Pesan Manis
Karena kehilangan yang paling sakit itu, ketika kamu terlalu mencintai sesuatu yang tak pernah ditakdirkan untukmu.
-Noraelzo-
Pagi ini bandara cukup ramai. Orang-orang hilir mudik berlalu lalang sambil membawa bawaannya masing-masing. Entah yang baru ingin pergi atau yang baru saja sampai. Semua membaur menjadi satu.
Nora, Tisya dan Riana sedang berada di bandara sekarang untuk mengantar Anabel. Tangis mereka pun pecah saat sampai di titik terakhir tempat mengantar karena setelahnya Anabel akan pergi masuk sendirian.
"Makasih banyak. Bunda, Nora, Tisya." ucap Anabel sambil menatap ketiganya secara bergantian.
Nora dan Tisya langsung saja berhamburan bersama memeluk Anabel untuk yang terakhir kali sebelum Anabel benar-benar pergi meninggalkan kota ini.
Kesedihan menyelimuti mereka semua.
"Kalau udah sampai langsung kabari kita, ya Bel?" pinta Nora yang langsung diangguki Anabel.
"Sehat-sehat di Bandung. Jangan nakal, jadi anak baik!" seru Tisya setelahnya yang dibalas kekehan kecil oleh Anabel.
Anabel pasti akan merindukan kedua sahabatnya ini nantinya. Begitupun dengan Nora dan juga Tisya yang akan merindukan Anabel.
Mereka melepaskan pelukannya lalu saling melempar senyum sendu.
Anabel ganti menatap Riana lalu memeluknya, "makasih banyak Bunda."
Riana mengulas senyum, membalas pelukan Anabel lalu mengangguk.
"Hati-hati dan jaga diri baik-baik, sayang. Kalau ada apa-apa langsung hubungi kita. Jangan sungkan, kita ini keluarga," ucapnya.
Anabel tersenyum simpul lalu mengangguk patuh. Mereka melepaskan pelukan setelahnya.
Anabel mulai berjalan meninggalkan mereka lalu melambaikan tangan. Tas ransel bertengger dipunggung nya.
Mereka semua pun ikut membalas lambaian tangan Anabel dengan perasaan campur aduk.
Nora, Tisya dan Riana hanya bisa menatap punggung Anabel yang kian menjauh dan akhirnya menghilang.
-Noraelzo-
Aroma sehabis hujan memang sangat menenangkan. Sisa-sisa air di dedaunan setelah diguyur hujan memang menyejukkan.
Nora menatap ke arah luar jendela kaca kamarnya yang berhadapan langsung dengan jalanan komplek di depan rumahnya. Menatap dedaunan dan juga jalan yang masih basah karena hujan tadi.
Rintik-rintik kecil air hujan menemani Nora kali ini.
Hening dan menenangkan.
Tisya masih berada disini setelah dari bandara mengantar Anabel tadi. Ia sedang tiduran di kasur milik Nora sambil memainkan ponsel. Katanya ingin menunggu kabar dari Anabel.
Lucu memang, tapi terkadang orang paling cuek malah orang yang sebenarnya paling perhatian.
Seperti Tisya contohnya. Kemarin saja ia marah-marah karena masih kesal dengan kesalahan Anabel waktu itu, tapi sekarang ia rela menunggu kabar darinya.
Nora tersenyum simpul melihatnya.
Mata Nora kembali menelisik ke arah jalanan.
Deg!
Nora terkejut. Tubuhnya berdesir hebat saat pandangannya bertemu dengan seseorang yang tengah berdiri di sebelah motor besarnya. Ia sedang meneduh di bawah pohon di seberang jalan tepat di depan rumah Nora.
Kenapa Nora baru sadar kalau ada seseorang yang tengah melihat ke arahnya sedari tadi?
Laki-laki itu, Elzo. Ia memandang ke arahnya dengan senyuman tipis. Senyuman yang mampu membuat hati Nora berdesir. Tapi juga senyuman yang sekarang membuat hati Nora sakit bila melihatnya ataupun sekedar mengingatnya.
Air mata terkumpul di pelupuk mata Nora yang indah. Ia tidak bermimpi kan? Kenapa Elzo bisa sampai di sini?
Ting!
Nora beralih pada pesan yang baru saja masuk ke ponsel yang ia genggam.
Anabela :
Pesawat gue take off sebentar lagi Nor. Tapi sebelum itu gue mau bilang, kalau gue udah kasih tahu Elzo alamat rumah sama nomor baru lo sebagai bentuk ucapan maaf atas perbuatan gue dulu. Sekaligus ucapan terimakasih buat semuanya. Gue cuma mau lo bahagia, sekarang. Raih kebahagiaan lo.
Nora menggenggam erat ponselnya setelah selesai membaca pesan dari Anabel.
Sebelum Anabel pergi, Nora memang sudah menceritakan semua yang terjadi kepadanya. Alasan kenapa ia memilih berpacaran dengan Brandon, tentang Irene yang akan dijodohkan dengan Elzo, dan yang lainnya juga.
Lalu Anabel ingin Nora meraih kebahagiaannya? Apa iya, Nora harus bersaing dengan kakaknya sendiri? Itu terlalu naif.
Jadi biarkan saja waktu yang menjawab semuanya. Ya, memang sepasrah itu Nora sekarang.
Tak lama sebuah pesan kembali masuk di ponselnya.
Ting!
089********* :
Sampai ketemu di sekolah malaikat kecil.
Nora mematung.
Ia langsung saja menoleh ke arah tempat Elzo berada tadi. Elzo masih memandangnya dari luar sana dengan kedua tangan yang menggenggam ponsel.
Sudah tidak diragukan lagi. Pasti pesan tadi dari Elzo. Tapi kenapa ia harus seperti ini? Kenapa selalu membuat Nora bingung dengan sikapnya itu?
Nora sungguh lelah dengan semuanya. Lelah dengan Elzo.
Nora kembali termangu tatkala melihat Elzo mengulas senyum tipis ke arahnya lagi. Hati Nora berdesir. Kenapa rasanya harus sesakit ini?
Elzo pergi dengan mengendarai motor besarnya setelah itu. Nora hanya bisa menatap kepergiannya dalam diam.
"Tisya?" panggil Nora pada Tisya dengan suara pelan. Matanya mulai berkaca-kaca.
"Hm?"
Tisya hanya membalas dengan deheman dan melirik ke arah Nora sekilas. Ia masih tiduran di atas kasur Nora sambil memainkan ponsel.
"Kamu tahu nggak Sya, kehilangan yang paling sakit itu apa?"
Tisya menoleh lalu menggeleng pelan menanggapi pertanyaan Nora barusan.
"Ketika kamu terlalu mencintai sesuatu yang tak pernah ditakdirkan untukmu." lanjut Nora bersamaan dengan air matanya yang mengalir.
-Noraelzo-
Gimana part ini? Puas nggak? Atau kurang? Ada unek-unek? Wkwk. Pokokknya terima kasih buat yang setia nunggu!
A/N : Bantu promosiin Noraelzo dong sahabat fillah! Boleh ke temen-temen kalian, bisa juga lewat story Instagram, WhatsApp, dan sosial media kalian yang lain tentunya. Karena itu semua akan sangat membantu bangett. Jadi mohon bantuannya ya! Biar lapak ini makin rame dan tambah seru! Hehe.. Makasih banyak-banyak!
Next?
Vote & comment yang banyak jangan lupa sahabat fillah! Biar makin semangat lanjut nulisnya hehe. Syukron! Terimakasih!
Salam,
iinstnrm
KAMU SEDANG MEMBACA
NORAELZO [ END ]
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM BACA ] ---- "Lo udah cari masalah, sama gue. Gue nggak akan lepasin lo segampang itu." kata Elzo, "sekarang, ikut gue ke lapangan!" "Mau ngapain?" tanya Nora kaget karena perintah Elzo barusan. Pasti ada yang tidak beres. "Jadi babu...