EMPAT PULUH EMPAT

1.1K 82 7
                                    

Moreno tidak bisa berkonsentrasi melakukan pekerjaannya. Hampir tiga belas kali sekretarisnya masuk ke ruangannya untuk memberitahu semua kepala bagian sudah menunggu di ruang rapat. Dia mengangguk, namun pada akhirnya dia hanya melemaskan punggungnya di sandaran kursi kebesarannya yang dilapisi oleh kulit.

Matanya menatap kosong seakan menembus ruang hampa di mana dia merasakan kesepian yang amat sangat. Tidak ada yang tersisa dalam hidupnya. Wakilnya yang setia telah meninggalkannya. Istri yang dicintainya pada akhirnya harus diceraikannya begitu anak mereka lahir.

Anak. Betapa bahagianya Moreno mendengar istrinya mengandung anak mereka. Sejak awal tahun pernikahan mereka ego Moreno yang begitu besar mendorongnya untuk memiliki anak yang bisa meneruskan bisnisnya. Bayangan itu tiba-tiba memasuki benaknya di mana dia mendekorasi kamar bayinya dengan Abel, memperhatikan perkembangan anaknya, dan perlahan Moreno tersenyum miris hanya dengan membayangkannya saja.

Sayang sekali Moreno cepat menyerah. Dia bermain nakal di luaran bersama istri sepupunya tanpa mempertimbangkan perasaan istrinya. Itu semua di luar akal sehatnya. Bagaimana bisa dia mengkhianati istrinya yang punya kesempatan untuk menyakitinya dengan mengatakan bahwa dialah penyebab sulitnya mereka memiliki anak? Tapi Abel tidak melakukannya. Dia optimis untuk bisa melahirkan anak untuk Moreno.

Moreno terangkat untuk menelepon Dokter Hermawan di RS. Bagian rumah sakit menyambungkannya pada bagian obgyn. "Pak Moreno! Apa kabar, Pak? Ibu baik-baik saja, kan?" Dokter Hermawan menyambutnya dengan riang. Ini bukan pertama kalinya Moreno menelepon dokter yang sudah menangani kandungan istrinya. Tapi baru kali ini Dokter Hermawan bicara anpa nada kesedihan di dalam suaranya.

"Saya dan Ibu baik-baik saja. Saya ingin bertanya mengenai kandungan istri saya, Dok."

"Oh, itu. Sebelumnya, saya ucapkan selamat, Pak Moreno. Mengenai apa yang ingin Bapak ketahui?"

"Saya melihat istri saya begitu sehat kali ini, Dok. Apakah kandungannya baik-baik saja?"

"Betul sekali, Pak. Kalau sampai melahirkan tidak ada indikasi yang membuatnya tertekan lagi, saya pastikan Ibu akan melahirkan dengan sehat dan selamat."

Tertekan lagi. Dokter Hermawan menekankan bahwa selama ini Abel di bawah tekanan bersama Moreno. Ya, tentu saja istrinya tidak stres kali ini. Pujaan hatinya telah kembali dan tak ada alasan lagi baginya untuk depresi!

Dokter Hermawan juga mereferensikan buku-buku tentang kehamilan, yang percayalah, sudah dibaca Moreno sejak lima tahun yang lalu! Dokter juga memberitahu jadwal senam bagi bumil dan bapak yang dilakukan setiap hari Selasa dan Kamis. Dari nadanya, Dokter Hermawan optimis sekali dan itu membuat Moreno semangat.

Selama ini dia telah mengerti trauma yang dialami Abel. Istrinya menyaksikan kematian seseorang yang disayanginya. Mimpi buruk selalu menghantuinya. Tidak semua mimpinya tentang Satria dikarenakan rasa rindu. Jika Moreno lebih awas lagi, mimpi yang selalu dimiliki Abel setiap malam cenderung menyiksa. Dan bukan karena rindu. Hanya perasaan bersalah karena Abel tidak bisa menyelamatkannya, dan kematian Satria kala itu disebabkan kekerasan yang dilakukan Moreno dan teman-temannya.

Abel tidak menikmati mimpi itu. Sama sekali tidak mengingat keringat yang bercucuran setiap dia terbangun dengan napas yang tidak teratur. Mimpi itu bisa saja datang untuk memberi pesan pada Abel bahwa Satria akan kembali. Dan itu benar.

Gambaran istrinya yang mencium lelaki lain merelungi kepalanya lagi. Ciuman itu bukan ciuman biasa. Terdapat intimasi dan kemesraan yang tidak pernah dialami Moreno dengan istrinya. Tapi sekalipun istrinya menikmati ciuman itu, Moreno tidak lebih baik. Bahkan dia jauh lebih buruk. Dia membawa perempuan lain ke rumah yang lain pula. Di sana mereka berzina dan itu tidak pernah berhenti sejak tahun ketiga pernikahan mereka. Bagian lama perselingkuhan itu tidak diketahui oleh Abel maupun sumber yang mengacaukan semuanya, Mr.X.

Koran yang tergeletak di atas meja membuat Moreno lega. Mr. X yang ternyata mahasiswa komunikasi itu ditangkap atas tuduhan pencemaran nama baik. Rupanya mahasiswa itu hanya penasaran dengan kehidupan sosialita dan mencari sisi buruk dari mereka. Dugaan Moreno meleset. Dia mengira orang lain yang melakukannya.

Selama ini dia selalu menyimpan rapi rahasianya. Tapi Mr. X ini, mahasiswa semester empat yang cuma ber-IPK 2 ini bisa menembus lingkaran hidupnya. Bukan hanya dirinya yang menjadi korban. Teman-teman gengnya seperti Adrian, Pashandra, dan masih banyak lagi pernah menjadi bahan obrolan di situs Mr. X ini. Tidak mungkin hanya rasa penasaran yang mendorongnya. Pasti ada orang dalam yang mencukongnya. Orang yang dekat dengannya.

Sekarang nasi sudah menjadi bubur. Moreno tidak peduli lagi dengan Mr. X. Yang terpenting sekarang adalah meluruskan hubungannya dengan Asha Bella wanita yang dicintainya. Ya Tuhan. Mengapa hidup harus sepelik ini? Hidup tidak sepelik itu, hanya saja manusia terbiasa untuk membuatnya semakin rumit. Dan Moreno yang tidak tahu rasa syukur telah memiliki istri yang begitu mendukungnya, telah merumitkan keadaan.

Gagasan meninggalkan Abel setelah bayi mereka lahir menandakan betapa pengecutnya dirinya. Abel tidak punya salah selain merindukan orang yang dibenci Moreno. Lagipula, Moreno sendiri kan yang membuat Abel merindukannya. Andai saja dia tidak mendukung kematian palsu itu..... Ah, sudahlah! Semuanya sudah berakhir!

Dibukanya laci mejanya. Ada beberapa berkas mengenai kematian palsu Satria. Moreno akan menjelaskan pada Abel bahwa dia tidak sebejat itu. Bahwa dia membiarkan adiknya hidup dan memilih. Dia akan menekankan bahwa Satria-lah yang menjadi pengecut dengan menyamar menjadi orang lain karena diiming-imingi kehidupan yang lebih baik dari Dokter Shermand.

Dia segera bangkit dari duduknya, memberikan pesan pada sekretarisnya bahwa rapat hari ini dibatalkan. Buat apa punya karir yang menjulang jika rumah tangga sendiri bobrok! Tapi hidup tidak semulus itu. Ketika dia sampai lobi, dia tidak menemukan mobilnya. Sopirnya pasti sedang mencuci mobilnya di salon mobil di basement. Sialan.

Masih dengan jas rapi, dia melonggarkan ikatan dasinya dan berjalan cepat ke restoran istrinya. Moreno sudah mendengar dari Bibi bahwa Abel sudah mengepak barang-barangnya dan meninggalkan rumah dengan mobil yang dibelikan Moreno untuk istrinya. Moreno tolol telah membiarkan istrinya pergi, dan sekarang dia akan mengemis kesempatan pada istrinya.

Jarak dari menara ke restoran tidak jauh. Hanya mengambil waktu lima belas menit. Dan karena Moreno sudah seperti dikejar setan, dia berjalan begitu cepat, nyaris berlari, ke restoran istrinya. Hanya tujuh menit hingga akhirnya dia sampai di restoran istrinya.

Ditegurnya penjaga kasir dan dia memberitahu bahwa Chef Abel sedang di atas bersama Chef Jonas. Sialan. Satria sudah curi start bahkan sebelum Moreno menyodorkan surat cerai? Kurang ajar! Kalau Abel tidak tahu bahwa dulu Moreno-lah yang mencoba membunuh Satria, dia akan melakukannya sekarang juga!

Napas Moreno tersengal-sengal ketika dia sampai lantai dua. Tentu saja. Umurnya sudah tidak semuda dulu dan dia sudah jarang pergi ke gym. Begitu tangannya hendak menyentuh gagang pintu kaca yang mengarahkannya ke beranda, dia mundur beberapa langkah. Dia terpaku.

Istrinya tengah terisak tanpa suara. Walaupun posisinya membelakangi Moreno, dia dapat mengenali rambut istrinya yang digerai panjang, yang selalu diendus Moreno setiap dia bercinta dengannya. Satria membungkuk di depannya, memeluknya dan membelai tengkuk istrinya sambil membisiki sesuatu. Brengsek, brengsek, brengsek!

Kedua tangan Moreno mengepal keras.

Ketidaksetiaan Pak Direktur (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang