Brak!
Jinhwan yang sedang menutupkan selimut pada Junhoe yang tertidur di kursi belakang terlonjak oleh mobil yang mendadak bergoyang diikuti suara keras pintunya dibanting.
"Hiks..." Junhoe yang ikut terbangun kaget mulai menangis membuat ibunya segera melepas sabuk balita tersebut dan membawa dia ke pelukan.
"Ada apa?" Tanya Jinhwan pada Hanbin yang barusan masuk menghempaskan badan ke kursi depan dan langsung membanting pintu rapat-rapat.
Hanbin tak menjawab. Nampak dari belakang napasnya memburu dengan mata mengarah lurus ke depan.
"Bin-ah...?" Tegur Jinhwan, masih menimang dan mengusap lembut punggung Junhoe yang mulai berhenti tersedu. Kembali tidur.
Hanbin seolah tersadar dari lamunan dan menoleh ke belakang menatap gamang istrinya.
"Ada apa?" Dia bertanya.
"Aniya. Kau yang ada apa?" Balas Jinhwan.
"Oh--" Hanbin masih termangu bagai orang dungu. "Tak ada apa-apa. Ayo pulang," ajaknya kemudian.
Jinhwan mengangguk, "Eum."
.
.
Sesampainya di rumah Hanbin masih bersikap aneh. Dia nampak melamun, bengong, spacing out, mirip orang yang sedang memikirkan sesuatu hal berat. Membuat Jinhwan tak tahan untuk tidak bertanya padanya."Kau itu kenapa?" Tanya Jinhwan mengagetkan pria lebih muda yang sedang menatap TV namun tak nampak menikmati siaran televisi.
"Kenapa apanya?" Balas Hanbin heran.
"Daritadi aku perhatikan kau melamun terus. Apa yang kau pikirkan?"
Hanbin tak menjawab, cuma mengalihkan pandangan dari wajah istrinya yang makin mengerutkan kening, menyadari ada sesuatu salah sedang terjadi pada pemuda tersebut.
"Bin-ah, cerita padaku. Apa yang terjadi? Apa masalahmu?" Desak Jinhwan.
"Tidak ada. Aku tidak kenapa-napa," sangkal Hanbin.
"Jangan coba berbohong padaku. Kau pikir berapa lama aku mengenalmu." Jinhwan masih memaksa.
"Sudahlah, jangan pedulikan aku. Kau bersama Junhoe saja." Hanbin bersikeras.
"Kalau kau tidak memberitahuku sekarang, aku tak akan pernah bertanya lagi," ancam Jinhwan. "Dan aku tak akan sudi membantu apapun masalahmu nanti."
Hanbin tidak menjawab.
"Oke, kalau itu maumu." Jinhwan berdiri.
"Jinan-ah." Belum ada sedetik dan Hanbin sudah menghentikan gerakan istrinya. Wajah pemuda tersebut mendongak dengan mata menatap melas minta bantuan.
Jinhwan kembali duduk di sofa. "Ada apa? Apa yang terjadi?"
Hanbin nampak ragu untuk mengutarakan isi hatinya. Dia menelan ludah sejenak.
"Bisakah aku pindah kampus?"
Kedua mata Jinhwan melotot lebar. "WAE!? Kau baru mulai kuliah di situ, kenapa sudah minta pindah!?"
Hanbin menghela napas. Persis seperti perkiraannya jika Jinhwan pasti akan marah.
"Kenapa? Ada apa? Kenapa kau tiba-tiba ingin pindah?" Kejar Jinhwan.
"Sebenarnya..." Hanbin menggaruk kepala yang tidak gatal. "Tadi siang di kampus ada yang mengenali aku dan tahu soal dirimu dan Junhoe."
Jinhwan terdiam.
"Aku tidak kenal siapa dia. Tapi dia kelihatan seperti mengenalku. Aku panik dan--" Hanbin tak bisa melanjutkan kalimatnya.
"Dan kau ingin pindah?" Desis Jinhwan. Bohong jika dia tidak merasa sesak di dalam dada saat menghadapi kenyataan suaminya sendiri tak ingin ada orang lain tahu tentang keberadaan istri serta anaknya. Namun di sisi lain, ketika melihat Hanbin yang masih terlalu muda begitu putus asa dan tak tahu harus melakukan apa, Jinhwan sebagai orang yang lebih tua jadi merasa iba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Daddy #1
FanfictionBinHwan (Hanbin X Jinhwan) BNior (JB/Jaebum X Jinyoung) iKon GOT7 GS Kisah sederhana (yang berharap akan sedikit bermakna #eak) tentang Hanbin, remaja 20 tahun yang menginginkan kehidupan normal seperti anak muda seusianya, tapi keberadaan balita du...