor aja. Ganti rumah pula!" marah Tisya khawatir.

Nora terkekeh pelan mendengar racauan sahabatnya itu.

"Jangan bilang-bilang siapa dulu ya, Sya!" perintah Nora serius.

Mereka saling melepaskan pelukan lalu saling pandang.

"Enggak akan!" sahut Tisya lalu melompat ke atas ranjang dan duduk tepat di sebelah Nora.

"Nggak akan ada yang cari Nora juga sih," ucap Nora lalu tersenyum getir.

Nora yakin, Ia pergi jauh pun tidak akan ada yang mencarinya.

"Ih, kok ngomong gitu sih Nor! Lo tuh sahabat gue yang dua puluh empat jam nonstop selalu ada! Gue bingung, waktu lo nggak bisa di hubungi. Gue sempet mikir yang iya-iya tau nggak," marahnya, "gue kepikiran buat ke rumah lo, tapi keduluan sama lo yang telpon gue terus kirim alamat tadi. Pake ganti nomor segala lagi. Untung gue angkat," cerocos Tisya yang hanya dibalas senyuman merekah oleh Nora.

Nora tak menyangka Tisya akan seheboh ini. Ia lega mendengarnya.

"Lo nggak papa, kan Nor? Kok bisa di sini, sih?" tanya Tisya khawatir, "terus tadi yang bukain pintu rumah itu siapa? Sumpah ya mukanya mirip banget sama elo! Pakai hijab, cantik, kelihatan anggun banget. Jangan.. jangan.. dia-"

Tisya menghentikan ucapannya lalu menatap Nora penuh selidik.

Nora tersenyum kecil lalu berucap, "iya, itu ibu kandung Nora."

Tisya menatap tak percaya ke arah Nora yang sedang tersenyum ke arahnya. Senyuman Nora yang selalu tulus.

"Yallah, jadi sekarang lo tinggal sama ibu kandung lo di sini?" teriak Tisya tambah heboh, "untung gue sempet salim tadi. Gue udah ngira sih kalau itu ibu lo."

"Kuasa Allah emang luar biasa ya, Sya?" ucap Nora yang langsung saja diangguki oleh Tisya.

"Selamat ya! Selamat!" ucap Tisya ikut senang, "selain gue siapa aja yang tahu kalau lo ada di sini? Kenapa lo ngelarang gue buat bilang ke orang-orang kalau lo ada di sini?" tanya Tisya penasaran.

"Cuma kamu yang tau. Nggak papa, Sya. Nora cuma mau menenangkan diri dulu."

"Jadi Mama tiri lo? Kakak lo, Irene? Mereka nggak tau lo ada di sini?"

"Iya. Tapi mereka udah tau kok kalau Nora dibawa Bunda."

Tisya mengangguk paham.

"Terus? Pacar lo?" tanya Tisya lagi membuat Nora mengerutkan dahi, bingung.

"Pacar?" cetus Nora.

"Lo lupa kalau udah punya pacar? Kak Brandon Nor. Kak Brandon!" seru Tisya gemas.

Terlihat keterkejutan dari wajah Nora setelahnya. Tapi ia mencoba kembali biasa saja. Nora paham.

"O-ohh.. enggak tau."

NORAELZO [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang