Mama Epo~

4.7K 608 39
                                    

Sepasang mata sipit Hanbin berkedip menatap langit-langit ruangan dengan gamang. Dia mengambil napas dalam lalu membuangnya gusar, membolak-balikkan badan di ubin lantai.

"Bosaaaaaaaaaaannn~" pemuda itu mengesah sangat panjang.

"Bocaaan~" di sebelahnya Junhoe menirukan seraya berbaring miring dengan tangan memainkan miniatur bus Tayo.

"Junie-ya," panggil Hanbin membuat anaknya menoleh.

"Haruskah kita menyusul Mama?"

Kedua mata Junhoe bersinar. "Ne." Dia menjawab sederhana.

"Ne?" Ulang Hanbin.

"NE!" Junhoe menegaskan.

"Oke, kajja!"

"Aja (kajja)!"

Bersamaan dua orang yang sedang ditugasi menjaga rumah selagi Jinhwan keluar untuk mengajar di bimbel itu bangkit dari lantai dan bersiap-siap. Hanbin tahu istrinya paling tidak suka orang yang menyeleweng dari tugas dan kalau sampai Jinhwan memergoki mereka meninggalkan rumah kemungkinan wanita tersebut akan marah, cuma yaaa ... pikir saja itu nanti, hehe
.
.
.
Usai memastikan pintu terkunci, Hanbin menggandeng tangan Junhoe berjalan menuju lift.

"Kita mau kemana, Junie?" Tanya Hanbin.

"Mama!" Jawab anak balitanya riang.

"Oh ya, kau sudah hafal yang kemarin Papa bilang padamu?"

"Papa biyang apa?" Balas Junhoe heran, memegang kaki panjang ayahnya saat mereka sudah berdiri di dalam lift.

"Yang 'saranghamnida' itu."

"Cayanamida~" tiru Junhoe.

"Pintar!" Hanbin mengusek rambut hitam anaknya bangga. "Kalau ada Noona cantik, apa yang harus kau katakan?"

"Nuna cayanghe~" dengan polos Junhoe menjawab.

"Terus?"

"Aiciteyu~"

"Setelah itu?"

"Cayanamida~"

"Duuh, anak Papa pinternya!" Hanbin mengangkat Junhoe ke gendongan. "Nah sekarang, kalau ada Noona cantik kau juga harus mengatakan 'Noona yeppeo~'. Coba bilang. 'Noona yeppeo'."

"Nuna epo," Junhoe mengulang dengan cepat.

"Bagus," Hanbin mencium gemas pipi gembul balitanya. "Coba lagi. 'Noona yeppeo'."

"Nuna epo."

"Lagi. 'Noona yeppeo~'."

"Nuna epooo~"

"Ah kyeowo~ Junie kyeowo~" puji Hanbin sambil memencet tombol pintu lift terbuka begitu mereka sudah sampai di lantai dasar gedung apartemen.

"Noona yeppeo, saranghamnida~" ucap sang ayah.

"Nuna epo, cayanamida~" dan ditirukan sempurna oleh bayinya.

Berdua mereka mengoceh bersama sambil berjalan melewati trotoar ke halte bus.
.
.
.
"Guru, benarkah anda sudah punya pacar?" Seorang siswa mendadak mengangkat tangan dan bertanya membuat Jinhwan yang sedang menjelaskan menghentikan ucapannya sejenak.

"Ne?" Wanita mungil tersebut menyahut heran.

"Cincin yang anda pakai itu cincin couple 'kan? Benarkah anda sudah punya pacar?" Pemuda yang baru kelas 1 SMA tersebut mengulang pertanyaannya.

Jinhwan tersenyum. "Aku tidak punya pacar."

"Benarkah!? Bahkan orang seimut anda belum punya pacar!?" Beberapa gadis menyahut kaget. Jinhwan mengangguk.

"Daebak! Kalau anda saja belum punya pacar, bagaimana dengan kami yang mukanya pas-pasan ini." Seketika para gadis itu panik. Sedangkan di kelompok laki-laki beberapa orang pemuda nampak berseri-seri wajahnya mendengar jawaban sang guru privat.

"Jangan pernah punya pikiran untuk berkencan denganku. Kalian tidak akan mampu menghadapiku," Jinhwan memberi peringatan.

"Yang lebih menantang akan membuat lebih semangat dan bergairah, Guru!" Seorang siswa berseru membelalakan mata kecil Jinhwan.

"Heh, anak-anak tidak boleh bicara begitu," tunjuknya dengan spidol namun senyum tetap menggantung di bibir tipis mengundang candaan demi candaan yang makin menghidupkan suasana belajar sore.
.
.
.
Jinhwan memang tidak punya pacar dan dia tidak pernah berbohong soal itu. Karena yang dia miliki adalahㅡ

"MAMA!"

Di gang tak jauh dari halte bus nampak Junhoe sedang dibekap mulutnya oleh Hanbin yang kemudian nyengir kuda.

ㅡseorang suami dan anak laki-laki.

Jinhwan menghela napas kasar. Dengan langkah cepat dia menghampiri kedua orang tersebut lalu menarik mereka masuk bus sebelum ada muridnya yang melihat.

"Kenapa kau datang kemari?" Sebuah cubitan mendarat di lengan Hanbin.

"Aku bosan di rumah. Junie juga," jawab Hanbin sambil meringis kesakitan.

"Cuni juja! Cuni juja! Bocan!" Junhoe menyahut dari dekat kaki ayahnya. Jinhwan merunduk untuk mengangkat anaknya ke gendongan. Dia berjalan mencari tempat duduk, Hanbin mengekor di belakang. Berdua mereka duduk bersisian.

"Kalau sampai ada orang yang melihatmu bagaimana?" Gadis itu masih memarahi suaminya.

"Tempat ini selisih lima halte dari kampusku dan rumah kita. Tidak ada yang mengenalku di sini," ujar Hanbin.

Jinhwan hanya mendengus.

"Mama epo~" celetuk Junhoe tiba-tiba mengundang kernyitan alis ibunya. Jinhwan memandang Hanbin dengan tajam sementara yang ditatap malah menyibukkan diri mengusap-usap kursi bus.

"Kau ajari dia apalagi?" Tanya Jinhwan menusuk. Hanbin tidak menjawab, cuma balik menatap istrinya dengan mata memelas minta dikasihani.

"Mama epo~ cayanamida~" Junhoe memegang kedua pipi Jinhwan lalu memajukan mulut untuk mencium ibunya. "Muah~"

Jinhwan hendak marah tapi tak bisa. Melihat wajah lucu Junhoe dia jadi kehilangan seluruh emosinya.

"Mama yeppeo~" di sisi lain, demi menghindari amukan lebih dahsyat Hanbin ikut-ikutan memegang wajah istrinya membuat Jinhwan melotot horor.

"Saranghamnida~ mumumu~" pemuda tersebut memajukan kepala hendak memberi kecupan namun lebih dulu telapak tangan Jinhwan mendorong mukanya sampai hampir berputar 180 derajat ke belakang.

"Ehehehe~" Junhoe yang berada di tengah-tengah mereka hanya tergelak riang dengan polosnya.
.
.
.
Jijik, Bin😂

Maaf banget yang update cerita ini terus. Soalnya pendek dan idenya simpel. Mirip2 sama prompt gitu. So, yeah...

Young Daddy #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang