Moreno bukan orang yang bodoh.
Dia jauh dari kata tolol. Kepekaannya yang sudah menjadi anugrah dalam tubuhnya yang berdarah dingin itu telah membawanya pada kesuksesan tanpa menghadapi rintangan. Ya, mungkin sekali-dua kali dia pernah gagal pada mata kuliah kalkulus saat kuliah, tapi itu tidak membuatnya menyerah kalah. Bahkan dosa yang amat berat, tidak membuatnya menanggung beban seumur hidup hingga harus kehilangan masa depannya.
Sebaliknya, dia orang yang kokoh. Terlalu kokoh bagi pendosa seperti dirinya.
Ketika istrinya melontarkan kecurigaan pada diri Jonas, Moreno tidak langsung diam. Di dasar hatinya-jika dia masih punya hati-dia dapat merasakan adanya ikatan batin yang membebaninya. Untuk pertama kalinya, dia dapat merasakan intuisi semacam itu. Sebelumnya saat bahkan dia bermusuhan dengan ayahnya dia tidak pernah setakut ini.
Ada yang aneh dalam diri Jonas Murti. Dan bagi Moreno yang menghabiskan masa kecil hingga remaja untuk membenci adik seayahnya, dia terlalu mengenal Satria. Dia tahu bagaimana adik seayahnya itu melirik, menatap, dan bergerak. Dan Jonas adalah aktor yang sangat amatir.
Saya Jonas Murti. Moreno Danishwara, bukan?
Bah. Moreno menyadari dirinya tidak sedungu itu! Dia teringat ketika pertama kali bertemu dengan Satria saat kecil dulu. Dia takkan melupakan kejadian di mana dia sangat begitu membenci ayahnya. Papa Gilang dan istrinya membawa Satria ke rumahnya.
"Hai aku Satria, kau kakakku Moreno, kan?"
Hell shit, Satria. Kenapa nasib begitu baik pada adiknya? Setelah Moreno begitu keji mencoba untuk membunuhnya, dia berhasil bangkit-sangat berhasil dengan Rolls Royce yang dimilikinya! Tapi terima kasih untuk itu. Pemilik Rolls Royce di Indonesia tidak banyak, dan sangat mudah melacaknya. Selain itu, Satria memilih tempat yang salah sebagai tempat persembunyian. Di seberang rumah Papa Gilang, rumah Abel dulu!
Amatir, amatir, amatir. Moreno mendekati wajahnya ke jendela hingga hidungnya nyaris menyentuh kaca besar itu. Dengan mata yang sejeli mata burung elang, dia dapat melihat mobil Rolls Royce hitam itu terparkir di restoran milik istrinya. Bukan tanpa alasan Moreno memilih tempat untuk istrinya bekerja. Dengan begini, dia dapat mengawasi serta menjaga istrinya. Sebagai suami dia seharusnya dapat menunjang karir Abel, atau setidaknya dia harus paham apa yang dikerjakan istrinya. Tapi toh dia tidak punya ketertarikan untuk berpanas-panasan di dapur sejak lulus kuliah. Dan Abel pun juga tak begitu paham dengan pekerjaannya sebagai direktur.
Moreno dapat melihat sosok Jonas turun dari mobil Rolls Royce. Sudah setua ini, mata Moreno belum kena minus atau plus. Dia dapat melihat dengan jelas Jonas masuk ke restoran istrinya.
Mengapa Abel tidak mengatakan apa-apa padanya tentang Jonas Murti itu? Apakah Abel terlalu naif untuk menyadari kehadiran pria asing yang tiba-tiba mendekatinya?
Oh, Abel.
Apa kau dapat merasakan sosok Satria dalam Jonas Murti, gerutu Moreno kesal. Aku tidak bisa marah padamu, tapi aku tidak senang kau tidak mengatakan segala sesuatu tentangmu padaku!
"Something interesting out there, buddy?"
Itu suara Eltor. Moreno hanya tertawa kecil. "Nothing. Some kind of rat is trying to tie my wife." Moreno membalikkan tubuhnya menghadap Eltor. "It's funny that I know him so damned well."
"Do I need to remind you that you're some kind of jerk who slept with...."
"Calm down," jawab Moreno. Dia duduk di kursi besar berlapis kulit asli yang telah menjadi kursinya di kantor itu. Bisa dibilang, kursi itu adalah kursi kerajaan. "I'm sorry about what your wife and I did behind your back. I assure you it's not gonna happen again."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketidaksetiaan Pak Direktur (COMPLETED)
Romance"Kamu tidak bahagia, aku tidak bahagia. Tidak akan ada gunanya membangun rumah tangga yang sudah bobrok." Moreno sudah tidak bisa ditawar lagi. Ia meninggalkan istrinya disertai bantingan pintu. Moreno mengira hidupnya akan bahagia setelah ia memb...