Dilarang Bertengkar!

3.1K 370 56
                                    

[Time skip]

"Junhoe-ya, nanti jadi ya. Aku belajar ke tempatmu," ujar Daniel dijawab anggukan oleh Junhoe sebelum melanjutkan naik tangga satu lantai sementara sahabat kecilnya membelok ke koridor apartemen. Junhoe mengeluarkan ponsel, membuka pintu dengan kunci hologram yang dia gantung bersama dengan gantungan ponselnya menciptakan bunyi klik terbuka di dalam kenop pintu.

"Aku pulang! Mama! Papski!" seru pemuda tinggi enam belas tahun seraya melangkahkan kaki masuk di beranda, dia menutup pintu, meletakkan sepatu di rak dan memakai sandal rumah baru kemudian berjalan ringan menuju dapur.

Seperti biasa, di sore hari ketika pulang sekolah Junhoe akan bisa menemukan ibunya tengah memasak makan malam di dapur. Sosok mungil dengan rambut panjang diikat, memakai celemek dan nampak sedang sibuk memotong sayuran. Junhoe tersenyum memandang punggung mamanya yang terlihat tekun.

Pemuda tersebut berbalik ke ruang tengah, tempat ayahnya biasa menghabiskan waktu entah dengan menonton TV, membaca buku, mencari referensi tempat pemotretan, maupun menyibukkan diri dengan kamera serta laptop sedang mengedit gambar. Sore itu papanya nampak tengah menonton TV, duduk tenang di sofa memperhatikan layar yang menampilkan siaran berita.

Semua anggota keluarga sedang larut dalam kegiatannya masing-masing menciptakan senyap tak berbentuk yang kemudian disadari Junhoe terasa sedikit aneh. Dia memandang sosok Hanbin yang diam, lalu beralih pada Jinhwan yang juga tidak mengatakan sepatah kata pun. Alis tebal pemuda SMA tersebut mengerut.

Apa mereka sedang bertengkar? Batinnya curiga.

Selama enam belas tahun hidup Junhoe, setiap kali orang tuanya bertengkar cuma ada satu cara untuk membuktikan. Pemuda itu beranjak masuk kamar terlebih dulu, berganti baju, lalu kembali keluar menuju dapur. Jinhwan yang pertama dia dekati.

"Mama," panggil Junhoe dengan sikap dibuat sebiasa mungkin.

Jinhwan menoleh, memperhatikan penampilan anaknya yang sudah menukar pakaian seragam dan wanita muda itu tersenyum. "Bantu Mama memasak," pintanya namun mendapat gelengan dari Junhoe.

"Tidak mau," jawab si anak tanpa pikir panjang membuat ibunya mendesis kesal.

"Papski minta teh," ujar Junhoe seraya memperhatikan dengan seksama perubahan ekspresi pada wajah Jinhwan dan bagaimana gerakan mamanya sempat terhenti sejenak.

"Kau saja yang buatkan. Mama sibuk," jawab Jinhwan.

Mama sedang marah pada Papa, Junhoe menyimpulkan dalam hati sambil mengangguk-angguk. Tanpa mengatakan apa-apa lagi, pemuda itu nyelonong keluar diikuti tatapan heran ibunya.

"Bukannya dia disuruh membuat teh?" gumam wanita tersebut heran.

"Papski," Junhoe duduk di sebelah ayahnya yang sedang nonton TV.

"Hm?" balas Hanbin singkat.

"Jam tanganku rusak," dusta anaknya.

Hanbin menoleh. "Kok bisa?" tanyanya heran.

Junhoe menggeleng dengan muka polos. "Molla." Dia mengadahkan tangan. "Minta uang buat beli yang baru."

"Aniya~" Hanbin mengeplak pelan telapak tangan besar putranya. "Perbaiki saja. Kalau bisa diperbaiki tidak usah beli yang baru."

Junhoe merengut. "Diperbaiki dimana? Jam tanganku ori. Tidak semua orang bisa memperbaikinya."

"Browsing tempat service jam tangan. Atau tanya mamamu. Dia pasti tahu tempat-tempat semacam itu," sahut Hanbin.

Young Daddy #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang