ENAM BELAS

3K 206 20
                                    

"Hopefully. Selain itu aku juga punya daftar keinginan ketika aku menjadi suami nanti. Itu terdengar konyol, tapi aku suka sekali menulis hal semacam itu." Dia mengeluarkan sebuah buku kecil sebesar genggaman tangannya dari kantong celananya. "Kau bisa membacanya."

Abel melihat daftar harapan pria itu.

1. Get married.

2. Have a honeymoon in Alazka.

3. Buy a boat for lovely wife.

4. Or can I buy her a private jet?

5. Build a new restaurant in New York.

6. Make love to lovely wife in every place, everytime, NO LIMITATION.

7. Buy a luxury penthouse or mansion for lovely wife, and live in there.

8. Celebrate the anniversary in different places.

9. YOU.

"Oke harapanmu yang terakhir sangat lucu," kata Abel tersenyum masam. "Sudah berapa banyak wanita yang kau berikan daftar ini?"

"Tidak terlalu banyak, hanya orang yang spesial saja."

"Jonas, dengar aku ini..."

"Kau sudah mengatakannya, dan aku tidak akan menjalin hubungan serius denganmu, Nyonya Abel," sela Jonas tenang. "Lagipula itu hanya harapan muluk saja. Tidak ada satu pun dari harapan itu sudah terwujud."

"Ini masalah belum menemukan orang yang tepat saja," jawab Abel. "Oh ya. Kau tidak punya harapan untuk memiliki anak?"

"Aduh, istri saja belum punya, apalagi anak. Tidak, belum. Semua pasangan pasti menggebu-gebu ingin punya anak, tapi aku tidak. Bagiku anak itu seperti anugrah dari Tuhan, tidak perlu diminta nanti juga datang sendiri jika kita sudah dirasa mampu untuk memelihara dan mendidik mereka."

"Kau mengatakan itu sekarang. Kalau sudah menikah nanti, kau akan merasakan betapa pentingnya untuk memiliki anak!" Abel tertawa, menyembunyikan kemirisan dalam hati. Uh, andai saja Moreno masih punya pikiran seperti ini.

"Mungkin, tapi di London aku tidak melihat itu sebagai desakan atau ancaman karena tidak memiliki anak. Malah, lebih bebas tanpa anak. Maaf jika itu menyinggungmu, Nyonya, tapi itulah opiniku tentang anak. Dengan begitu kita-maaf, aku dan istriku kelak akan honeymoon tanpa ada beban mengurus anak."

"Kau tidak ingin ada yang meneruskan usahamu?"

"Itu kalau anakku jago bisnis restoran, kalau tidak?" Jonas mengangkat bahu. "Terlalu muluk untuk memiliki keturunan yang sama hebatnya dengan orangtuanya, walaupun bukannya tidak mungkin. Tapi aku pribadi yang santai, kalau diberi ya oke, kalau tidak ya sudah. Yang penting istriku nanti tetap mencintaiku dan begitu pun aku padanya."

"Manis sekali."

Jonas memperhatikan kesenduan di balik mata yang bening itu. "Kau tidak terlihat bahagia, Abel. Aku tidak tahu apa yang menjadi masalahmu, tapi kehidupan di masa pernikahan itu memang tidak menyenangkan. Terlebih lagi jika salah satu dari pasangan sangat kaya." Seperti istri lama ayah kandungku yang sangat kaya hingga mendepaknya dan menjadikan ibuku sebagai tameng kesalahan keluarganya. "Bersyukurlah kau punya suami yang mencintaimu dan selain itu dia kaya." Jonas tersenyum tipis.

Abel menepuk jidatnya ketika dia teringat sesuatu. Sebelum ke restoran dia membuat janji dengan ibu mertuanya untuk berkumpul dengan teman-teman Mama Annet. "Jonas, kurasa kita bisa bertemu besok atau lain kali. Aku punya janji."

Ketidaksetiaan Pak Direktur (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang