"Mama, ciyoo~" Junhoe merengek di gendongan Jinhwan. Kedua kakinya menjejak-jejak ke udara membuat sang ibu kerepotan memegangi dia.
"Wae? Shireo kenapa?" tanya Jinhwan seraya masuk ke dalam lift yang sudah terbuka.
"Cuni ini ciyo (Junie begini shireo/Junie tidak mau begini)~" Junhoe kembali menjejakkan kaki mungilnya.
"Kenapa kau tidak mau begini?" Jinhwan memencet tombol parkiran basement.
"Cuni pica cayan. Cuni mau cayan," jawab Junhoe.
"Kau mau jalan? Jalan kemana?" tanya sang ibu lagi.
"Cayan cana. Cayan cini." Tangan mungil Junhoe menunjuk-nunjuk. "Cuni mau cayan-cayan. Ayi-ayi. Cuni picaaa~" dia kembali merengek.
"Ne, nanti kau bisa jalan-jalan dan lari-lari. Tapi nanti, ne? Sekarang kau digendong Mama dulu," ujar Jinhwan.
"Ani~ cayan, Cuni mau cayan. Cayan. Cayan. Cayan." Junhoe menggelengkan kepala sambil meronta di gendongan ibunya. Terus menggerakkan kaki, tangan, badan, membuat Jinhwan gregetan.
"Lihat itu angkanya bersinar. Lihat!" Jinhwan mencoba mengalihkan perhatian anaknya pada tombol lift yang bercahaya bergantian di setiap lantai. Junhoe menoleh.
"Lihat, mereka bersinar bergantian," tunjuk Jinhwan. "Yeppeuda~ neomu yeppeu~"
"Huh?" mata Junhoe berkedip. "Apa itu, Mama?" balita tersebut masuk jebakan ibunya.
"Tombol lift," jawab Jinhwan.
"Ombon ip?" ulang Junhoe. "Ombon ip apa? Itu apa, Mama? Itu?" dia masih menunjuk-nunjuk.
"Tom-bol lift." Jinhwan tidak mengubah jawabannya. "Mereka akan menyala di setiap lantai."
"Yaya (nyala)? Ombon ip yaya?" Junhoe menelengkan kepala. "Cuni mau." Ia mengulurkan tangan mencoba untuk menekan salah satu tombol. Jinhwan yang paham segera mendekatkan jari anaknya pada jejeran tombol lift.
"Anniyo~" namun tepat ketika jari mungil tersebut hendak menyentuh tombol, dia langsung memundurkan gendongan membuah badan Junhoe menjauh. Buah hatinya tergelak.
"Coba tekan." Jinhwan kembali mendekatkan Junhoe pada tombol lift.
"Andwe~" tapi sekali lagi, begitu balita tersebut hampir menyentuh tombol, ibunya membawa badannya menjauh.
"Kyaaa!" Junhoe menjerit senang. "Agi agi agi!" dia masih mengulurkan tangan, dituruti oleh Jinhwan yang mendekatkannya kembali ke tombol lift.
"Omo~" gadis itu tak bosan menggoda anaknya sampai Junhoe tergelak riang.
"Mama, agi! Ombon ip agi!" pinta Junhoe.
"Siap ya?" ujar Jinhwan.
"Ne!" angguk si balita bersemangat.
"Tombol Lift, Junie datang~"
Ting. Tepat ketika Junhoe akan menekan tombol, pintu lift ternyata sudah terbuka.
"Yaaah, sudah terbuka." Nada suara Jinhwan terdengar kecewa. Sepasang mata Junhoe ikut menatap pintu dengan sedih.
"Nanti lagi ya, kita keluar dulu," ujar Jinhwan.
"Aniii~ ombon ip, ombon ip!" Junhoe menolak, tetap mengulurkan tangan ke dalam lift meskipun Jinhwan sudah melangkah keluar.
"Nanti lagi, ne?" bujuk sang ibu.
"Ani ani ani~" Junhoe menggelengkan kepala.
"Oke, satu kali saja." Jinhwan menahan pintu lift yang akan menutup dengan telapak tangan.
"Yeay~" Junhoe bersorak. Ia menekan salah satu tombol lift hingga angkanya bersinar.
"Hoo~" bocah itu nyengir. Jarinya menekan lagi angka yang lain.
"Ehehe~" Junhoe terkekeh sementara Jinhwan yang terus menggunakan tangan untuk menahan pintu lift supaya tidak tertutup, hanya dapat mengulum senyum.
"Sudah ya, nanti lagi menekan tombol lift-nya," ujar gadis mungil dijawab anggukan oleh buah hatinya yang telah puas bermain.
Junhoe melambaikan tangan ketika dibawa menjauhi lift oleh Jinhwan.
"Anong, Ombon Ip. Anong~" ujarnya mengucapkan perpisahan.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Daddy #1
FanfictionBinHwan (Hanbin X Jinhwan) BNior (JB/Jaebum X Jinyoung) iKon GOT7 GS Kisah sederhana (yang berharap akan sedikit bermakna #eak) tentang Hanbin, remaja 20 tahun yang menginginkan kehidupan normal seperti anak muda seusianya, tapi keberadaan balita du...