DUA PULUH LIMA

3.4K 191 12
                                    

Moreno mengemudikan mobilnya tanpa arah yang jelas. Dia tidak membawa mobil sedannya, melainkan mobil sport Lamborghini Aventador-nya, dan membawanya mengelilingi kota Jakarta dengan kecepatan tinggi. Dia tidak tahu harus ke mana. Tidak punya ide untuk ke tempat yang bisa melipur laranya. Jika pun ada, dia tidak mau ke pub atau semacamnya.

"Kesalahan tidak ada padaku, Moreno. Bukan aku yang bermasalah dengan rahimku." Kata-kata Abel menusuk hatinya. Selama ini Moreno menempatkan dirinya sebagai korban. Dia banyak menelan sakit hati ketika dia dan Abel selalu gagal dianugerahi seorang anak, dan selain itu igauan istrinya mengenai Satria sejak awal pernikahan mereka. Tapi sekarang dia sadar, dialah penyebab itu semua! Istrinya akan punya banyak anak jika bukan dia suaminya. Istrinya tidak akan memikirkan Satria jika Moreno tidak membunuhnya!

Untuk pertama kalinya, Moreno tidak memiliki solusi untuk masalahnya sendiri. Dia ingin memperjuangkan pernikahannya dengan Abel, tapi ego dalam dirinya melarangnya. Selamanya Abel akan berpikir bahwa dia pria tidak berguna untuk memproduksi anak. Selamanya Abel akan dirundung rasa berdosa telah menikah dengan orang yang membunuh Kak Satria-nya.

Moreno sangat mencintai istrinya, tapi membiarkan istrinya menderita dalam dekapannya? Istrinya punya kesempatan untuk mendapatkan suami yang lebih baik, yang.... Hell shit, hanya dia lelaki terbaik untuk Asha Bella-nya! Tidak ada laki-laki mana pun yang pantas untuk istrinya selain dia. Tapi, lelaki yang sempurna—itu yang dikatakan orang-orang mengenai dirinya—sebenarnya tidak pantas untuk wanita mana pun dengan kekurangannya sekarang. Selain itu dia juga terbukti tidak setia pada istrinya.

Setiap Moreno memejamkan matanya meski sedetik saja, bayangan air mata istrinya yang terluka menghampiri benaknya. Moreno tak sanggup melihatnya walaupun hanya dalam bayangan saja. Istrinya sakit hati, terluka, karena kebodohan suaminya yang berzina dengan wanita lain!

Moreno tidak tahu dari mana istrinya punya pikiran untuk melihat sertifikat itu padahal Moreno sudah menyembunyikannya dengan rapi. Entah siapa sumber yang bocor di internet itu. Dia akan memastikan sumber X itu takkan bertahan hidup lebih lama. Olegra akan mengurusnya.

Tapi untuk apa membunuh orang setelah pernikahannya hancur lebur seperti ini.

Ponselnya berbunyi dengan nama Kakek Sasmito tertera di layar. "Hai, Kek," sapa Moreno, mencoba mendatarkan nada suaranya yang serak. Sulit sekali baginya untuk menangis seakan saluran air matanya tidak punya stok air mata untuk dikeluarkan. "Ada apa?"

"Kau sudah mendengar berita mengenai Helena?" Tanpa basa-basi sang kakek bertanya. "Kau sudah tahu dengan siapa dia...."

"Philip Sadrin. Aku sudah tahu."

"Dan kau tidak berbuat apa-apa?"

"Helena sudah besar." Walaupun ceroboh dan keras kepala. Saat Moreno kuliah dulu dia menghabiskan sebagian waktunya untuk adik sepupunya yang saat itu masih sekolah. "Mengandung anak dari anak Mathias Sadrin yang paling medioker adalah pilihannya. Lagipula, aku tidak suka ikut campur." Begitu dia menandaskan pada sang kakek.

"Kau rupanya sangat menghargai keputusan setiap anggota keluargamu." Kakek Sasmito berdecak. "Begitu menghargainya sampai kau merebut istri Eltor."

"Aku tidak merebut istri siapapun, Kek," jawab Moreno kesal.

"Baiklah, itu justru bagus, kau masih setia pada istrimu. Bagaimana kabar Asha Bella, Ren? Kakek ingin ke rumahmu, mencicip masakan istrimu yang tidak pernah mengecewakan itu."

Istrinya sedang depresi dan kecewa. Kedatangan Kakek hanya akan membebani mereka lebih berat lagi. "Tidak perlu, Kek. Sebentar lagi Abel buka restoran."

"Kau membiarkan istrimu bekerja? Kesambet apa kau, Moreno?"

"Kenapa Kakek melihat itu sebagai kesalahan? Mama bekerja dan Kakek tidak pernah merasa ada yang salah tentang itu," keluh Moreno.

Ketidaksetiaan Pak Direktur (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang