TIGA BELAS

2.8K 203 12
                                    

Jantungnya berdegup cepat ketika dia melihat mobil Lexus suaminya terparkir di garasi. Moreno sudah ada di rumah? Segera dia turun dari mobil, dan melihat suaminya duduk di ruang tamu menunggu kedatangannya. Moreno pasti marah sekali tidak menemukan istrinya di rumah.

"Abel...."

Moreno berdiri. Tatapannya begitu dingin. Jelas sekali menuntut penjelasan tanpa mengeluarkan pertanyaan. "Charles memberitahu ke mana kau pergi. Apakah kau menemukan jawaban dari kecurigaanmu?" Dari tempatnya berdiri Moreno melipat kedua lengannya di depan dada pria itu.

"Reno..." Hanya nama pria itu yang keluar dari mulutnya, sadar betul dia begitu tolol telah meragukan kesetiaan suaminya.

"Aku kira kita sudah sepakat untuk percaya satu sama lain, istriku," kata Moreno. "Tapi rupanya kau masih tidak percaya padaku. Tidak peduli aku telah berkorban banyak hal untukmu, dan kau masih pergi untuk mencari tahu apakah aku tidur dengan wanita lain atau tidak!"

"Maaf." Abel menunduk, menggigit bibirnya.

"Sekarang jawab aku kenapa kau melakukannya, Abel. Tindakan apa yang kulakukan hingga kau seperti ini?"

"Kita jarang sekali bertengkar dan..."

"Tatap aku!" bentak Moreno, menggelegar seluruh ruangan.

Tersentak Abel mendengar suara penuh amarah itu. Diangkatnya wajahnya. "Kita... Kita jarang bertengkar, Moreno, dan aku kira kau akan... Akan..."

"Akan berselingkuh darimu di saat kau menungguku di rumah?" Moreno berdecak kecewa. "Aku hanya pergi sebentar dan kau curiga padaku. Cerdas sekali istriku ini."

"Kau punya kapabilitas untuk melakukannya, Moreno. Banyak wanita yang bersedia tidur denganmu. Banyak wanita yang menginginkanmu, memberikan anak untukmu...."

"Dan hanya kau yang aku pilih! Kau, kau, kau! Hanya kau yang ingin kujadikan ibu dari anak-anakku!" kata Moreno putus asa. Dia tersenyum miris. "Tapi sekarang, kau malah menyerah. Apakah salahku jika aku berselingkuh?"

"Tidak!" jawab Abel frustrasi. Air matanya tak terbendung. "Jangan lakukan itu, Moreno. Aku akui aku sangat bodoh, pergi ke rumah yang kukira menjadi tempat perselingkuhanmu dengan wanita lain! Aku minta maaf, Moreno."

"Katakan itu takkan terulang lagi, Abel." Moreno mendekati istrinya, dan menarik istrinya ke dalam pelukannya dengan tarikan lembut. Dikecupnya rambut istrinya. "I'm sorry about what I said. I didn't really mean it, but the D word angered me so much." Moreno tak sanggup mengatakan kata 'divorce'. Dia memang kecewa pada istrinya, tapi bercerai adalah hal terakhir yang masuk ke kepalanya di saat dia kesal pada sang istri. "I love you."

Akan lebih baik jika Abel tidak memercayainya dan meninggalkannya. Tapi istrinya yang polos ini rupanya sangat percaya padanya. Seketika itu juga Abel memeluk Moreno sambil menangis, membasahi kemeja suaminya dengan air mata yang tak terbendung.

Moreno membelai kepala istrinya. "Maafkan aku, Abel, seharusnya aku mengerti mengapa kau curiga padaku." Kau pantas melakukannya. Kau istriku. Kau punya insting yang tidak dimiliki orang lain. Tanpa Charles memberitahu kau pasti sudah lama punya pikiran aku berselingkuh di kepalamu yang mungil ini. "Sikapku kemarin memang agak enggan, dan aku akui itu karena aku menyesali diriku. Maafkan aku, Bel."

Isakan Abel yang semakin mengencang membuat Moreno semakin ditusuk rasa bersalah. Dia ingin sekali memeluk istrinya sampai mematahkan tulang-tulangnya. Ingin sekali melakukan apa saja untuk menghibur hati istrinya.

"Can we just let it all go?" bisik Moreno lembut.

Abel mengangguk. Ya ampun, kenapa sih istrinya tidak galak sedikit? Moreno ingin sekali ditampar, dipukul, bahkan dibunuh untuk membuktikan betapa menyesalnya dia telah mengkhianati istrinya. Dia tak akan kembali lagi ke rumah mungil itu, janjinya pada diri sendiri dan Eltor.

Moreno beruntung kali itu Abel tidak menemukannya di rumah mungil. Hari ini Karina membuat kejutan padanya. Moreno tidak menyangka Karina akan membawanya ke rumah perempuan itu. Sial.

"Baiklah, Karina, kau membuat napsuku berkurang dengan mengulur-ulur waktu," kata Moreno kesal. "Ke mana kita akan pergi?"

"Ke rumahku."

"Baiklah itu takkan terwujud."

"Kalau begitu kau akan membiarkan sextape kita tersebar," jawab Karina santai. "Aku merekamnya in case aku hamil anakmu. Sebagai bukti, begitu."

"Kau mengancamku?"

"Hanya berjaga-jaga."

Yang tidak disangka-sangka Moreno adalah sepupunya ada di rumah. Eltor menyambutnya dengan hangat meski tidak ada senyum di wajahnya. Caranya bertutur kata begitu ramah hingga Moreno mengernyitkan dahinya penuh curiga.

Eltor mengajak Moreno main catur di halaman belakang rumahnya. "Akan lebih menyenangkan jika ada wine di antara kita," Eltor membuka pembicaraan. "Sayang sekali istriku melarangnya."

"Kenapa begitu?" Karina yang penurut di ranjang itu punya kuasa mengatur Eltor?

"Dia tahu kualitas spermaku akan berkurang jika terus minum minuman semacam itu. Istriku ingin sekali punya anak laki-laki."

"Untuk meneruskan perusahaan?"

"Tidak, kukira hanya untuk sekadar pride saja." Eltor-Karina sudah punya dua anak perempuan yang sudah beranjak dewasa. Membuat Moreno tak habis pikir kenapa masih menghendaki anak lagi di saat Moreno sendiri tidak punya satupun. "Meninggalkan istri dan anak-anakku bukanlah ide yang baik."

"Kau akan pergi?"

"Biasanya kepala keluarga kan yang mati duluan?" Eltor tersenyum masam. "Aku tidak berniat untuk menyindirmu, Moreno. Tapi menjadikan istriku sebagai simpanan hanya membuat dadaku sesak dan aku sudah mulai terkena kolestrol. Mudah bagiku untuk serangan jantung."

"Eltor....," desis Moreno, merasakan denyut jantungnya berdegup kencang. Kejutan sekali Eltor mengatakannya secara jelas dan terang-terangan begini. Semua orang tahu Moreno punya hubungan spesial dengan Karina dari jaman dulu-dan pasangan mereka masing-masing sudah seperti orang idiot saja membiarkan hal itu terjadi. Oh, tidak, dalam kasus keluarganya sendiri, Abel-lah yang terlalu polos. "Kau akan membunuhku, betul?"

"Seperti yang kau lakukan pada adikmu sendiri?" Nada suara Eltor begitu tenang sampai Moreno tidak merasa sebagai 'pembunuh'. "Seperti makan bangkai saja. Tidak ada gunanya selain merugikan diriku sendiri membunuh orang sepertimu."

"Tapi aku sudah mengkhianati persaudaraan kita."

"Itu pilihanmu. Bicara soal persaudaraan, kau tidak punya rasa persaudaraan pada siapapun, Moreno." Eltor menghentikan langkahnya di atas papan catur, menghela napas panjang dan menatap Moreno dalam-dalam. "Yang kau tahu adalah mendapatkan apa yang kau inginkan. Mendapatkan Abel sebagai istrimu, contohnya. Tapi kau tidak punya rasa tanggung jawab atas apa yang kau dapatkan."

"Katakan saja apa yang kau inginkan, Eltor. Aku tidak datang ke sini untuk dikuliahi olehmu." Moreno menenggak wine tanpa melepaskan pandangannya pada Eltor.

"Berhentilah mengganggu istriku kalau kau tidak ingin istrimu diganggu oleh orang lain."

"Nonsens! Istriku tidak ada kaitannya dengan ini semua dan kalau sampai kau berani menyakitinya, aku bersumpah..."

"Bukan aku yang menyakitinya," sanggah Eltor dingin. "Tapi kau sendiri yang membuat istrimu terluka. Sama sekali tak bisa dibayangkan olehku istrimu yang ramping itu harus menangisi suaminya yang tidak menghargainya!"

"Sama seperti dirimu? Karena kau tidak bisa menghangatkan ranjangmu dengan Karina?"

"Aku memang marah, tapi dia tetap ibu dari anak-anakku. Apakah kau tidak berpikir kenapa sampai sekarang kau belum punya anak, Moreno? Kemungkinannya bisa saja istrimu tak ingin melahirkan anak yang berdarah daging denganmu!"


** Semoga kalian suka cerita ini **


Author's note:

Jangan lupa vote dan comment! :)

Ketidaksetiaan Pak Direktur (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang