DUA PULUH TIGA

2.9K 206 5
                                    

Rencana Moreno berantakan semua! Dia melirik pada bungkusan-bungkusan belajaan yang dia sempat taruh di atas karpet. Seharusnya malam ini menjadi malam yang indah. Siapa yang menyangka dia akan menghabiskan waktunya di kamar tamu!

"Abel aku tidak bisa meninggalkanmu, kau sedang sakit," kilah Moreno.

"Aku tidak membutuhkan perhatianmu!" bentak Abel. Yang aku butuhkan itu kesetiaan dan cintamu! Tapi yang kau lemparkan padaku adalah pengkhianatan! "Kenapa tidak kau cari saja wanita di klub malam? Wanita yang tidak punya suami yang akan memaksamu untuk melakukan perjanjian?"

"Abel! Cukup! Bukan hanya kau saja yang punya pembelaan di sini." Menjadi istri yang dikhianati memang menyedihkan—atau itulah yang Moreno lihat ketika ibunya harus menerima kenyataan Papa Gilang tak mau lagi kembali padanya! "Aku sudah capek dengan sifat introvertmu! Aku sudah capek datang ke undangan teman-temanku tanpa pendamping sampai aku dikira tidak bisa memuaskan istri! Bagaimana bisa mereka bilang begitu?" Moreno menggeleng, berdecak heran. "Padahal jelas kamulah yang tidak tahu caranya membahagiakan suami! Kau selalu teledor mengurus kehamilanmu. Good God, Abel, cobalah bayangkan kakimu di sini!" Moreno menunjuk kedua kakinya.

Moreno tidak mengerti tatapan apa yang diberikan Abel. Biasanya dia selalu mengenali gestur istrinya, tapi tidak kali ini. Istrinya berhenti menangis, terlihat berpikir sejenak, dan aneh sekali karena istrinya tidak terlihat merasa bersalah sama sekali.

Akhirnya Moreno memutuskan untuk meninggalkan kamar. Ketika dia meraih pintu Abel berkata, "Ambillah semua belanjaanmu, Moreno. Aku tidak membutuhkannya." Kandas sekali! Hmmm, Moreno mengangguk, memunguti bungkusan-bungkusannya dan hus... Pergi dari kamar. Dia tidak ke bawah, melainkan ke ruang kerjanya yang lebih dekat untuk memantau keadaan istrinya. Semalaman dia membuka email, membaca berita di internet, dan melihat history Google Chrome-nya. Ya, pencarian Abel mengenai dirinya memang tidak ada yang salah... Dia pria yang bajingan.

Tapi mau bagaimana lagi. Dia kan punya alasan yang kuat untuk berada di luaran rumah. Lagipula, berapa banyak istri yang merelakan suaminya untuk berselingkuh, yang penting uang bulanan tidak telat masuk ke ATM mereka? Tidak sedikit, kan? Tidak sedikit juga dari mereka yang tidak punya kekurangan. Tapi Abel... Seharusnya istrinya tahu diri, sedikit.

Pemikiran yang jahat itu membuat Moreno sakit kepala. Dia tidak bisa tidur. Pikirannya lurus pada istrinya. Sedang apa ya Abel sekarang? Moreno berdiri, berjalan ke kamarnya dan ketika dia membuka pintu, dikunci! Hhhh.... Moreno memang tidak bisa melihat Abel, tapi dia bisa mendengar isakan dari dalam. Istrinya masih menangis jam segini?

Moreno hendak mengetuk, tapi ditariknya lagi tangannya. Rasa simpatinya tidak dibutuhkan oleh istrinya, Moreno menyadari hal itu. Dia kembali ke ruang kerjanya tanpa menutup pintu, dan tertidur di kursi kerjanya. Mimpinya tak begitu jelas hingga dia cepat sekali terbangun. Tapi ternyata tidak sesingkat itu. Matahari yang menyelusup ke kelopak matanya membangunkannya.

Dia hampir tidak memercayai pandangannya ketika membuka kedua matanya. Abel berdiri di depannya, dengan kemeja serta celana jeans, setelan pakaian yang tidak disukai Moreno. Sebagai istrinya, seharusnya Abel punya perhatian sedikit mengenai pencitraan. Tapi memberikan istrinya nasihat di saat Moreno sendiri perlu dipentung kepalanya atas apa yang dilakukannya hanya memperburuk keadaan.

Abel sudah tampak sehat. "We need to talk."

We need to talk, satu kalimat yang membuat lelaki mana pun sakit jantung. Moreno menegakkan posisinya, berusaha untuk mendengarkan istrinya secara seksama. "Go ahead."

"Aku tidak bisa menoleransi perselingkuhan, Moreno. Sebelum ada pemberitaan tentang pengkhianatanmu, sejujurnya aku sudah merasa tertekan dengan pernikahan ini..."

"Cerai?" ulang Moreno seakan tidak mendengar. "Kau sedang tidak sehat bukan, Sayang? Jangan pikirkan hal-hal yang tidak mungkin." Untuk ukuran pria yang dimintai cerai, Moreno tampak begitu tenang sampai Abel bingung sendiri bagaimana bisa lelaki seperti ini masih punya kepercayaan diri di saat sudah jelas-jelas bersalah! "Kita saling mencintai. Kau cinta aku, aku cinta kau. Anggaplah perselingkuhan yang kulakukan angin lalu, ya ya ya?"

"Angin lalu?!" bentak Abel murka. "Apa kau sadar apa yang telah kau lakukan? Kau tidak hanya mengotori pernikahan ini dengan perbuatanmu yang menjijikkan, kau juga merusak rumah tangga lain, Moreno!"

"Lalu apa? Kau tetap ingin bercerai, huh?" sahut Moreno dengan rahang mengeras. "Baiklah, panggil kakakmu untuk membayar utang-utangnya padaku. Aku sudah melakukan perjanjian dengannya."

"Kau punya segalanya, kenapa kau sampai hati menghancurkan kakakku?!"

"Aku takkan menghancurkan bisnis barunya, aku hanya ingin dia menebus kesalahannya jika kau menuntut cerai!"

"Kau tidak bisa menjadikanku objek begitu, Moreno! Objek jaminan abangku padamu. Aku bukan barang yang bisa kau beli dari abangku!" desis Abel tersinggung.

"Kau tahu kau tidak akan mendapatkan apa-apa dari perceraian ini, Abel." Sebelum menikah mereka melakukan perjanjian pranikah yang di sana juga tertera bahwa Abel hanya bisa mendapatkan harta dari Moreno jika Moreno meninggal.

"Untung saja aku tidak menambahkan 'anak' darimu dalam perjanjian itu, Abel," tambah Moreno dingin.

"Anak?! Kau masih menyalahkanku mengenai anak?!" Abel hanya tertawa masam. Dia melemparkan sebuah amplop besar ke meja Moreno. "Aku tidak butuh uangmu, Reno. Dan kesalahan tidak ada padaku, Moreno. Dokter Hermawan mendiagnosismu dengan jelas di sana."

Hasil pemeriksaan itu tak pernah diberikan Abel padanya, dan selama ini Abel selalu menyalahkan dirinya. Moreno membuka map itu, membaca suratnya, dan matanya membeliak!

"See? Bukan aku yang bermasalah dengan rahimku," jelas Abel.

Selama ini Moreno mengolok-olok kecerobohan istrinya di depan Karina. Selama ini semua orang memang menatap simpati padanya karena mendapati istri seperti istrinya. Dan yang terakhir Abel harus terima cacian ibu-ibu mengenai kemandulan yang sebenarnya tidak terjadi pada istrinya.

Lelaki macam apa Moreno ini. Menjatuhkan istrinya sendiri dan ternyata.... Dialah dalang dari kegagalannya memiliki anak!

"You really want a divorce, Abel....," desah Moreno, menunduk. Matanya datar saja walaupun hatinya panas karena malu. Kemudian, diangkatnya kepalanya dan ditatapnya Abel dengan tegas. "OK. I'll have my lawyer call yours."

Abel terkesiap, menutup matanya mendengar kata-kata terakhir suaminya. Air matanya mulai mengalir lagi. Dan begitu dia membuka matanya, Moreno sudah tidak duduk di sana. Moreno meninggalkannya.

Ketidaksetiaan Pak Direktur (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang