Gagasan bertemu Moreno lagi bukan ide yang buruk, Abel berusaha meyakinkan dirinya untuk turun dari mobil dan memasuki rumahnya. Betul kata Kakek, tidak ada satu pun orang yang berjaga di pos satpam. Dia mendekati pagar, dan terkejut ketika mengetahui pagar yang menjulang tinggi itu tidak digembok dan bergeser dengan mudahnya.
Tak urung dia merasa waswas. Moreno orang yang gila dalam hal apapun, termasuk dalam hal pengamanan di rumahnya. Tidak mungkin dia meninggalkan rumah dengan ceroboh seperti ini. Atau, dia ada di dalam? Oh, tidak.... Apakah ada penjahat yang masuk dan mencelakai orang-orang rumah? Sebelum ke rumah, Abel menelepon sekretaris Moreno dan dia mengatakan bahwa Bapak sudah tidak ke kantor dari hari Kamis dan sekarang sudah Selasa. Saat sakit pun Moreno tak pernah absen, atau masuk setengah hari. Dia tidak pernah sakit.
Ya Tuhan.
Sesuatu yang buruk terjadi pada Moreno?
Abel membuang pikiran itu jauh-jauh. Setelah pagar depan tertutup sendiri, dia memajukan mobilnya ke dalam. Begitu pintu garasi terbuka, jantungnya nyaris tak berdetak ketika pintu geser garasi terbuka secara otomatis. Tidak ada yang menguncinya! Pintu yang didesain geser sendiri itu bertujuan untuk mempermudah setiap orang untuk memarkirkan mobil mereka di dalam. Tapi tidak saat rumah tidak ada yang menjaga begini!
Atau ada orang di sini. Mobil-mobil Moreno lengkap di garasi. Tidak, ada tiga tambahan mobil lagi. Ada tamu? Siapa? Simpanan Moreno yang baru? Gak tanggung-tanggung, dia langsung mendapatkan tiga wanita!
Huh, baru ditinggal sebentar sudah main mata! Dengan hati gemas Abel turun dari mobilnya dan masuk ke rumah. Apa yang akan dikatakannya pada Moreno? Bahwa dia tidak akan mau kembali karena Moreno tak bisa setia? Nah, itu bagus, dasar lelaki! Tidak ada yang bisa dipercaya. Pokoknya akan aku marahi Moreno habis-habisan!
Dia bergegas ke lantai atas, di mana Moreno selalu menghabiskan waktu di sana selama di rumah. Di atas pun juga tak ada tanda-tanda kehidupan. Sepi. Lampu mati. Hanya sinar matahari yang menembus masuk melalui jendela dari setiap kamar. Semua pintu di rumah ini terbuka lebar. Apakah.... Ya Tuhan!
Sayup-sayup dia menangkap suara Moreno yang tengah tertawa bersama seseorang. Abel penasaran dengan siapa dia sedang bicara. Tidak mungkin ketawa seorang diri, kan? Moreno memang gila, tapi tidak gila dalam arti seperti orang sakit jiwa seperti itu. Abel mendekati asal suara-dari arah kamar kerja suaminya-dan mendekati kamar itu.
***
Moreno pintar mengatur hidupnya. Dia tahu mana yang harus dibuang, mana yang harus dipertahankan. Dan masa lalu salah satu yang dia buang jauh-jauh dari hidupnya. Kalau punya cara lain untuk menyelesaikan masalah, akan dia lakukan asalkan tidak kembali pada masa lalu. Tapi barangkali Adrian benar. Bukan hanya Satria dan sperma lemahnya yang menjadi masalah selama ini. Dia hanya belum berterus terang seluruhnya pada Abel dan dia mengira itu akan baik-baik saja.
Moreno tidak menghabiskan waktunya untuk berlibur. Dia pergi ke rumah sakit tempat Oscar dirawat. Kekasih Abel itu sudah bisa sadarkan diri, dengan gips di lehernya, dan beberapa alat rumah sakit yang menempel di tubuhnya. Tapi Moreno tahu, kelima indra kekasih Abel itu masih berjalan dengan lancar.
Moreno duduk di kursi dekat tempat tidur. Tanpa basa-basi dia langsung mengutarakan apa yang ingin dikatakannya. "Je suis amoureux de ta copine. Nous aimons les uns les autres. Ne soyez pas en colère contre Abel, c'est vraiment ma faute. Elle ne peut pas vous croire parce que vous n'avez pas une religion." Saya jatuh cinta dengan kekasih Anda. Kami saling mencintai. Jangan marah pada Abel, ini benar-benar kesalahan saya. Dia tidak percaya Anda karena Anda tidak memiliki agama.
Bohong jika Moreno tidak bisa bicara dalam bahasa Prancis. Dia mempelajari bahasa itu saat dia berkomitmen untuk berjudi di sana, dan dia akui bahasa Prancis-nya memang masih berantakan. Tapi dia yakin, Oscar yang sedang sakit itu mampu mencerna kata-katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketidaksetiaan Pak Direktur (COMPLETED)
Romans"Kamu tidak bahagia, aku tidak bahagia. Tidak akan ada gunanya membangun rumah tangga yang sudah bobrok." Moreno sudah tidak bisa ditawar lagi. Ia meninggalkan istrinya disertai bantingan pintu. Moreno mengira hidupnya akan bahagia setelah ia memb...