DUA PULUH EMPAT

2.9K 214 9
                                    

Pertengkarannya dengan Moreno memang seharusnya datang, hanya tinggal menunggu waktu. Abel tahu bahwa suaminya akan mengkhianatinya, dan sudah dilakukannya, dan itu adalah jatah Abel untuk menghakimi suaminya. Dikhianati oleh suami dan istri sepupu suaminya sendiri sungguh melukai hati Abel.

Semalaman Abel berpikir apa yang salah dengan dirinya. Dia sudah melayani Moreno dengan baik. Tapi memang ada beberapa hal yang tak bisa dilakukannya. Dia tidak bisa bersanding dengan manusia yang hebat seperti Moreno, atau bergabung dengan keluarga Moreno yang lain, yang terpelajar, yang sukses. Dan itulah sebabnya mengapa Moreno memilih wanita lain seperti Karina yang berpengalaman. Mereka juga nyambung bicara karena Karina lulusan uni luar negeri juga.

Abel tidak bisa membiarkan Moreno hidup dengannya jika keduanya tidak bahagia. Dia turun dari tempat tidurnya, menemui Moreno di ruang kerjanya. Tampak sekali wajah Moreno yang kelelahan dan dahinya penuh kerutan. Moreno pasti tertekan. Tapi itu takkan lama lagi.

Abel tidak sanggup membangunkan Moreno yang tidur bersandar di kursi. Ini pertama kalinya Abel mengusir suaminya dari kamar, dan Moreno tampak menyedihkan sekali. Bagaimana bisa Abel sampai hati mengatakan niatnya untuk berpisah? Moreno sangat tampan dengan balutan kemeja yang kerahnya dibuka. Otot-otot lengannya bersembul dari kemejanya. Pria yang sangat sempurna ini, harus dia relakan untuk bebas. Dia tidak akan mengekang Moreno dalam kehidupan pernikahan yang tidak mereka kehendaki lagi.

Lima belas menit berdiri di sana, akhirnya Moreno terbangun.

"We need to talk."

"Go ahead."

Jujur saja Abel ingin sekali kembali ke kamarnya, mengulang waktu agar tidak mengatakan divorce di depan suaminya. Suaminya membahas mengenai perjanjian pranikah mereka sangat menyinggungnya, dan Abel sangat tahu dia tidak berhak marah setelah kebaikan yang telah Moreno berikan pada kakaknya, Charles. Abel tidak akan mendapatkan apa-apa dari perceraian ini, kecuali barang-barang yang sudah menjadi atas namanya, yang diberikan Moreno padanya. Moreno benar-benar keterlaluan! Apakah dikiranya Abel menikah dengan Moreno hanya sebatas karena harta saja?

Dan Moreno kembali pada topik masalah anak.

"See? Bukan aku yang bermasalah dengan rahimku."

Itulah penghinaan paling besar yang pernah dilemparkan Abel pada suaminya. Dan Abel sadar itu sungguh melukai hati Moreno, lebih dari sekadar jika Abel selingkuh dari suaminya. Ketidakmampuan laki-laki untuk memperoleh anak sungguh memalukan, bukan? Dan itu bukan pilihan Moreno, bukan pilihan mereka! Itu hanya takdir buruk yang menimpa Moreno.

Dan melihat Moreno begitu kaku, dengan air mata yang tertahan, Abel tak sanggup melihatnya. Dia memejamkan matanya, menyesali apa yang telah dikatakannya. Seharusnya sebagai istri dia tidak boleh menjatuhkan suaminya seperti ini, tidak peduli dengan apa yang telah dilakukan Moreno. Abel hendak membuka matanya, memeluk suaminya, dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja. Bahwa Moreno punya kesempatan karena dia mengandung bayi Moreno. Dia akan meminta waktu pada suaminya untuk memikirkan apa yang bisa lakukan untuk memperbaiki hubungan mereka.

Namun dia tidak sempat melakukannya.

Moreno menyatakan dengan tegas bahwa pengacaranya akan menghubungi pengacara Abel. Sudah bisa ditebak Moreno tidak mau bertemu lagi dengan Abel karena itu dia meminta pengacaranya untuk menemui Abel.

Abel kembali ke kamar. Sakit yang mendera kepalanya sudah hilang. Dia duduk di tempat tidur, mengeluarkan seluruh tenaganya untuk menangis. Tak pernah dibayangkannya untuk berpisah dengan suaminya dengan cara seperti ini. Di saat seperti ini yang bisa dia lakukan adalah mengais kenangan-kenangannya bersama Moreno.

Moreno menolongnya saat tawuran sekolah dulu. Lelaki itu sempat sengaja menerjunkan dirinya untuk ditusuk asalkan Abel tidak terluka. Moreno selalu mengeluarkan kata-kata kasar yang tujuannya untuk menutupi perasaan yang sebenarnya terhadap Abel. Dan pertama kali Abel melihat tubuh Moreno, melihat luka-luka di sekujur tubuh itu, Abel tahu Moreno tidak sekuat itu.

Banyak sekali kenangan-kenangan indah yang dia lalui bersama Moreno. Suaminya selalu menghujaninya dengan kata-kata manis. Sentuhannya takkan pernah dilupakan oleh Abel. Dan sampailah Abel ingat pada momen di mana Moreno melamarnya.

"Aku sudah berdamai dengan kakekku. Aku hanya tidak bisa kembali kepada mereka, sebelum aku melakukan apa yang Kakek inginkan."

"Apa itu?"

Moreno menundukkan kepalanya untuk berbisik di telinga Abel. "Menikahlah denganku, Asha Bella."

Abel hanya tidak mengira lamaran yang begitu sederhana dan indah itu hanya sebatas pada pernikahan yang berumur lima setengah tahun. Dia bangkit dari duduknya, menghampiri brankas, mengambil apa saja yang menjadi miliknya; ijazah dan surat perjanjian pranikah. Dia sadar, rumah ini bukanlah rumahnya. Rumah ini hadiah dari Kakek Sasmito dengan atas nama Moreno.

Dia menghela napas sebelum mengepak barang-barangnya. Ini bukan salahnya. Perceraian ini... Persetujuan Moreno atas perceraian yang diajukannya... Murni salah suaminya. Dan itulah masalahnya. Suaminya jelas salah, dan Abel merasa bersalah atas penyesalan yang dirasakan Moreno sekarang.

Sungguh mati dia tidak mau suaminya berselingkuh. Meraup kenikmatan dari perempuan lain, atau sebaliknya. Sungguh mati pula dia tidak mau Moreno tahu bahwa penyebab kegagalan mereka untuk memiliki anak adalah kesalahan Moreno. Itu bagian dari takdir, yang seharusnya bisa dijalankan mereka bersama-sama.

I'll have my lawyer call yours.

Moreno tidak panjang-lebar lagi menyetujui perceraian ini. Habis perkara. Tidak ada jalan maupun perjuangan yang mereka bisa lakukan untuk mempertahankan pernikahan yang menyedihkan ini. 

Ketidaksetiaan Pak Direktur (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang