Perubahan

1.6K 309 62
                                    

[Time skip]

Jinhwan sedang duduk di sofa dan asyik menonton siaran televisi ketika mendadak Junhoe menjatuhkan diri di sebelahnya, berbaring meletakkan kepala di pangkuan sang ibu sementara kedua tangan memegang ponsel tengah bermain game.

"Kau tidak belajar?" Tanya Jinhwan sembari menyentuhkan jemari lentik pada rambut hitam anaknya, menyisiri surai lebat tersebut.

"Tidak ada PR," jawab Junhoe, fokus pada permainan game online yang ia gemari.

"Apa belajar cuma dilakukan waktu ada PR?" Jinhwan mengerutkan kening.

"Ne," Junhoe mengangguk, memiringkan badan tanpa melepaskan perhatian dari layar ponsel.

"Ck. Kau itu." Sang ibu berdecak gemas, menyentil pelan telinga putranya meski kemudian mengusapnya lembut. Seolah menyesal sudah menyentilnya barusan.

"Mama, Papa mana?" Giliran Junhoe bertanya.

"Di studio. Ada jacket photoshoot idol yang harus ia lakukan. Kau tidak dipamiti?" Ujar Jinhwan.

"Idol?" Kepala Junhoe menoleh cepat, sepasang mata tajam memandang milik Jinhwan dengan heran. "Idol siapa?"

"Boysband. Siapa namanya tadi? Mama lupa."

"Ah, boysband..." Junhoe nampak kecewa, kembali ke posisi awal untuk melanjutkan game. "Aku kira girlsband."

"Kalau girlsband kenapa? Kau mau menyusul?" Tuduh Jinhwan.

"Tentu saja!" Junhoe menjawab tanpa ragu, langsung kembali dapat sentilan di kupingnya.

"Kau itu sama saja seperti Papamu," ketus sang mama kesal.

"Wajar, Mama. At least I'm straight like that." Junhoe membela diri.

"Alasan saja!" Jinhwan menarik sebelah pipi anaknya kali ini hingga Junhoe mengaduh.

"Apa ini? Pipimu berdaging? Kyeowo~" Jinhwan keterusan memainkan pipi pemuda yang mencoba tetap fokus pada permainan game-nya dengan wajah dipencet, ditarik, dan ditusuk-tusuk.

"Berat badanmu naik?" Tanya Jinhwan.

"Tinggiku juga. Kemarin diukur waktu praktek biologi tinggiku tambah 2 cm," jawab Junhoe masih membiarkan ibunya memainkan wajahnya bagai kue mochi.

"Wah~ kau sudah besar," desis Jinhwan.

"Junie sudah sejak lama besar, Mama. Mama saja yang menganggap Junie seperti anak kecil." Junhoe mendadak cemberut.

"Kau 'kan memang bayi kecil Mama~ uri Cunie-ya~" dengan gemas Jinhwan mencubiti pipi Junhoe.

"Hentikan~ stop dulu stop! Boss-nya keluar!" Junhoe menepis tangan Jinhwan, berbalik terlentang dan mengerutkan kening terlampau fokus pada ponsel, memunculkan seulas senyum tipis di wajah ibunya. Dengan sayang wanita itu mengusap kepala Junhoe, merapikan rambut poninya.

"Dulu kau itu lucu sekali." Jinhwan menggumam.

"Mulai deh mulai," ujar Junhoe. "Dulu kau imut-imut, sekarang amit-amit." Ia menirukan kalimat yang sering dikatakan oleh Hanbin.

"Aniya, jangan dengarkan ucapan Papamu." Jinhwan menepuk pelan perut anaknya.

"Dulu pipimu itu chubby, bulat seperti bakpao. Hidungmu kecil, tertutup sama pipi. Tapi sekarang hidungmu bisa tumbuh maju, rasanya seperti keajaiban. Mama pikir kau akan jadi pesek selamanya."

"Aniya~ kenapa Mama berpikir begitu?" Protes Junhoe. "Mama tidak suka anaknya jadi ganteng?"

"Ganteng? Kenapa pedemu selangit seperti Papamu?" Jinhwan gemas.

Young Daddy #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang