TIGA

3.9K 245 13
                                    

Jantung Moreno berjengit melihat balon-balon serta spanduk bertulis 'HAPPY ANNIVERSARY' di tengah ruang santai rumahnya. Di sisi sampingnya banyak rangkaian bunga mawar putih-bunga favoritnya bersama sang istri karena keduanya memiliki alergi terhadap berbagai macam bunga kecuali mawar-tertata rapi. Moreno tersenyum miris. Dia sama sekali tidak mengingat hari jadinya yang seharusnya... kemarin. Sial. Dia tidak memiliki kado untuk hari jadi mereka, tapi kado untuk tujuan yang lain yang sudah dipersiapkan dari jauh-jauh hari.

Perutnya seakan dipilin rasa malu. Bagaimana bisa dia melupakan hari jadi mereka? Di mana dia kemarin? Oh ya, beradu keringat bersama Karina di rumah 'rahasianya'. Istrinya pasti akan mencekiknya kalau tahu dia punya main bersama istri sepupunya. Mungkin juga tidak. Karena sejauh yang dia ingat, Abel tak pernah menyakitinya secara fisik meski Moreno pernah mengakui sesuatu yang fatal padanya.

"Kalau begitu...." Abel ragu-ragu bertanya, "Kau tahu apa yang menyebabkan Kak Satria...."

"Akulah penyebabnya," tukas Moreno dengan suara tertekan. "Aku yang membunuhnya, Abel."

Abel merasakan sesuatu yang keras hendak keluar dari tenggorokannya. "Bagaimana bisa kau melakukannya? Bukankah Kak Satria...adalah adikmu?"

"Ya, dan dialah yang merebut ayahku, dan dia pulalah yang kau pilih."

"Seharusnya kau katakan ini sejak dulu, Moreno." Sialan-mengapa Abel bisa sebodoh ini? Memercayai seseorang yang telah membunuh Kak Satria-nya? Tidak tahukah Moreno, dia telah membuat Abel menghabiskan waktunya sepuluh tahun terakhir untuk menahan tangisnya karena kepergian Satria?

Kesedihan yang tak tertahankan muncul di hati Abel. Dibohongi, dikhianati, dan.... seseorang yang ada di depannya adalah pembunuh Kak Satria! Pembunuh orang yang dia cintai di masa remaja. Abel tidak merasa marah. Dia hanya mual. Ya, mual. Pengakuan Moreno membuatnya pusing.

"Aku masih tidak mengerti mengapa kau melakukannya, Moreno." Isakan Abel semakin keras. "Kak Satria orang yang baik. Bukan keinginannya untuk menjadi adik tirimu, kan?"

"Sudahlah, Abel, jangan naif. Aku ini hanya lelaki biasa, yang hanya mencintaimu, dan tidak tahu bagaimana caranya bertindak. Aku benci caramu mengatakan dia orang yang baik. Kalau dia baik, dia akan menurut padaku untuk mengalah. Tapi kenyataannya, dia telah memilih jalannya sendiri."

Moreno tahu, sangat tahu, itu ucapan paling kasar dan tidak pantas. Namun kemuakan dalam hatinya tak bisa ditahan lagi. Dia memang mencintai perempuan itu, dan tidak bisakah Abel mengerti posisinya saat itu?

"Aku selalu percaya padamu, Moreno," kata Abel, mengatur napasnya yang tak tentu. "Mengapa kau melakukan ini semua? Jangan katakan padaku kau membunuhnya hanya karena mencintaiku."

"Aku tidak peduli dia dan ibunya telah merebut ayahku. Bagiku, ayahku memang sudah lama mati. Tapi aku tidak terima jika dia harus mengambilmu juga, Bel."

"Kalau hanya menginginkan aku, kau tidak perlu membunuhnya." Kini Abel menatapnya.

Moreno bersumpah, itu tatapan yang paling menyakitkan yang pernah dia lihat. Abel sangat marah, tapi perempuan itu tidak melakukan apapun selain menangis. Ya Allah, dia telah membuat perempuan itu kecewa!

"Kau tahu, Moreno, satu hari sebelum aku meninggalkan Bangsa Perdana, teman-temanku mencibirku, menganggap akulah pembunuh Kak Satria. Sepuluh tahun aku habiskan untuk menyangkal, bukan aku yang membunuhnya. Dan sekarang..... Apa yang kau harapkan setelah pengakuanmu, Reno?"

Ketidaksetiaan Pak Direktur (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang