EMPAT PULUH

1.2K 80 5
                                    

Sebelum berangkat pada malam besarnya-malam di mana restorannya pertama kali dibuka, Abel menatap dirinya di depan kaca besar. Gaun panjang berwarna emas dengan bagian atas yang ditutupi renda tipis. Sangat terbuka dan menunjukkan setiap liuk bagian tubuhnya yang semakin sintal kian harinya. Moreno takkan suka jika dia berada di sini.

Atau mungkin sebaliknya. Abel tidak mau menyerah pada perkawinan ini. Dia sudah sering menyerah dalam hidupnya, dan jika kali ini dia gagal, dia tidak tahu lagi bagaimana akan melanjutkan hidupnya. Tanpa Moreno di sisinya.... Ya ampun, hidup dengan Moreno memang menyakitinya, tapi tanpa Moreno akan lebih buruk lagi.

"Splendid! You'll be the most beautiful woman at the party tonight!" seru Helen di ujung pintu. Dia sudah siap dengan gaun malam hitamnya. Abel tersenyum, bukan untuk pujian Helen, melainkan penampilan Helen yang sangat menakjubkan. Kulitnya semakin kencang dengan bobot tubuhnya yang semakin naik. Helen mendekati Abel. "Why? You're not happy?"

Abel memang sudah rapi dan tampil menawan dengan gaun serta make up yang dipoleskan di wajahnya. Dia sudah menutupi bola hitam di sekeliling matanya dengan eye-shadow tebal berwarna cokelat. Barangkali naluri sesama wanita, Helen dapat mengerti bahwa Abel tengah menutupi sesuatu. Sesuatu yang tidak baik, tentu saja.

"Hari ini hari ulang tahunnya, Helen," jelas Abel, mengulaikan tubuhnya di kursi meja rias. "Aku sudah siap memberitahunya mengenai kehamilanku. Tapi sepupumu itu malah ingin cerai karena ayahku yang memintanya."

Helen menghela napas dengan ekspresi iba melumuri wajahnya. Dia dapat membayangkan betapa murkanya ayah mertua Moreno ketika tahu dia telah mengkhianati anaknya. "Sama dengan yang dilakukan ayahku ketika aku menikah dengan Philip. Dia bukan lelaki favorit." Helen mengangkat bahu. "Tapi aku mencintainya. Yang menjadi masalah, apakah Mbak mencintai Moreno? Atau hanya sekadar untuk menepati sumpah setia saat menikah?"

Itulah yang menjadi titik permasalahannya selama ini. Tiga bulan. Ya, hanya tiga bulan pernikahannya ditangguhkan. Awalnya Abel mengira semuanya akan baik-baik saja, seolah Moreno tidak pernah mengkhianatinya dan Abel berjanji pada dirinya akan berubah, untuk membahagiakan suaminya. Alasan Moreno selingkuh tentu bukan salah Moreno sepenuhnya.

Kepesimisan itu muncul lagi. Suara-suara teman ibu mertuanya yang iba pada Moreno. Keluhan suaminya mengenai Abel yang tak pernah bisa bergaul dengan teman-temannya di kalangan sosialita. Gerutuan suaminya pada Abel yang tidak becus memberikan anak. Ditambah lagi dengan keputusan Moreno yang mencicipi kenikmatan lain dengan istri orang!

"Aku jelas tidak mau Mbak dan sepupuku berpisah." Helen menggeleng penuh harapan. "Dia memang brengsek, dan akan lebih brengsek lagi jika hidupnya tanpa Mbak."


***


Dia dan Helen tiba di restoran satu jam sebelum acara dimulai. Dipastikannya makanan-makanan terbaik buatan para chef sudah tersedia di setiap meja. Jelas ini bukan restoran biasa. Bukan seperti kedai kue yang dimiliki Abel di Prancis dulu yang sederhana. Ini restoran yang mewah dengan harga setiap makanannya begitu fantastis, tapi ada juga yang mudah dijangkau. Semua orang bisa makan di sini. Mata Abel memutar-mutar, mencari sosok Jonas yang belum ada di restorannya. Katanya dia mau menunggu, tapi dia belum ada? Jonas pasti tahu kan bahwa Abel datang lebih awal? Silly Abel, kenapa harus menanti pria yang bahkan sudah berdusta hampir selama dua puluh tahun?

Jujur saja Abel tidak marah jika Jonas benar Satria. Ya, kecewa tentu saja karena Kak Satria telah berbohong padanya, tapi entah kenapa setengah dirinya berterima kasih pada Tuhan bahwa Kak Satria belum meninggal! Sejak kematiannya yang palsu itu, Abel tak pernah bisa mengeluarkan Kak Satria dari alam bawah sadarnya. Dia tidak tahu solusi mimpi buruknya. Tidak, tidak semuanya mimpi buruk, terkadang mimpi itu indah bahkan nyaris nyata.

Ketidaksetiaan Pak Direktur (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang