TIGA PULUH SATU

1.8K 100 3
                                    

"Tidak semudah itu Philip mendapatkan hati Helena," jawab Moreno, berdiri di depan kaca sambil mengaitkan tali dasinya. Dia memantulkan pandangan dirinya yang tampan dengan balutan formal; kemeja putih, celana nilon hitam, dan dasi hijau dengan motif, serta tak lupa jas hitam Armani. "Philip is a lawyer, and he's not done with his last case—that I think he might lose it."

"What case?"

Moreno berbalik menghadap sang istri yang tengah duduk di meja rias. "Pencemaran nama baik."

"Pencemaran nama baikmu? Atas perbuatanmu yang mana?" dengus Abel. "Perselingkuhanmu adalah fakta, Reno."

"Tetap saja orang yang menyebarkannya harus bertanggung jawab," sahut Moreno datar. Matanya menoleh sekilas pada istrinya yang terlihat kesal menatapnya. Mau bagaimana lagi, pikir Moreno. Aku sudah terbukti salah, tapi kan tidak mungkin aku tenang-tenang saja ada orang di luar sana yang ingin menghancurkan aku. "Aku mencurigai seseorang dan siap melaporkannya jika Philip dapat membuktikan siapa orang itu sebenarnya. Belum sampai ke meja hijau, tapi kalau Philip dapat menyelesaikan masalah ini, aku berjanji memberikan apa yang dia inginkan."

"Bolehkah aku tahu siapa?"

"Nanti saja," sahut Moreno tersenyum. "Kau cantik sekali."

Pipi Abel memerah. Dia memang memberi tatapan sinis, tapi tidak bisa meredam perasaan senang. Suaminya memujinya cantik? Hah, setan pun tahu Abel tidak secantik itu. Abel bahkan belum menyelesaikan tatanan rambutnya dan pakaiannya masih tergeletak rapi di atas tempat tidur. Dia baru dibalut pakaian dalam seadanya.

I undress to impress.

"Trims," jawab Abel sekenanya. "Jadi, ini acara makan malam formal?" Pertanyaan itu merujuk pada gaun yang dibawakan Moreno. Lagi-lagi gaun mahal. Abel tak sampai hati mengeluh melihat betapa semangatnya Moreno menghadiri acara hari jadi Papa Gilang dan istrinya.

"Tahun-tahun terakhir aku tidak pernah ikut merayakan." Moreno mengeluarkan amplop dari jasnya. "Dan undangan ini disampaikan ke sekretarisku pagi ini. Papa ingin aku dan kau datang ke hari jadi pernikahannya. Aku sendiri bingung. Papa bukan tipe orang yang suka berlebihan begitu."

"Barangkali Papa baru menyadari betapa pentingnya untuk jadi romantis," Abel memberikan komentar.

"Tante Dilla tidak membutuhkan itu," sambung Moreno. "Tadi Papa juga menelepon, katanya ada surprise buat kita. Dia mengundang seseorang."

"Seseorang?"

Moreno mengangkat bahu. "Akan mengejutkan jika dia mengundang mama atau kakekku," Dia menduga.

"Itu akan lebih menyenangkan melihat mereka damai." Abel berdiri untuk menggapai gaunnya. Gaun berenda panjang yang memiliki suasana elegan dan sentuhan modern manis berwarna biru. Terdapat korset di dalamnya, yang akan memberi kesan ramping.

"You don't need that." Moreno meraih korset itu dan melipatnya kemudian memasukkannya ke dalam lemari. "Aku lebih suka melihat lekuk tubuhmu." Sejak hamil tubuh Abel tidak kembali kurus, namun lebih padat dan semakin menarik saja. Moreno bukan tipe pria yang memamerkan keseksian sang istri, tapi toh tak ada yang akan berani kurang ajar di rumah ayahnya. Tak ada yang berani kurang ajar jika dia di sekeliling istrinya.

"Kau bilang aku gemukan?" Abel melotot dan Moreno tertawa.

"Sama sekali tidak, Sayang," jawab Moreno, memperhatikan istrinya yang memasukkan gaun itu dari kaki dan mengikat bagian belakangnya. "Let me help." Moreno mengaitkan tali demi tali di bagian punggung istrinya. "Sesak, Bel?"

Abel membalikkan tubuh dan menggeleng. "Turunlah dan ambil lasagna di oven. Aku mau menyelesaikan make up-ku dulu."

"Oke." Sebelum meninggalkan kamar Moreno mengecup pipi istrinya.

Ketidaksetiaan Pak Direktur (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang