Abel tidak ingin langsung percaya. Walaupun dia lebih lama mengenal Charles, kini dia adalah istri Moreno di mana dia punya kewajiban untuk memercayai suaminya. Tapi kalau dipikir ulang, Charles tidak pernah berdusta padanya walaupun yang diberitahu Charles selalu menyakitkan. Orang Barat cenderung blak-blakan dan tidak memikirkan perasaan orang lain.
Setengah jam kemudian setelah dia siap dengan pakaian seadanya; kaos dan hanya celana jeans saja, dia masuk ke mobil Mercy-nya dan membawanya ke alamat yang diberikan Charles. Tidak sulit karena rumah di alamat itu dekat dengan rumah Abel saat remaja dulu.
Mungkin itu salah satu alasan Moreno memiliki rumah simpanannya di sana. Karena suaminya takkan berpikir istrinya akan kembali ke tempat yang mengingatkannya pada masa lalu. Cerdas sekali kau, Moreno, geram Abel, tapi tidak untuk waktu yang lebih lama! Begitu aku menyerbumu dan melihatmu dihangatkan oleh perempuan lain, aku takkan segan untuk meninggalkanmu dan semua pertimbangan yang kupikirkan takkan menjadi halangan lagi!
Tunggu. Tapi bagaimana jika ini hanya akal-akalan Charles padanya? Charles memang baik, tapi tetap saja ada kemungkinan dia dapat mempermainkan adiknya, kan? Kalau Abel tidak menemukan mobil Moreno di sana, atau melihat sosok Moreno di rumah itu, dia berjanji takkan mencurigai suaminya lagi. Dia akan menjalani hidup barunya sebagai pengelola restoran. Dia akan menelepon ibu mertuanya dan bergabung dengan wanita-wanita yang suka menghabiskan uang itu. Toh Moreno sendiri yang menyuruhnya demikian, dan sebagai istri Abel berhak kan membelikan uang yang diberikan suaminya?
Mobilnya berhenti di depan rumah mungil itu. Rumah berpagar rendah dengan tempat parkir yang terlihat dari luar. Tidak ada tanda-tanda Moreno di sana. Abel turun dari mobil, melewati pagar dan mengintip melalui jendela. Dia tahu ini tindakan kriminal. Seperti maling saja. Tapi rasa penasarannya mendorongnya untuk melakukannya.
Tak ada pergerakan di dalam rumah itu.
Lima belas menit di sana Abel menyerah. Brengsek Charles, mempermainkannya seperti ini. Abel jengkel sekali hingga rasanya ingin memukul lengan abangnya.
Jantung Abel nyaris terlepas ketika seseorang menyentuh bahunya. Segera dia membalikkan tubuhnya dan berteriak, tapi mulutnya dibekap oleh tangan besar milik.... Jonas?
"I thought you were a burglar, dammit," desis Jonas, melepaskan tangannya dari mulut Abel. "Sedang apa kau malam-malam di sini?"
"Saya bisa menanyakan hal yang sama, kan?"
"Saya sedang jogging dan rumah saya dekat sini."
Abel memperhatikan pakaian yang dikenakan pria itu. Kemeja dan celana nilon dipakai untuk berolahraga? "Oke, carilah excuse yang lain. Kau tidak sedang jogging."
"Baiklah, saya hanya jalan-jalan saja di malam hari. Jarang sekali Jakarta punya udara sesegar malam ini." Jonas mengangkat bahu. "Bagaimana dengan dirimu sendiri? Mengendap-endap di depan rumah orang, hampir saja aku panggil sekuriti kompleks!"
"Tidak, kukira rumah ini...." Abel menggeleng. "Aku hanya penasaran siapa pemilik rumah ini karena rumah ini selalu kosong."
Dahi Jonas berkerut. Jelas dia tidak memercayai apa yang dikatakan Abel padanya. Tapi toh dia tidak punya hak untuk mendesak. "Sekarang pukul satu dini hari." Jonas melirik arlojinya yang terbingkai dengan emas. "Perempuan bersuami tidak seharusnya berada di luar jam segini."
"Tahu apa soal kewajiban perempuan bersuami? Bagaimana dengan pendapat istrimu melihatmu berkeliaran juga?"
"Aku tidak tertarik dengan pancingan pertanyaanmu apakah aku single atau tidak. Tapi hanya sekadar info saja aku masih bujangan." Seuntai senyum manis menghiasi bibir Jonas. "Aku bisa mengantarmu pulang."
"Aku bawa mobil. Oh ya, tadi kau bilang kau tinggal dekat sini. Di mana?"
"Kau tahu rumah Satria yang dulu, yang tadinya lapangan bola? Sekarang itu rumahku."
"Baiklah, sebelum dijadikan lapangan bola itu adalah rumahku," kata Abel miris. "Bagaimana bisa kau mendapatkan tanahnya? Aku mencoba untuk menemui owner si pemilik tanah lapangan bola, tapi tak pernah ada respons!"
Karena rekanan Dokter Shermand di Indonesia yang memiliki tanah itu, Cantik, Jonas menjawabnya dalam hati. Dan tidak sulit memperoleh tanah itu dari rekanan ayahnya. "Kau tahu siapa yang membelinya?"
"Dia tinggal di London. Salah satu rekan ayahku di rumah sakit."
"Dia ayahku," jawab Jonas. "Sepertinya dia tahu harga tanah di daerah sini semakin mahal. Dia sudah menginvestasikannya untukku."
"Licik," desis Abel.
"Maaf?"
"Suamiku sudah menawarkan harga yang sangat tinggi untuk mendapatkan tanah itu kembali, tapi rupanya kau lebih beruntung."
"Aku senang memiliki apa yang tidak bisa dimiliki Moreno yang luar biasa itu," jawab Jonas menyeringai. Dia benar-benar memaknai kalimatnya. "Sebaiknya kita pulang ke rumah masing-masing."
Abel mengangguk setuju. "Baiklah, aku pulang." Mereka berdua berjalan menuju mobil masing-masing. Rasa malu mengeruk perut Abel. Suaminya tidak berselingkuh. Charles hanya mengerjainya, tapi dengan begini Abel tahu bahwa suaminya masih setia padanya.
Abel menjalankan mobilnya ke rumahnya. Dia sengaja memilih jalan yang melewati rumah lamanya, dan benar, rumah itu bukan tanah lagi. Di atas tanah itu terdapat rumah yang menjulang tinggi dengan ukiran-ukiran indah di bagian atapnya. Sambil melewati rumah itu, dia dapat melihat mobil Rolls Royce Jonas yang masuk melewati pagar yang bergeser otomatis itu. Dan mulutnya ternganga melihat mobil yang dikoleksi pria itu ketika pintu garasi terbuka.
Hell shit, mobil-mobil yang dia lihat di acara Top Gear, yang biasa Moreno tonton. Pantas saja ajuan Moreno terhadap rumah itu tak ditampik oleh ayah Jonas. Keluarga Jonas memang kaya!
Abel menghela napas panjang dan menjalankan mobilnya ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketidaksetiaan Pak Direktur (COMPLETED)
Romance"Kamu tidak bahagia, aku tidak bahagia. Tidak akan ada gunanya membangun rumah tangga yang sudah bobrok." Moreno sudah tidak bisa ditawar lagi. Ia meninggalkan istrinya disertai bantingan pintu. Moreno mengira hidupnya akan bahagia setelah ia memb...