Jinhwan masuk ke dapur dan menemukan Hanbin sedang berdiri menghadap counter, sebuah pisau ada di tangannya.
"Kau sedang apa?" Tanya Jinhwan membuka lemari es untuk mengambil sebotol air dingin.
"Membuat omelette," jawab Hanbin singkat, mencoba menggunakan pisau yang ia pegang untuk mengiris bawang putih. Perlu diketahui, skill memasak Hanbin bisa dibilang berada di garis standar ke bawah. Malah baiknya jangan pernah biarkan dia melakukan pekerjaan dapur sendirian jika tak mau jatuh korban. Entah panci penyok, penggorengan terbakar, piring pecah, atau bahkan jarinya yang teriris.
Selesai minum, Jinhwan memasukkan botol air kembali ke kulkas dan menempatkan diri di sebelah suaminya yang masih fokus mengiris bawang dengan hati-hati. Bisa dibilang Hanbin membutuhkan hampir 2 detik untuk melakukan satu gerakan mengiris dan baru sebentar Jinhwan memperhatikannya gadis itu sudah gregetan sebab suaminya sangat lamban padahal cuma mencincang bawang.
"Sini, biar aku saja." Pada akhirnya Jinhwan menawarkan bantuan.
"Aniya! Aku mau melakukannya sendiri!" Tolak Hanbin, menjauhkan pisau dari jangkauan tangan Jinhwan. "Aku mau belajar membuat sesuatu biar kalau kau tidak di rumah, Junhoe tetap bisa makan nasi dan tak cuma dikasih biskuit. Setidaknya aku harus bisa memasak makanan yang gampang untuknya."
Jinhwan menatap Hanbin, mengulum senyum kecil.
"Akan lebih cepat bila kau menghancurkan bawangnya daripada mengiris seperti itu. Aroma bawang juga akan lebih tercium jika dihancurkan," ujar Jinhwan.
Hanbin memandang istrinya. "Benarkah? Bagaimana caranya? Apa aku perlu menggunakan penumbuk sambal?"
"Pakai pisau saja. Ambil pisau yang agak besar." Jinhwan menunjuk deretan pisau bermacam bentuk yang dipajang di sisi paling dalam konter. Hanbin mengambil pisau lebar yang biasa digunakan untuk mengiris daging.
"Tidurkan pisaunya menindih bawang lalu tekan bagian atas menggunakan tanganmu. Setelah bawang hancur, kau tinggal mencacahnya lagi dengan acak supaya lebih lembut."
Hanbin mengikuti instruksi Jinhwan. Dia menekan bawang dengan sisi lebar pisau. Menggunakan kekuatannya sebagai laki-laki tentu menghancurkan bawang dalam sekali tekan bukanlah hal yang susah.
"Lebih cepat daripada mengirisnya 'kan?" Tanya Jinhwan dibalas anggukan Hanbin yang tersenyum senang.
"Untuk membuat omelette berapa telur yang dipakai?" Tanya Hanbin.
"Dua. Kalau kau ingin omelette-nya lebih tebal, pakai tiga. Atau bisa juga menambahkan tepung," jawab Jinhwan.
"Tepung?"
"Eum, tepung wajar dicampurkan di adonan telur goreng. Cuma di beberapa kasus hal itu akan menciptakan sedikit rasa pahit nanti."
"Aku tak mau ada rasa pahitnya. Junhoe sangat kritis soal makanan, kalau tidak enak sedikit saja dia tak mau makan," ujar Hanbin.
"Ne, seperti kau," desis Jinhwan. "Kalau begitu tak usah pakai tepung. Tambah saja telurnya. Kau bisa menggoreng dan membaliknya di teflon 'kan?"
Hanbin menatap istrinya. Senyuman lebar menggantung di bibir pemuda tersebut mengisyaratkan sebuah jawaban 'Tidak'. Jinhwan menghela napas panjang.
"Aku yang akan menggorengnya nanti, kau perhatikan dulu caranya," ujar si gadis mungil menuai 'yeay~' dari sang suami.
"Pakai daun bawang tidak?" Tanya Hanbin.
"Pakai dong--" Jinhwan buru-buru mengoreksi kalimatnya. "Eh tapi Junhoe sensitif pada warna hijau di makanannya, dia pasti mengira itu sayuran dan tidak jadi makan."
"Jadi tidak usah?" Tanya Hanbin lagi.
"Kalau tidak pakai daun bawang nanti kurang mantap," desis Jinhwan.
"Kau bilang Junhoe tak mau ada sayurannya," ujar Hanbin.
"Daun bawang 'kan bukan sayuran." Jinhwan mulai ngotot.
"Warnanya hijau," balas Hanbin.
"Iya sih..." Sang istri cepat-cepat melanjutkan. "Tapi lebih enak kalau ada daun bawangnya!"
"Yang makan ini Junhoe, bukan kau."
"Hmph :( " Jinhwan cemberut, membentuk kerucut dengan bibirnya yang tipis dan itu terlihat sangat lucu. Membuat Hanbin tanpa sadar melepaskan pisau di tangan dan ganti meraih wajah istrinya.
"Mau apa kau?" Tanya Jinhwan terkejut mendadak Hanbin memegang mukanya.
"Cemberut lagi dong. Yang barusan kelihatan kyeowo," pinta Hanbin.
"Aniya! Apa maksudmu?" Jinhwan meronta namun Hanbin keukeuh tak mau melepaskannya kali ini.
"Jinjja barusan itu kau lucu sekali, Baby! Cemberut lagi. Ku mohon." Hanbin menegaskan.
"Aniya~ lepaskan aku!" Jinhwan menolak tapi malah terlihat seperti merajuk dan Hanbin tertawa sebab merasa tingkah istrinya bertambah menggemaskan. Pemuda itu melepas wajah Jinhwan lalu balik memeluk pinggangnya dan mengangkat tubuh mungil tersebut ke atas meja.
"Yah, apa yang kau lakukan!" Jinhwan melotot. "Kalau Junhoe lihat bagaimana?"
"Sst--" Hanbin menyilangkan telunjuk di depan bibir mengisyaratkan untuk diam-diam saja lantas memajukan kepala dan mendapatkan bibir Jinhwan ke dalam ciuman.
Jinhwan terkekeh dalam pagutan, memukul pelan pundak suaminya yang ikut menahan tawa.
"Jangan berisik nanti Junhoe dengar," bisik Hanbin sembari mendorong badan istrinya untuk berbaring di meja dan melanjutkan kecupan mereka.
.
.
.
Jangan bilang Junie, nanti dia minta kecup juga mumumu~😙
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Daddy #1
FanfictionBinHwan (Hanbin X Jinhwan) BNior (JB/Jaebum X Jinyoung) iKon GOT7 GS Kisah sederhana (yang berharap akan sedikit bermakna #eak) tentang Hanbin, remaja 20 tahun yang menginginkan kehidupan normal seperti anak muda seusianya, tapi keberadaan balita du...